Telusuri
  • Pedoman Media
  • Disclaimer
  • Info Iklan
  • Form Pengaduan
Tanah Ribath Media
Pasang Iklan Murah
  • Home
  • Berita
    • Nasional
    • Lensa Daerah
    • Internasional
  • Afkar
    • Opini Tokoh
    • Opini Anda
    • Editorial
  • Remaja
    • Video
  • Sejarah
  • Analisa
    • Tsaqofah
    • Hukum
  • Featured
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Pendidikan Anak
    • Pendidikan Remaja
    • FiksiBaru
Tanah Ribath Media
Telusuri
Beranda Sastra Mengikat Aksara dalam Karya
Sastra

Mengikat Aksara dalam Karya

Tanah Ribath Media
Tanah Ribath Media
06 Okt, 2025 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

Oleh: Kartika Soetarjo
(Sahabat Tanah Ribath Media)

Ku sandarkan lelah ini di terik siang, merenungkan puncak getaran cinta.
Kusambut senja dengan syukur penuh di rongga.

Kemudian...
Terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari, dan sebuah doa kesyukuran tersungging di bibir senyuman.
Aku jatuh cinta. Sangat jatuh cinta. Namun, cintaku kali ini bukan jatuh pada manusia. Cintaku kali ini jatuh pada satu karya, sebuah buku pengikat ribuan aksara dari beratus-ratus kata yang penuh makna.

Terpaan lembut angin haru, disertai setitik debu ragu dan tak percaya, menerpa hati yang sedang berbunga bangga.
Tak kusangka, hobiku menulis membawaku hingga di posisi sekarang ini. "Aku, mempunyai buku sendiri"
Mungkin di mata mereka, para penulis senior, ini gak aneh. Karena menulis dan membuat buku sendiri sudah menjadi dunia mereka sejak dulu. Namun, di mataku, penulis pemula yang belum genap satu tahun sudah mempunyai buku sendiri, menurutku adalah satu kebanggaan.

Berawal dari seringnya membaca kiriman tulisan seorang teman ke group dakwah yang aku ikuti, lama-lama tumbuh rasa penasaran dengan adanya kata-kata asing dalam dunia literasi yang sama sekali tidak aku fahami.
Aku, si bawel, yang kalau satu ilmu belum difahami akan terus bertanya. Apalagi kalau ilmu itu ilmu yang paling aku sukai. Ya, menulis. 

Menulis adalah sesuatu yang paling aku sukai sejak kecil. Bagiku, menulis adalah teman. Menulis adalah tumpuan. Menulis adalah obat, dan menulis bagiku adalah rumah kedua. Di mana, dengan menulis aku bisa pulang, bisa curhat, bisa nyaman, serta bisa membuat dada yang sesak menjadi lega.

Dulu, aku mengira menulis tidak serumit ini. Masih menggelayut dalam benak, ketika naskah pertamaku tayang. Aku melonjak kegirangan, tak menyangka bahkan tak berharap, karena membaca naskah teman-teman begitu hebat-hebat. Tantangan paling menguji mampir di naskah kedua. Sebuah cerpen yang cara menulisnya 80% salah semua. Kalimat yang tidak sesuai dengan KBBI, salah peletakan huruf kapital, salah tanda petik, dan kesalahan-kesalahan lainnya.

Naskah yang beberapa kali dikembalikan itu, membuat aku jengkel. Gawaiku hampir kulempar, tapi cepat-cepat istighfar, karena kalau gawaiku sampai rusak, selain akan kena semprot my husband, juga tidak akan dibelikan lagi, ha ha ha.

Beruntung, ada dua sosok yang sabar membimbing. Guru menulisku dan Pemimpin Redaksi TRM, mereka terus membimbing dan memberi semangat agar aku terus belajar dan tidak malu untuk bertanya. Karena, kalau malu bertanya akan sesat dalam tulisan.

Di sela kesibukanku sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai pengasuh anak-anak pengajian, aku terus menulis. Menulis sebuah naskah bagiku yang belum begitu mahir dalam mengolah kata, dan mengukir aksara agar enak dibaca, itu memerlukan waktu berjam-jam.

Selain harus bolak-balik dibaca ulang sebelum di kirim ke admin, aku juga harus memeriksa dengan jeli, agar tulisan tidak ada yang typo. Sungguh perjalanan yang tidak mudah untuk sebuah pencapaian yang memuaskan. Malamnya sering kurang tidur, karena terus mengasah kemampuan dalam menulis, siangnya disibukkan dengan pekerjaan rumah dan mengajar ngaji anak-anak. Sampai-sampai badanku yang sudah tidak lagi muda ini kelelahan, hingga sering diterpa demam.

Namun, lagi-lagi karena cinta yang membuat aku terus melangkah walau tertatih demi meraih asa lewat pena untuk mengukir banyak karya, dengan harapan karyaku bermanfaat untukku, dan untuk umat.

Akhirnya, perlahan tapi pasti. Satu, dua naskah yang walau masih sering salah meski tidak begitu parah, bisa tayang juga.
Aku bangga. Walau tulisanku masih kerdil jika dibandingkan dengan tulisan mereka, para seniorku. Aku, tidak ada apa-apanya.
Namun, aku belajar untuk tidak membandingkan kemampuanku dengan mereka, agar aku selalu bersyukur. Ini, adalah kemampuanku yang Allah anugerahkan kepadaku, tidak kepada orang lain. Semua manusia diberikan kemampuan yang berbeda-beda. Masalahnya terletak di manusia itu sendiri, bisakah mengolah kemampuan itu semaksimal mungkin? Walau mungkin tidak akan ada kemampuan yang sempurna pada diri manusia, atau hanya berdiam diri, padahal Allah sudah memberi kemampuan pada masing-masing diri.

Ikatlah Ilmu dalam Tulisan

Alhamdulillah, setelah melewati berbagai kesulitan dalam menulis. Setelah kuikat ilmu dalam tulisanku, aku memberanikan diri untuk mengikat semua tulisanku dalam sebuah buku. Agar kata tidak berserakan, agar tulisan tidak berceceran. Akhirnya, kuikat kalimat dengan erat ku ikat aksara dalam sebuah karya,

 "Berbalas Cinta dengan Sang Maujud".

Sebuah kumpulan tulisan sederhana penuh ibrah dan makna. Mengajak penulis dan pembacanya untuk selalu rendah hati, bersyukur, berserah diri, tahu terimakasih, selalu menyadari kesalahan, selalu mengalah, dan selalu berserah serta selalu bersujud kepada Sang Maujud.

Terimakasih guru-guru mengajiku, guru menulisku, Pemimpin Redaksi Tanah Ribath Media, sahabat nyata dan sahabat dunia maya. Semoga jariyah ilmu dan kebaikan kalian dibalas oleh Allah Swt. Aamiin. Jazakumullah khair. "Manjadda wajada" Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil. 
Wallahu'alam bishawwab.

Via Sastra
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

- Advertisment -
Pasang Iklan Murah
- Advertisment -
Pasang Iklan Murah

Featured Post

Saat Anak Tak Lagi Aman, Bahkan dari Orangtuanya Sendiri

Tanah Ribath Media- Oktober 13, 2025 0
Saat Anak Tak Lagi Aman, Bahkan dari Orangtuanya Sendiri
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi (Sahabat Tanah Ribath Media) TanahRibathMedia.Com— Di era sekarang, keselamatan anak tidak lagi bisa dianggap pasti, b…

Most Popular

Kumpul Kebo Berujung Mutilasi, Buah Liberalisme Pergaulan

Kumpul Kebo Berujung Mutilasi, Buah Liberalisme Pergaulan

Oktober 13, 2025
Bolehkah Job Hugging?

Bolehkah Job Hugging?

Oktober 09, 2025
Solusi Dua Negara Tidak Dibutuhkan Rakyat Gaza

Solusi Dua Negara Tidak Dibutuhkan Rakyat Gaza

Oktober 09, 2025

Editor Post

Tak Habis Pikir

Tak Habis Pikir

Juni 11, 2023
Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Juni 09, 2023
Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Agustus 06, 2024

Popular Post

Kumpul Kebo Berujung Mutilasi, Buah Liberalisme Pergaulan

Kumpul Kebo Berujung Mutilasi, Buah Liberalisme Pergaulan

Oktober 13, 2025
Bolehkah Job Hugging?

Bolehkah Job Hugging?

Oktober 09, 2025
Solusi Dua Negara Tidak Dibutuhkan Rakyat Gaza

Solusi Dua Negara Tidak Dibutuhkan Rakyat Gaza

Oktober 09, 2025

Populart Categoris

Tanah Ribath Media

Tentang Kami

Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Contact us: contact@gmail.com

Follow Us

Copyright © 2023 Tanah Ribath Media All Right Reserved
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Advertisement
  • Contact Us