Opini
Gen Z Wajib Menolak Two State Solution
Oleh: Asti
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.ComSalah satu berita yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini adalah berita tentang pelayaran Global Sumud Flotilla. Global Sumud Flotilla (GSF) adalah gerakan sipil kemanusiaan maritim yang gabungan berbagai negara di dunia. Global Sumud Flotilla (GSF) bertujuan untuk menembus pengepungan ilegal di Gaza. Mereka bermaksud mengirimkan bantuan obat-obatan dan makanan bagi saudara-saudara kita di Gaza. Saat ini, saudara-saudara kita di Palestina telah sangat menderita. Mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan pemenuhan dasar kehidupan seperti makanan dan obat-obatan di tengah gempuran tentara z*onis laknatullah. Saudara-saudara kita di Palestina sangat membutuhkan bantuan. Banyak informasi beredar di media yang menggambarkan bagaimana penderitaan saudara-saudara kita di Palestina sana. Kelaparan dimana-mana, banyak yang terluka, bahkan jumlah orang yang meninggal makin banyak dari waktu ke waktu. Kondisi ini menimbulkan simpati yang besar dari warga dunia.
Atas nama kemanusiaan, banyak aktivis yang berjuang untuk mengirimkan bantuan ke Palestina meskipun harus berhadapan dengan tentara z*onis. Para aktivis ini telah mempersiapkan rencana-rencana apa saja yang harus dilakukan nantinya saat harus berhadapan dengan tentara z*onis. Ketika jalan darat tidak bisa ditempuh, maka jalur laut pun jadi pilihan. Gerakan ini membawa harapan besar untuk bisa meringankan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina. Sayangnya, perjalanan gerakan ini tidaklah berjalan mulus. Kapal-kapal GSF dihadang oleh tentara zio*is. Para aktivisnya di tangkap dan di deportasi ke negara masing-masing. Serangan terhadap bantuan kemanusiaan ini sesungguhnya telah menunjukkan serangan terhadap seluruh nilai kemanusiaan.
Blokade pengiriman bantuan kemanusiaan ini menyebabkan gelombang protes pro-Palestina di berbagai negara. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim menyebut penahanan kapal bantuan sebagai bentuk intimidasi dan penghinaan terhadap hak rakyat Palestina dan hati nurani dunia. Di Kolombia, Presiden Gustavo Petro mengusir diplomat Israel dan membatalkan perjanjian dagang antar kedua negara. Di Jerman pemerintah meminta Israel bertindak proporsional dan sesuai hukum internasional. (tempo.co, 6 Oktober 2025). Ribuan massa di berbagai negara di dunia pun tidak ketinggalan turun ke jalan untuk mengecam tindakan I*rael ini. Mereka mengecam tindakan I*rael yang telah mencegat bantuan kemanusiaan ini. Masyarakat dunia nampaknya sudah muak dengan kekejaman dan kesewenang-wenangan I*rael.
Kepedulian Gen z terhadap penderitaan muslim Palestina patut diapresiasi. Pemuda adalah fase kehidupan manusia yang penuh kekuatan, idealisme, dan berani mengambil resiko. Idealisme para pemuda menjadikan mereka peduli pada kebenaran dan tidak tinggal diam terhadap kesewenang-wenangan. Sejak zaman dulu, pemuda telah menjadi pionir perubahan. Banyak sahabat-sahabat Rasulullah yang merupakan pemuda. Potensi yang dimiliki pemuda ini perlu diarahkan dengan jalan islam agar tidak menjadi salah arah dan tujuan. Adanya peristiwa pencegatan bantuan kemanusiaan ini harus menyadarkan generasi muda bahwa sejatinya z*onis tidak faham bahasa perdamaian. Mereka hanya faham bahasa perang.
Masalah Palestina telah berlangsung sangat lama. Wilayah Palestina yang dulu sangat luas, sekarang hanya tersisa sedikit saja. Wilayah Palestina telah banyak dicaplok Is*rael. Dunia juga telah banyak menyaksikan bagaimana kekejaman z*onis terhadap rakyat Palestina. Untuk bisa menyelesaikan masalah Palestina sampai tuntas, tentu perlu dilihat dulu akar masalahnya. Akar masalah dari ini adalah penerapan kapitalisme dalam kehidupan. Kapitalisme menjadikan hidup terpisah dari aturan islam. Aturan Islam hanya diambil aspek ibadah ritual saja, sementara aspek kehidupan lain, seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya dijauhkan dari Islam. Bisa jadi banyak yang belum sadar akan hal ini karena saking lekatnya paham kapitalisme ini.
Kapitalisme demokrasi menjadikan umat muslim terpecah-pecah, dikotak-kotak dengan faham nasionalisme. Hal ini menjadikan kaum muslimin lemah. Ketika kaum muslimin diserang, seperti di Palestina, banyak pemimpin negeri-negeri lainnya yang merasa cukup hanya dengan mengecam atau memberi bantuan. Padahal itu saja tidak cukup. Selayaknya para pemimpin negeri-negeri muslim bersatu di bawah satu komando untuk mengirimkan tentara-tentara mereka mengusir musuh- musuh Islam. Islam sangat menghargai nyawa 1 orang muslim. Faktanya, saat ini sudah berapa banyak nyawa saudara saudara yang melayang. Sudah banyak tanah-tanah kaum muslim yang terampas. Mau sampai kapan kaum muslim tetap diam?
Masalah Palestina tidak akan bisa selesai dengan solusi negara seperti yang digaungkan PBB, justru itu akan melegalisasi negara I*rael. Umat muslim harus mengambil solusi Islam untuk menyelesaikan setiap masalah hidupnya dan hendaknya gen z, selaku generasi muda menjadi motor perubahan ke arah Islam.
Wallahu’alam bis showab.
Via
Opini
Posting Komentar