OPINI
Bunuh Diri Pelajar, Potret Gelap Sekularisme
Oleh: Tati Pranita
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Kasus bunuh diri di kalangan pelajar kian meningkat dan menyisakan duka mendalam. Di berbagai daerah, berita tentang siswa yang mengakhiri hidup karena tekanan akademik, perundungan, masalah keluarga, atau kehilangan arah hidup terus bermunculan. Fenomena ini bukan hanya persoalan individu, tetapi sinyal bahaya bagi sistem Pendidikan yang seharusnya menjadi tempat tumbuhnya harapan dan semangat hidup.
Lonjakan Kasus Bunuh Diri di Kalangan Pelajar
Laporan Lembaga Kesehatan mental menunjukkan angka depresi dan keinginan bunuh diri di kalangan remaja meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Banyak di antara mereka menjadi korban bullying karena dianggap lemah, merasa tertekan, dan menjadi beban hidup karena faktor ekonomi, gagal memenuhi ekspektasi sekolah dan keluarga. Mereka takut dianggap tidak berguna hanya karena nilai rendah, tidak diterima di sekolah favorit, atau kalah bersaing dengan teman sebaya.
Seperti kasus yang dilansir dari www.kompas.id (Rabu, 22-10-2025) dalam sepekan terakhir, dua anak ditemukan meninggal diduga akibat bunuh diri di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dari hasil pemeriksaan dibuktikan tidak ada tanda kekerasan pada tubuh korban. Begitu pula di Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, dua siswa sekolah menengah pertama ditemukan bunuh diri di sekolah. Sepanjang Oktober 2025. Hasil penyelidikan sementara pihak kepolisian menunjukkan bahwa tidak ditemukan indikasi adanya tindakan perundungan dalam kedua peristiwa itu. Siswa korban Bagindo ditemukan tergantung di ruang kelas pada Selasa (28-10-2025) siang, sedangkan Arif ditemukan tergantung di ruang OSIS pada Senin (6-10-2025) malam (www.kompas.id, 01-10-2025).
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono, menyampaikan data yang cukup memprihatinkan dari program pemeriksaan kesehatan jiwa gratis. Dari sekitar 20 juta penduduk yang diperiksa, lebih dari dua juta di antaranya adalah anak-anak Indonesia yang mengalami beragam gangguan mental.
Akar Masalah pada Sistem Pendidikan Sekuler
Peningkatan angka bunuh diri di kalangan remaja menjadi persoalan serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Tidak semua bunuh diri ini disebabkan bullying. Kondisi ini menunjukkan bahwa kerentanan mental pada remaja menjadi salah satu faktor utama yang mendorong mereka untuk mengakhiri hidup.
Kerapuhan kepribadian anak mencerminkan lemahnya dasar akidah anak. Fenomena tersebut merupakan akibat dari sistem Pendidikan sekuler yang terlalu menekankan pencapaian akademik dan fisik, sementara pembinaan spiritual serta pengamalan nilai-nilai agama justru diabaikan. Agama hanya diajarkan sebatas teori, tanpa benar-benar membentuk karakter dan keteguhan iman anak. Ini bukti nyata bahwa sistem sekuler gagal menumbuhkan manusia yang utuh. Pendidikan yang hanya berorientasi dunia tidak mampu memberikan ketenangan jiwa.
Paradigma batas usia anak juga berpengaruh. Dalam pandangan pendidikan barat, seseorang dianggap memasuki usia dewasa ketika telah berumur 18 tahun. Sehingga sering kali anak sudah baligh namun masih diperlakukan sebagai anak kecil dan tidak dididik untuk menyempurnakan akalnya. Tindakan bunuh diri merupakan puncak dari berbagai gangguan kesehatan mental yang tidak tertangani dengan baik.
Masalah Kesehatan mental muncul sebagai akibat dari beragam persoalan hidup. Hal ini akibat penerapan sistem kapitalisme. Selain itu, maraknya konten di media sosial yang membahas bunuh diri dan keberadaan komunitas daring semakin memperbesar resiko anak dan remaja melakukan hal serupa.
Sudah saatnya arah pendidikan bangsa dikoreksi secara mendasar. kita membutuhkan sistem pendidikan yang kembali berpijak pada nilai-nilai Islam, yang tidak hanya mengajarkan anak “bagaimana hidup”, tetapi juga “untuk apa hidup”.
Solusi Islam: Pendidikan yang Menyelamatkan Jiwa
Islam menawarkan solusi mendasar bagi krisis ini. Dalam pandangan Islam, pendidikan bukan hanya sarana menyiapkan tenaga kerja, tetapi proses membentuk manusia beriman, berilmu, dan berakhlak. Islam menekankan bahwa pondasi pendidikan, baik di keluarga, sekolah maupun jenjang yang lebih tinggi, haruslah berlandaskan akidah. Dengan begitu, anak akan memiliki kekuatan spiritual yang membuatnya mampu menghadapi berbagai tekanan hidup. tujuan pendidikan Islam adalah membentuk pola pikir dan pola sikap Islami sehingga terbentuk kepribadian Islam pada diri siswa.
Ketika seorang anak mencapai usia baligh, ia diarahkan agar menjadi pribadi yang aqil, yakni matang secara akal dan kedewasaan iman melalui proses pendidikan yang mematangkan kepribadian sebelum ia dewasa. Tumbuhnya kesadaran spiritual bahwa hidup adalah ujian yang harus di Jalani dengan sabar dan Ikhlas.
Alqur’an mengingatkan:
“Dan Janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah penyayang kepadamu.” (TQS. An-Nisa:29)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap jiwa berharga dan harus dijaga. Islam melarang putus asa, karena keputusasaan berarti kehilangan harapan kepada kasih sayang Allah. Penerapan ajaran Islam secara menyeluruh mampu mencegah gangguan mental sekaligus menjadi solusi tuntas terhadap masalah ini. sebab, Islam memberikan jaminan kebaikan dalam aspek nonklinis kehidupan, seperti pemenuhan kebutuhan pokok, keharmonisan keluarga, serta panduan hidup yang jelas sesuai dengan tujuan penciptaan manusia.
Kurikulum pendidikan dalam sistem Islam (Khilafah) mengintegrasikan pembentukan kepribadian Islami dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dengan ini, maka peserta didik akan memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai persoalan hidup sesuai tuntunan syariat. Selain itu, Islam menempatkan guru sebagai pembimbing ruhani, bukan sekedar pengajar akademik. Hubungan guru dan murid di bangun atas dasar kasih sayang, bukan sekedar penilaian. Sekolah seharusnya menjadi lingkungan yang menenangkan, bukan sumber tekanan. Kurikulum harus memadukan penguasaan ilmu dengan pembentukan karakter dan keimanan.
Dengan demikian, hanya kurikulum pendidikan Islam-lah yang mampu menyelamatkan jiwa para pelajar dari berbagai persoalan termasuk kasus bunuh diri.
Wallahu alam bisshawab.
Via
OPINI
Posting Komentar