Puisi
Ketika Rembulan Menuntunku Pulang
Oleh: Rianti Budi Anggara
TanahRibathMedia.Com—Malam datang dengan lembutnya
membawa damai setelah terik membakar asa
Aku duduk di bawah langit tanpa batas
menatap lukisan tanpa kanvas
goresan cahaya Ilahi sempurna, abadi, tanpa cela
Peluh menetes, sisa hari yang sarat
mengejar ambisi dan harapan yang kerap tak tepat
Beban menumpuk di pundak, waktu terus berlari
sementara hatiku tertinggal, tersesat di antara hiruk dan janji
Lalu kuangkat pandang
kulihat rembulan menggantung tenang
Dalam bisik cahaya lembutnya, seolah ia berkata:
“Tidakkah cukup dunia menuntutmu sepanjang siang?
Kini, biarlah hatimu pulang
kepada Dia, Sang Pemilik Tenang.”
Aku terdiam
Malam berzikir dalam desau angin yang damai
menyebut nama Tuhan dengan lirih yang suci
dan bintang-bintang menunduk sopan
seperti para malaikat yang sedang berdoa di langit tinggi
Rembulan menjadi saksi
atas doa-doa yang tak terucap dalam sepi
“Ya Allah,” bisikku lirih
“jika langkahku hari ini terlalu jauh dari-Mu
maka tuntunlah aku
seperti Engkau menuntun rembulan menuju purnama-Mu”
Cahaya putih kekuningan menyentuh wajahku lembut
menyapu resah, menenangkan kalut
Aku belajar tentang ikhlas
bahwa tidak semua yang berat harus kuperjuangkan keras
kadang, yang paling indah adalah menyerah dengan tulus
pada kehendak-Mu yang arif dan halus
Malam makin larut
dan aku masih di sini, bersama rembulan yang khusyuk bersujud
Dalam diam aku mengerti
bahwa perjalanan pulang bukan sekadar kembali ke rumah
tetapi menuju Dia
tempat segala lelah berlabuh
dan segala doa menemukan arah
Kuakhiri malam dengan senyum kecil
membiarkan hati bersandar di cahaya putih yang adil
Sebab kini aku tahu
di tengah dunia yang bising dan bimbang
akan selalu ada rembulan
ada bintang, ada Tuhan
yang dengan kasih-Nya, menuntunku pulang
Via
Puisi
Posting Komentar