OPINI
Tren Ibu Bunuh Anak, Bukti Kegagalan Sistem Menjaga Fitrah Ibu
Oleh: Athifah Mumtazah
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Sungguh miris, ramai belakangan ini kasus ibu membunuh anak. Hal ini bukan lagi kisah sinetron yang kita lihat layar kaca, melainkan telah nampak nyata di depan mata kita. Publik digemparkan oleh berita viral seorang ibu asal Bandung bunuh diri usai tega mengakhiri 2 nyawa anaknya yang masih berusia 9 tahun dan 11 tahun dengan meracuninya (detikhealth, 8-9-2025). Kasus serupa juga terjadi sebelumnya di daerah Batang, Jawa Tengah, seorang kakak beradik usia 6 dan 3 tahun ditemukan tewas tenggelam di Pantai Sigandu. Si ibu kabur dan bersembunyi di toilet, pada bulan Juli lalu. Masih banyak lagi kasus filisida maternal (tindakan sengaja ibu membunuh anaknya) yang serupa, sungguh tak terbayang seorang ibu yang harusnya menjadi tempat berlindung dan mengasihi bagi anak, namun berbalik menjadi pelaku pembunuhan anaknya sendiri. Sungguh ironis.
Rusaknya Sistem Sekuler-Kapitalis
Kasus ini tidak sekali ini terjadi. Data KPAI di Indonesia menyatakan kasus filisida mulai masif terjadi sejak tahun 2012 hingga detik ini. Bahkan sepanjang tahun 2024 kemarin, tercatat ada 60 kasus filisida yang terjadi. Lantas mengapa hal ini bisa terus terjadi. Ada empat faktor pemicu yang melatarbelakangi:
Faktor psikologis, termasuk baby blues berkepanjangan, depresi pasca melahirkan, peran ganda seorang ibu dan sebagai penopang ekonomi keluarga, kurangnya perhatian suami.
Faktor sosial, bisa dikategorikan konflik rumah tangga, individualy, pembullyan, standar hidup yang hedon, flexing, circle tidak sehat.
Faktor ekonomi, disebabkan tuntutan kebutuhan hidup yang melonjak,sedangkan lapangan kerja tak menentu, banyak PHK, hutang menumpuk, adanya pinjol dan judol.
Faktor cara memandang kehidupan, yaitu menilai kehidupan hanya dengan kacamata duniawi, kekayaan, jabatan, status sosial. Ini semua karena pemikiran kaum muslimin sudah teracuni oleh sistem kapitalisme.
Maka tak ayal lagi, banyaknya problematika kehidupan saat ini disebabkan dari rapuhnya sistem yang diterapkan, yakni kapitalisme-sekuler. Menjadikan sebuah standar hidup yang ditetapkan sesuai dengan asa materi dan pemenuhan jasmani dan hawa nafsu semata. Tuntutan kondisi para ibu hari ini, tidak hanya mengurus rumah tangga tetapi ikut mencari nafkah karena tekanan hidup dan kebutuhan pokok yang naik, Pendidikan, dan kesehatan mahal. Sementara gaji suami tidak mencukupi dan tidak ada jaminan memadai dari negara sehingga seluruh aspek kehidupan ikut rapuh karena diterapkannya sistem kehidupan yang menjadikan aturan buatan manusia dan menolak aturan Allah sebagai sumber hukum. Dari hal tersebut tidak hanya berdampak pada munculnya persoalan keluarga tapi juga dalam bermasyarakat maupun bernegara. Sistem ini gagal dalam melindungi ibu dan menumbuhkan generasi yang baik.
Para Ibu Butuh Penjagaan Hakiki
Kaum ibu butuh perlindungan maksimal, tidak cukup dengan pemberian bansos tapi terjaminnya jalur nafkah dari suami, wali hingga negara turut ikut bertanggung jawab. Begitu pula pentingnya menjaga kesehatan mental ibu dari berbagai gangguan yang bisa merusak fitrah keibuannya. Ini semua hanya bisa terwujud ketika di topang dengan sistem yang shahih yaitu Islam. Islam sungguh menjamin kebahagiaan ibu, sebagaimana hadist Rasulullah saw.,
Ø®َÙŠْرُÙƒُÙ…ْ Ø®َÙŠْرُÙƒُÙ…ْ ِلأَÙ‡ْÙ„ِÙ‡ِ ÙˆَØ£َÙ†َا Ø®َÙŠْرُÙƒُÙ…ْ ِلأَÙ‡ْÙ„ِÙŠ
“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. At Tirmidzi)
Hadis ini menekankan pentingnya sebuah tanggung jawab suami dalam mendidik, membina dan memberikan kasih sayangnya pada keluarga, termasuk istri.
Yang lebih utama dari itu, bahwasannya Islam berperan utuh untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya, negara waib menyediakan kebutuhan dasar, perlindungan sosial dan layanan kesehatan termasuk pada kesehatan mental. Negara menjamin nafkah tiap keluarga dengan menyediakan lapangan kerja bagi para suami, dan mengatur sistem pendidikan dan pembinaan generasi.
Dengan penerapan syariat islam kaffah melalui tegaknya khilafah, upaya perlindungan maksimal bagi kaum ibu bisa diwujudkan, khususnya dari tekanan dan gangguan kesehatan mental. Negara akan memastikan para ayah dan wali benar bertanggung jawab menafkahi keluarganya. Selain itu rakyat secara keseluruhan juga akan mendapatkan kesejahteraan dan perlindungan yang tidak hanya untuk kaum Muslim tapi juga nonmuslim. Dengan demikian, islam menjadi solusi paripurna mencegah terjadinya filisida maternal dan ibu dapat menjalankan peran dan fitrahnya secara optimal dalam membentuk generasi cemerlang, InsyaAllah.
Wallahualam bisshawab.
Via
OPINI
Posting Komentar