Opini
Luna-Maxime Menikah, Bagaimana Muslim Berbahagia dengan Bijak?
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi.
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Netizen Indonesia turut berbahagia dengan menikahnya pasangan artis Luna Maya dan Maxime Bouttier. Pasangan Indo-Eropa yang menikah pada Rabu, 7 Mei 2025 lalu menjadi sorotan lantaran pernikahan ini merupakan penantian panjang bagi Luna Maya hingga usianya 41 tahun (radarkudus.jawapos.com, 14-5-2025).
Penantian panjang dan kebahagiaan itu tak hanya dirasakan oleh kedua mempelai, tetapi juga hampir seluruh masyarakat Indonesia. Unggahan-unggahan video dan foto-foto pernikahan mereka terus saja beredar dan memenuhi timeline lsosial media.
Hanya saja kebahagiaan yang turut dirasakan netizen itu juga mengundang pujian yang berlebihan akan semarak pesta pernikahan maupun ijab kabul yang dijalani kedua mempelai. Pesta ala Eropa hingga tradisi garter diadakan mereka, meski hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang keduanya anut.
Seperti tradisi garter yang sempat juga menuai sorotan netizen. Beredarnya cuplikan foto dilakukannya tradisi ini dalam pesta pernikahan Luna-Maxime, membuat publik bertanya-tanya, tradisi apakah itu? Ternyata merupakan tradisi yang berasal dari Eropa dan Amerika serta dianggap sebagai salah satu tradisi pernikahan yang penting. Garter sendiri adalah sehelai kain sempit yang diikatkan di sekitar paha di balik gaun mempelai wanita.
Dalam tradisi tersebut, garter akan dilepas oleh mempelai pria dengan posisi berlutut, entah menggunakan tangan atau gigi lalu melemparkannya ke para tamu pria. Setelahnya tamu pria yang mendapatkan garter tersebut akan memakaikannya ke pada tamu wanita yang berhasil menangkap bunga dari pengantin wanita.
Melihat fenomena ini, netizen seolah terpecah menjadi dua kubu. Kubu pertama tidak sepakat dengan adanya budaya tersebut yang diikutsertakan ke dalam pesta pernikahan. Bahkan tidak sedikit yang menyinggung soal skandalnya dulu yang juga sama-sama mengarah ke hal-hal yang berbau erotisme. Sementara kubu kedua menilai itu hak masing-masing mengingat baik Luna maupun Maxime adalah sama-sama keturunan Eropa.
Lantas, bagaimana sebagai seorang muslim kita menyikapi fenomena ini?
Pertama-tama, tentu kita wajib ikut berbahagia atas kabar pernikahan keduanya. Kemudian, sebagai sesama Muslim, kita wajib untuk menutup aib saudara kita sendiri karena yang bersangkutan pun merasa tidak bangga dengan skandalnya di masa lalu serta ia nenganggap hal itu adalah sebuah kesalahan yang sangat disesali.
Namun kemudian, sekali lagi sebagai seorang Muslim, kita juga wajib jeli mana hal yang patut kita dukung dan mana saja yang wajib kita tolak dan kita kritisi, yakni yang berupa pelanggaran syariat.
Pesta pernikahan Luna-Maxime yang notabene merupakan sama-sama beragama Islam tidak sepatutnya untuk ditiru. Mengapa? Karena di dalamnya sangat jauh dari nilai-nilai ajaran Islam. Ada banyak pelanggaran syariat di dalamnya seperti berbaurnya antara laki-laki dan perempuan tanpa sekat, kemudian busana-busana yang digunakan para tamu undangan yang mayoritas memperlihatkan aurat dan lekuk-lekuk tubuh mereka, tradisi sampanye atau minum minuman beralkohol bersama, serta tradisi garter yang memperlihatkan ketelanjangan dan hal-hal yang berbau erotisme di depan umum.
Mengingat kedua artis tersebut adalah publik figur yang segala tindak tanduk mereka dengan sangat mudah ditiru oleh masyarakat, maka hal ini wajib disampaikan kritikan bahwa hal-hal tersebut sangat bertentangan dengan agama Islam dan haram hukumnya untuk dilakukan. Apalagi di dalam Islam, pernikahan adalah momentum sakral yang mana saat mempelai pria mengucapkan ikrar ijab qobulnya, berguncang langit dan arsy Allah. Maka, sebagai seorang muslim, jangan sampai sebuah pernikahan yang sakral ini dirusak oleh hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
Dan Rasulullah pun sudah jauh-jauh hari mengingatkan kita untuk tidak meniru-niru budaya asing yang berasal dari orang kafir.
Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." (HR Abu Dawud)
Pentingnya amar makruf nahi mungkar dalam hal ini untuk mencegah dampak kerusakan yang diakibatkan oleh normalisasi budaya tersebut. Karena bagaimana pun, berbaurnya antara laki-laki dan perempuan tanpa sekat disertai dengan busana-busana minim yang memperlihatkan aurat, kemudian ditambah dengan suguhan minuman beralkohol dan sajian hiburan berupa tradisi garter, otomatis akan sangat berpeluang untuk membuat mereka yang melihat, untuk melakukan kemaksiatan dan perzinaan.
Sedangkan di sisi lain, Islam sangat mengantisipasi terbukanya peluang kemaksiatan dan perzinaan ini. Maka, di dalam Islam semua persoalan diatur sedemikian rupa agar umat terhindar dari kerusakan yang diakibatkan oleh peluang-peluang tersebut, termasuk dalam hal mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Islam sangat sempurna mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan ini. Dimulai dari wajibnya muslimah untuk menutup aurat sesuai dengan QS. An-Nur ayat 31 dan QS. Al-ahzab ayat 59. Islam juga mewajibkan bagi para lelaki untuk menundukkan pandangannya dari yang haram, juga mengharamkan manusia untuk mendekati zina, yang termaktub dalam QS. Al-Israa ayat 32. Yang intinya bahwa Islam tak hanya melarang seseorang untuk berzina tetapi melarang mendekatinya, memberikan peluang baginya. Termasuk di dalamnya adanya pacaran dan pesta-pesta semacam ini yang sangat memberikan peluang besar untuk seseorang melakukan perzinaan.
Hanya saja, penerapan sistem Islam hari ini belum terlaksana lantaran banyak umat belum mengerti urgensinya penerapan Islam untuk menghindari kerusakan demi kerusakan akibat umat yang tidak percaya diri dengan Islam, dan lebih memilih mengambil budaya dan solusi lain di luar Islam untuk menyelesaikan segala persoalan.
Oleh karenanya, demi menyelamatkan masa depan generasi agar terhindar dari segala kerusakan yang diakibatkan oleh kebodohan dan kelalaian kita hari ini, juga agar negara yang kita cintai ini terhindar dari murka Allah, maka, sudah sepatutnya umat muslim terus mendakwahkan bagaimana indahnya Islam dan bagaimana penerapan sistem Islam mampu mengatasi segala persoalan umat hari ini. Memperjuangkan penegakannya, bukan untuk hari ini, tapi untuk esok. Untuk masa depan yang cemerlang bagi anak cucu kita semua.
Via
Opini
Posting Komentar