Opini
Ketika Profesi Mulia Tercoreng: Dokter dan Kasus Kekerasan Seksual
Oleh: Siti Maemunah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Publik kembali dikejutkan oleh kabar memilukan: seorang dokter residen anestesi dari Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) UNPAD, bernama Priguna Anugrah, diduga melakukan pemerkosaan terhadap anak pasien di RS Hasan Sadikin (RSHS), Bandung (Detiknews.com, 17-04-2025).
Peristiwa tersebut terjadi saat korban tengah mendampingi ayahnya yang dalam kondisi kritis. Saat proses transfusi darah berlangsung, korban sedang sendirian, tanpa pendamping keluarga. Pelecehan terjadi setelah pelaku mengambil darah dari tangan korban, lalu melanjutkan aksinya di Gedung MCHC lantai 7, RS Hasan Sadikin, pada 18 Maret 2025 sekitar pukul 01.00 WIB. Dirreskrimum Polda Jabar Kombes Pol Surawan mengungkapkan bahwa pelaku menunjukkan indikasi kelainan perilaku seksual. Atas perbuatannya, ia dijatuhi hukuman 12 tahun penjara (Antara, 9-4-2025).
Tindakan bejat ini bukan hanya melukai korban, tapi juga menghancurkan citra profesi dokter yang seharusnya menjadi pelindung dan penyelamat. Meski pelaku dihukum berat, masa depannya hancur: surat izin praktik dicabut, dan impian menjadi dokter spesialis pun kandas. Marwah profesi dokter ternoda hanya karena ulah satu oknum.
Miris! Belum habis kabar duka itu dibicarakan, publik kembali digemparkan oleh kasus serupa. Kali ini perilaku tidak pantas dilakukan seorang dokter kandungan di Garut bernama Muhammad Syafril Firdaus (33). Sebuah video beredar luas memperlihatkan dirinya melakukan pelecehan terhadap pasien perempuan saat pemeriksaan USG (Tempo.com, 17-04-2025).
Profesi dokter tidak dapat dipisahkan dari keseharian masyarakat. Saat sakit, mayoritas orang akan segera mendatangi dokter sebagai harapan kesembuhan. Namun kini, rasa percaya itu mulai terkikis. Akibat perilaku tidak bermoral dari segelintir oknum, masyarakat menjadi was-was dan berpikir dua kali untuk memeriksakan diri, terlebih dalam kasus pemeriksaan kandungan atau kondisi sensitif lainnya.
Inilah potret nyata dari kehidupan dalam sistem sekuler, di mana nilai-nilai agama dipisahkan dari kehidupan. Ketika iman tidak menjadi landasan moral, maka nafsu tak lagi dapat dikendalikan. Marwah dan kehormatan profesi pun hilang seketika. Berbeda dengan Islam yang menjunjung tinggi integritas dan tanggung jawab dalam profesi, terutama dalam bidang kedokteran.
Profesi Dokter dalam Pandangan Islam
Islam sangat menghargai ilmu dan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Dokter termasuk dalam golongan terhormat tersebut—mereka yang mengamalkan ilmunya untuk menyelamatkan nyawa. Bahkan Rasulullah saw. memberikan batasan dan tanggung jawab yang ketat kepada seorang dokter.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Amr bin Syu’aib, Rasulullah bersabda bahwa hanya dokter yang ahli dan berilmu yang diperbolehkan mengobati. Ini menandakan bahwa praktik kedokteran tidak hanya memerlukan keahlian, tetapi juga amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
Sejarah peradaban Islam mencatat peran besar para dokter Muslim. Banyak tokoh ilmuwan yang lahir dari kalangan umat Islam, seperti Abu Bakar Muhammad bin Zakariyya, pelopor ilmu kedokteran di abad ke-9 M. Nama lain yang tak kalah besar ialah Ibnu Sina, dengan karya legendarisnya Akhlaq At-Thabib yang dijadikan acuan dalam dunia kedokteran Barat selama masa Renaissance.
Dalam Islam, profesi dokter bukan hanya memberi kesembuhan jasmani, tapi juga memperhatikan kondisi rohani pasien. Dengan demikian, tugas dokter sejatinya adalah bagian dari dakwah—menyembuhkan, menenangkan, dan menuntun dengan nilai-nilai kebaikan.
Via
Opini
Posting Komentar