OPINI
Kondom Bekas Berserakan di Pasar: Cermin Kerusakan Moral dan Lemahnya Peran Negara
Oleh: Eka Sulistya
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Fenomena ditemukannya kondom bekas berserakan di lantai dua dan area rooftop Pasar Babelan, Bekasi, bukan sekadar masalah kebersihan. Video yang viral di media sosial menunjukkan banyaknya alat kontrasepsi bekas dan bahkan celana dalam wanita yang ditemukan di antara tumpukan sampah. Temuan ini tentu menimbulkan keresahan masyarakat, terlebih bagi pasar yang selama ini dikenal aman dan religius.
Para pedagang sendiri membantah adanya praktik prostitusi di area pasar. Mereka menilai isu tersebut sengaja digoreng untuk mencemarkan nama baik Pasar Babelan. Sementara petugas keamanan menduga barang-barang itu berasal dari kelompok anak punk yang pernah tidur dan berkumpul di area tersebut. Namun terlepas dari siapa pelakunya, fakta bahwa barang-barang tersebut tercecer begitu saja menunjukkan adanya persoalan yang jauh lebih besar: persoalan moral, pengawasan, dan pembinaan generasi yang tidak terselesaikan oleh negara (Dikutip dari Warta kota.tribunnews, 13-11-2025).
Kondom Bekas Bukan Sekadar Sampah, Tapi Ancaman Kesehatan dan Cermin Gaya Hidup Bebas
Secara kesehatan, kondom bekas jelas dapat mengandung kontaminan biologis. Pembuangan yang sembarangan berpotensi menimbulkan paparan patogen dan penyakit, baik bagi petugas kebersihan, pedagang, maupun pengunjung pasar. Ini merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang seharusnya tidak disepelekan dan dibiarkan begitu saja.
Namun dari perspektif Islam, masalah ini tidak berhenti di aspek kesehatan saja. Peredaran kondom yang begitu bebas dalam sistem kehidupan sekuler hari ini telah menjadi pintu normalisasi perilaku seks bebas, terutama di kalangan pemuda. Kondom seolah menjadi simbol “legalisasi moral” bahwa selama memakai alat pengaman, aktivitas apa pun dianggap aman dan sah-sah saja.
Padahal, dalam pandangan Islam, persoalan terbesar bukan pada alat kontrasepsinya, tetapi pada gaya hidup liberal. Gaya hidup bebas yang membentuk pola pikir bahwa manusia bebas melakukan apa pun tanpa batasan syariat. Inilah realitas ketika negara gagal mengarahkan generasi muda kepada ketaatan, gagal membina akhlak, dan gagal menanamkan nilai bahwa hidup tidak sebatas mencari kesenangan sesaat.
Negara Abai, Generasi Tergadai
Kejadian seperti ini menunjukkan lemahnya peran negara dalam menjaga moral masyarakat. Islam menempatkan negara sebagai ra’in (pengurus) dan mas’ul (penanggung jawab) atas seluruh urusan rakyatnya. Termasuk membina generasi muda, mengarahkan mereka pada aktivitas yang produktif, serta menciptakan lingkungan yang bersih dari faktor-faktor perusak moral.
Jika area publik seperti pasar dibiarkan menjadi tempat nongkrong, tidur, atau bahkan melakukan aktivitas yang tidak pantas, itu menunjukkan absennya pengawasan yang seharusnya dilakukan secara sistematis. Islam tidak membiarkan ruang publik menjadi ajang pelanggaran akhlak, karena setiap kerusakan moral masyarakat akan berdampak pada seluruh umat.
Menata Moral dengan Sistem, Bukan Sekadar Menyapu Sampah
Permasalahan ini tidak cukup diselesaikan dengan pembersihan sampah saja. Ini adalah problem sistemik yang membutuhkan penyelesaian sistemik pula. Dalam Islam, negara wajib:
1. Menerapkan sistem pendidikan yang menanamkan akidah dan akhlak mulia. Sejak dini, generasi di arahkan di pahamkan untuk memahami batasan pergaulan, menjaga kehormatan diri, dan menjauhi zina.
2. Menjaga lingkungan masyarakat agar tidak menjadi tempat untuk kegiatan yang tidak pantas. Area publik dikontrol dan dijaga agar tidak menjadi tempat berkumpulnya kelompok yang berpotensi merusak moral.
3. Mengelola media agar tidak mempromosikan gaya hidup bebas. Media harus menjadi sarana edukasi, bukan normalisasi kemaksiatan.
4. Menegakkan sistem sanksi yang tegas untuk mencegah perilaku maksiat. Bukan sekadar menindak setelah terjadi, tetapi mencegah sebelum kerusakan membesar.
5. Mengembalikan fungsi pasar sebagai pusat ekonomi, bukan tempat aktivitas tidak pantas. Pasar harus dijaga keamanannya, ketertiban, dan suasananya agar sesuai syariat, aman, dan nyaman bagi pedagang maupun pengunjung.
Kerusakan Moral Tidak akan Selesai Tanpa Sistem Islam
Fenomena kondom bekas di Pasar Babelan hanyalah satu dari sekian banyak bukti rusaknya tatanan kehidupan sekuler. Selama masyarakat dibiarkan berjalan tanpa arahan syariat, maka kerusakan demi kerusakan akan terus bermunculan. Islam menawarkan solusi bukan hanya di permukaan, tetapi sampai ke akar: membina manusia, memperbaiki lingkungan, dan menghadirkan negara yang benar-benar mengurus rakyatnya sesuai hukum Allah.
Sudah saatnya kita melihat persoalan seperti ini dengan sudut pandang Islam secara menyeluruh, agar tidak hanya sibuk memunguti sampah, tapi juga membersihkan sumber kerusakan yang sebenarnya.
Via
OPINI
Posting Komentar