IBRAH
Kita Selalu Pikir Punya Waktu
Oleh: M. Fathin Zaidan
(Pelajar Kelas XII)
TanahRibathMedia.Com—Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dari kita hidup dengan anggapan bahwa waktu selalu berpihak pada manusia. Kita sering berkata “nanti saja”, seolah waktu akan selalu tersedia tanpa batas. Pikiran seperti ini membuat kita menunda hal-hal penting seperti belajar, meminta maaf, berbuat baik, bahkan sekadar menunjukkan kasih sayang. Kita lupa bahwa waktu tidak bisa kita kendalikan. Ia berjalan terus, tanpa menunggu siapa pun, tanpa memberi kesempatan untuk mengulang.
Fenomena ini tampak jelas di sekitar kita. Pelajar yang menunda belajar merasa panik menjelang ujian. Orang yang menunda pekerjaan akhirnya harus begadang untuk mengejar tenggat waktu. Bahkan dalam hal yang lebih pribadi, seseorang sering menyesal karena belum sempat berbicara atau berbuat baik kepada orang yang kini telah tiada. Semua contoh tersebut menggambarkan satu hal: manusia sering terjebak dalam keyakinan palsu bahwa mereka masih memiliki banyak waktu, padahal waktu terus berkurang setiap detik.
Penyesalan adalah teman setia bagi mereka yang sering menunda. Ketika kesempatan telah berlalu, barulah kita menyadari betapa berharganya waktu yang pernah kita abaikan. Kalimat “andai saja aku dulu melakukannya” menjadi penyesalan yang menghantui banyak orang. Padahal, semua itu bisa dihindari jika sejak awal kita menyadari bahwa waktu adalah sumber daya yang paling berharga dalam hidup. Tidak ada sesuatu yang lebih adil daripada waktu, karena setiap orang diberi jatah yang sama: dua puluh empat jam setiap hari. Namun, cara kita menggunakannya lah yang membedakan hasil akhirnya.
Kita perlu memahami bahwa waktu bukanlah milik yang bisa kita simpan. Ia seperti air yang mengalir—tak bisa dipegang, hanya bisa dimanfaatkan sebelum habis. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk hidup dengan kesadaran penuh. Artinya, kita perlu memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat dan bermakna. Menggunakan waktu dengan bijak bukan hanya soal produktivitas, tetapi juga soal menghargai kehidupan dan orang-orang di sekitar kita.
Namun, menghargai waktu bukan berarti hidup dalam ketergesaan. Menghargai waktu berarti menjalani setiap momen dengan sepenuh hati. Saat belajar, kita fokus. Saat bersama keluarga, kita benar-benar hadir, bukan sibuk dengan ponsel atau pikiran lain. Dengan begitu, setiap detik yang berlalu tidak hanya menjadi angka dalam jam, tetapi juga menjadi bagian dari kisah hidup yang berharga. Hidup yang dijalani dengan kesadaran waktu akan lebih bermakna, karena kita sadar bahwa setiap momen bisa menjadi yang terakhir.
Penting juga bagi kita untuk menanamkan kebiasaan tidak menunda dalam diri sendiri. Mulailah dari hal-hal kecil, seperti menyelesaikan tugas tepat waktu, membantu orang tua tanpa disuruh, atau sekadar mengucapkan terima kasih hari ini juga. Dengan disiplin kecil seperti itu, kita sedang belajar untuk menghormati waktu dan diri sendiri. Karena sesungguhnya, orang yang pandai mengatur waktu adalah orang yang sedang menata masa depannya.
Pada akhirnya, pernyataan “kita selalu pikir kita punya waktu” adalah peringatan lembut bagi semua manusia. Hidup ini tidak panjang, dan waktu tidak akan menunggu sampai kita siap. Maka sebelum kata “nanti” berubah menjadi “terlambat,” lakukanlah apa yang perlu dilakukan hari ini. Mulailah mengejar mimpi, belajar dengan sungguh-sungguh, memaafkan, dan mencintai dengan sepenuh hati. Sebab suatu hari nanti, kita akan menyadari bahwa waktu yang dulu kita abaikan tidak akan pernah kembali lagi.
Via
IBRAH
Posting Komentar