Opini
Kenaikan Tunjangan Guru, Benarkah Meningkatkan Kesejahteraan?
Oleh: Imas Nurhayati
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Presiden Prabowo Subianto memberikan kado manis untuk para pahlawan tanpa tanda jasa di Hari Guru Nasional, 25 November 2024. Tidak tanggung-tanggung, ia menaikkan alokasi anggaran untuk kesejahteraan guru ASN dan non-ASN pada 2025 menjadi Rp 1,6 triliun.
Presiden Prabowo menegaskan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari langkah konkrit pemerintah untuk memastikan guru mendapatkan penghargaan yang layak atas kontribusi mereka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa (Tempo.co, 2-12-2024).
Fakta kenaikan tunjangan tersebut tentu tak mampu mengatasi fakta lain yakni rendahnya kesejahteraan guru. Yang mana kebutuhan pokok yang seharusnya diselesaikan pula tak teratasi dan menyengsarakan seluruh masyarakat termasuk guru. Sehingga menyebabkan permasalahan lain yang baru seperti pinjol dan judol yang kini menjangkit para guru.
Hal ini terkait erat dengan sistem yang hanya mengagungkan materi yang saat ini di terapkan. Profesi guru hanya dianggap seperti pekerja, sepertihalnya faktor produksi yang menjadi bagian dari rantai produksi dalam suatu proses pembuatan barang.
Padahal tugas seorang pendidik adalah menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat dalam iman dan berakhlak mulia. Kualitas guru juga penting dalam melakukan pelatihan dan pengembangan bagi para guru untuk memastikan mereka memiliki kompetensi yang mumpuni dalam mendidik dan membimbing siswa.
Fenomena rendahnya gaji para pengajar jelas bertentangan dengan tujuan utama pengembangan pendidikan itu sendiri. Padahal, guru memiliki peran yang sangat penting dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih terhadap keberlanjutan pendidikan, termasuk dalam memperhatikan kesejahteraan guru dan peserta didik. Bahkan, keberlanjutan pendidikan dianggap sangat krusial oleh militer, karena tanpa pendidikan yang memadai, generasi muda akan tumbuh tanpa pengetahuan yang cukup, yang berpotensi menumbuhkan pemahaman yang salah dan ekstrem, yang pada akhirnya dapat mengancam stabilitas keamanan dan melemahkan negara.
Sistem yang diterapkan saat ini juga menyebabkan negara kehilangan perannya sebagai pengurus (ra'īn) yang seharusnya bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan rakyatnya, dan hanya berfungsi sebagai regulator dan fasilitator semata. Dalam hal ini, negara seolah hanya berperan sebagai pengawas tanpa keterlibatan langsung dalam pengelolaan dan pembinaan sektor-sektor penting yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat. Hal ini semakin diperburuk dengan penerapan sistem ekonomi yang membuka peluang bagi pihak asing dan aseng untuk menguasai sumber daya alam (SDA) negara, sehingga kekayaan negeri ini tidak dapat sepenuhnya dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
Selain itu, liberalisasi perdagangan yang diterapkan juga menambah beban, karena memungkinkan masuknya produk-produk luar yang tidak hanya mengancam keberlangsungan industri dalam negeri, tetapi juga mengurangi kemandirian ekonomi. Tidak kalah pentingnya, kapitalisasi dalam layanan pendidikan dan kesehatan menjadikan sektor-sektor vital ini lebih berorientasi pada keuntungan material daripada pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat. Akibatnya, rakyat, terutama yang kurang mampu, semakin sulit mengakses layanan dasar yang seharusnya dijamin oleh negara, dan ketimpangan sosial semakin lebar.
Berbeda dengan halnya dalam Islam. Islam sangat memperhatikan peran gutu dalam setiap aktifitasnya mendidik generasi. Selain memberikan fasilitas terbaik untuk proses belajar mengajar, kebutuhannya pun dipenuhi dengan baik agar para guru berfokus dalam mengajari dan mendidik generasi. Terlebih lagi Allah telah melebihkan kedudukan orang-orang yang berilmu, tentu juga para pemberi ilmu.
Demikian pandangan Islam terkait kenaikan gaji guru. Guru adalah pahlawan bangsa. Peradaban dan masa depan suatu negara sangat bergantung pada sejauh mana keberhasilan para guru dalam mendidik generasi penerusnya. Pengetahuan yang luas dan etika yang baik menjadi dua faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu negara di masa depan. Oleh karena itu, kesejahteraan guru harus menjadi perhatian serius, agar mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan optimal dan menghasilkan generasi yang cerdas, berakhlak mulia, serta siap menghadapi tantangan global.
Wallāhu A'lam.
Via
Opini
Posting Komentar