OPINI
Sudan Membara, Persaingan Kepentingan Barat Mengeksploitasi SDA di Negeri Muslim
Oleh: Safiati Raharima S.Pd
(Aktivis Muslimah Dompu)
TanahRibathMedia.Com—Krisis Sudan kembali membara. Ribuan orang mengungsi, mengalami pembunuhan masal dan pemerkosaan yang terjadi semakin hari semakin mengerikan. Sebanyak 1.500 warga Sudan meninggal dalam kurun waktu tiga hari menyusul penguasaan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di el-Fasher. Laporan dari Aljazirah, RSF yang berperang melawan militer Sudan untuk menguasai negara itu sudah menewaskan sekitar 1.500 orang dalam kurun waktu tiga hari terakhir. Ketika warga sipil mencoba melarikan diri dari kota yang terkepung. Kondisi yang terjadi menggambarkan sebagai “genosida yang nyata" (Repubilka, 31-10-2025).
Sudan menjadi negara terbesar ketiga di Afrika yang mayoritas muslim, memiliki piramida lebih banyak, dan sungai Nil lebih panjang dari Mesir, menghasilkan emas Arab terbesar, kekayaan SDA melimpah, tapi mengalami krisis kemanusiaan yang sangat lama.
Menurut data dari World Gold Council, Sudan memiliki produksi emas 80 ton per tahun secara stabil sebelum perang terjadi. Ketika perang, turun tajam dan pada awal perang sekitar 2ton antara April dan Agustus. Selama lima bulan perang naik menjadi 73,8ton pada 2024 (Republika, 1-11-2025).
Akar Konflik Persaingan Kepentingan Barat
Krisis yang dialami sebenarnya sudah berlangsung lama dan tidak ada hubungannya dengan konflik etnis, tetapi adanya keterlibatan negara adidaya yaitu AS dan Inggris yang melibatkan negara-negara bonekanya (zionis Yahudi dan UEA) terkait perebutan pengaruh politik (proyek timur tengah baru AS) demi kepentingan perampasan SDA yang melimpah.
Sudan bagian selatan adalah negeri dengan sumber daya melimpah. Cadangan minyak bumi, gas alam, dan emasnya sangat melimpah. Sudan menjadi produsen minyak terbesar ke-4 di Afrika. Negara ini juga kaya akan mineral industri seperti tembaga, bijih besi, kromit, mangan, gipsum, seng, bahkan uranium. Sudan memiliki potensi besar di sektor pertanian dan memiliki lahan subur, seperti kapas, wijen, sorgum, dan milet.
Ambisi Inggris untuk menguasai SDA sangat mudah dipahami. Inggris sebagai pengusung sistem kapitalisme, tentu tidak bisa menyembunyikan sifat rakusnya untuk menjajah dan menguasai seluruh potensi Sudan sendirian. Tetapi, pasca-PD II negara-negara Barat (Eropa) di bawah tekanan PBB (AS yang ingin merebut posisi) telah terlanjur sepakat untuk mengakhiri okupasi militeristis dan kolonialisme dengan memerdekakan seluruh daerah eks jajahannya. Oleh karena itu, bentuk penjajahan pun mulai berubah dari yang tadinya bersifat fisik menjadi penjajahan yang bersifat politik dan ekonomi melalui pembentukan para penguasa boneka.
Supaya tercapai keberhasilan dalam penjajahan gaya baru ini, Inggris membuat berbagai skenario pecah belah yang dinarasikan sebagai “perang saudara” atau “perang antar-etnik” di Sudan. Namun, ketika Sudan dimerdekakan pada 1956, struktur pemerintahannya didominasi oleh elite dari Sudan utara yang memang lebih siap dibanding selatan.
Lembaga dan aturan internasional dibuat untuk menyukseskan kepentingan negara-negara adidaya terhadap negeri-negeri muslim. Sudan menjadi negara yang sangat kaya dengan sumberdaya alam, tapi hanya menjadi objek permainan dan perebutan negara adidaya. Perang ini merupakan bagian dari persaingan internasional atas Sudan. Taget yang ingin diraih oleh AS yaitu menghilangkan pengaruh Inggris, menghancurkan pengaruh militer Inggris yang terepresentasi melalui gerakan-gerakan bersenjata di Darfur, dan memisahkan wilayah Darfur, serta memecah belah sisa-sisa Sudan.
Solusi Islam
Islam memberikan jalan keluar dalam setiap permasalahan yang terjadi di negeri-negeri kaum muslimin. Hanya satu jalan yang menawarkan solusi sejati dan abadi bagi Sudan dan umat yang lebih luas, yakni tegaknya Khilafah berlandaskan aturan Islam. Khalifah yang akan menyatukan umat Islam berbagai suku dan etnis dan menyingkirkan pengaruh asing serta mendistribusikan sumber daya secara adil dan menyeluruh.
Rasulullah saw. menyampaikan bahwa umat Islam ibarat satu tubuh. Kaum muslim di Sudan sedang menderita. Dunia mungkin tidak peduli, tetapi kita harus peduli. Oleh karenanya, seluruh umat Islam harus meningkatkan kewaspadaan, menolak solusi palsu, dan menyerukan segera tegaknya kembali Khilafah yang berlandaskan pada metode kenabian sebagaimana firman Allah Swt,
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (TQS. Al-Anfal: 24).
Umat Islam harus menaikkan level berpikirnya sehingga mampu membaca seluruh problem dunia dalam kacamata ideologi Islam dan keniscayaan perang peradaban antara Islam dan ideologi non Islam. Lalu, umat harus tersadarkan bahwa hanya sistem Islam (khilafah) yang mampu memberikan solusi dari berbagai krisis terjadi, baik politik, ekonomi, dan lain-lain. Sehingga kemaslahatan bisa tercipta di dunia. Kesadaran harus memotivasi umat agat ikut berjuang menegakkan khilafah atas dorongan iman.
Marilah bersama-sama kaum muslim untuk bersatu dengan negeri-negeri muslim di bawah naungan Khilafah untuk melawan cengkeraman negara-negara kafir Barat yang terus membuat umat Islam terjajah, terpecah, dan menderita.
Wallahualam bishshawwab.
Via
OPINI
Posting Komentar