Opini
"Girls Takeover", Solusi Permasalahan Perempuan?
Oleh: Fenti
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Tanggal 11 Oktober adalah Hari Anak Perempuan Internasional. Program Girls Takeover yang diinisiasi oleh Plan International pada tahun 2016, kembali digelar sebagai bentuk kampanye global. Program ini mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah meningkatkan kesadaran pentingnya kepemimpinan perempuan dan membangun kepercayaan diri serta menyuarakan pentingnya kesetaraan di dunia kerja dan posisi strategi.
Kampanye Girls Takeover 2025 mengadakan kegiatan di beberapa tempat, di mana perempuan Indonesia diberikan kesempatan menjadi pemimpin dalam sehari. Di kediaman kedutaan besar Kanada di Jakarta, seorang perempuan muda menggantikan posisi duta besar diplomat hingga pimpinan organisasi International dan mengikuti berbagai agenda resmi. Sedangkan di tempat lain, Plan International bekerja sama dengan perusahaan farmasi yaitu Astrazeneca memberikan kesempatan bagi remaja perempuan usia 15-24 tahun untuk mengambil peran pemimpin dan menyuarakan gagasan untuk solusi kesehatan lebih inklusif sehingga terwujud kesetaraan kesehatan, terutama terkait penanggulangan penyakit tidak menular.
Direktur Plan International, Dini Widiastuti menjelaskan bahwa kampanye Girls Takeover ini selain bertujuan untuk kesetaraan gender juga bertujuan menyebarkan keyakinan kepada anak perempuan bahwa mereka memiliki kemampuan mengambil peran-peran penting (Merdeka.com, 2-10-2025).
Sekilas program Girls Takeover ini terlihat positif. Para perempuan muda diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin secara praktis. Namun mampukah program Girls Takeover ini menyelesaikan permasalahan perempuan saat ini? Yang ada, dengan adanya kesetaraan gender ini menimbulkan permasalahan baru, seperti banyak perempuan terlibat gaya hidup bebas, free sex, LGBT, eksploitasi tenaga perempuan sehingga menjadi penyangga kehidupan ekonomi keluarga. Bukan hanya eksploitasi tenaga perempuan saja, tapi juga eksploitasi tubuh perempuan demi keuntungan ekonomi, seperti prostitusi hingga ‘surrogate mother’ (sewa rahim).
Misi kesetaraan gender itu salah kaprah, karena menyamaratakan partisipasi antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek, namun tidak memperhatikan perbedaan peran biologis dan syariat. Allah Swt. menyamakan laki-laki dan perempuan sebagai manusia, memiliki kewajiban dan hak yang sama untuk taat pada syariat yang ditetapkan, seperti: sholat, puasa, dan haji. Namun Allah membedakannya antara laki-laki dan perempuan berdasarkan syariat. Seorang perempuan berkewajiban sebagai "ummun wa rabbatul bait", yakni sebagai ibu dan pengelola rumah sedangkan laki-laki sebagai pencari nafkah.
Islam adalah sistem kehidupan yang memberikan ruang yang tepat pada perempuan dalam kehidupan publik. Islam mengatur peran perempuan sedemikian rupa sehingga tidak menyalahkan fitrahnya dan tidak melanggar syariat. Seorang perempuan pun selain sebagai ummun wa rabbatul bait juga aktif sebagai aktivis dakwah.
Perempuan boleh bekerja, bukan sebagai penggerak ekonomi keluarga namun bisa memberikan kontribusi keilmuannya untuk umat. Islam pun tidak melarang perempuan sebagai aktivis di pemerintahan, tapi tidak sebagai pemimpin yang mengambil keputusan kebijakan, hanya dalam hal administrasi. Perempuan tidak wajib bekerja, tetapi nafkah mereka dijamin oleh suaminya, walinya, kerabatnya, atau negara. Ini menjadikan perempuan tidak dituntut untuk berdaya secara ekonomi sehingga perempuan bisa optimal menjalankan tugas utamanya sebagai ummun wa rabbatul bait. Karena kepemimpinan diwajibkan atas kaum laki-laki.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَلرِّجَا لُ قَوَّا مُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَاۤ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَا لِهِمْ ۗۗ
"Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.” (TQS. An-Nisa' 4: Ayat 34)
Islam tidak mengekang perempuan seperti yang dinarasikan para pejuang kesetaraan gender, tapi Islam memuliakan perempuan dan melindungi mereka dengan sebaik-baik perlindungan. Perempuan dalam Islam bisa meraih kemuliaan pada level yang tinggi, tidak seperti kondisi hari ini.
Wallahualam.
Via
Opini
Posting Komentar