Opini
Gen Z Tolak Two-State Solution
Oleh: Pudji Arijanti
(Pegiat Literasi untuk Peradaban)
TanahRibathMedia.Com—Komunitas Solidaritas untuk 𝘑𝘶𝘴𝘵𝘪𝘤𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘗𝘢𝘭𝘦𝘴𝘵𝘪𝘯𝘦 (SJP) Bandung menggelar aksi protes sebagai bentuk solidaritas terhadap kapal-kapal 𝘎𝘭𝘰𝘣𝘢𝘭 𝘚𝘶𝘮𝘶𝘥 𝘍𝘭𝘰𝘵𝘪𝘭𝘭𝘢 yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Mereka membawa obat, makanan, dan harapan bagi rakyat Gaza. Namun, kemanusiaan kembali diblokade sehingga bantuan terhenti di tengah jalan. Kapal-kapal tersebut dilaporkan mengalami pencegatan oleh militer Israel di perairan internasional. Dikabarkan terjadi penculikan terhadap sejumlah aktivis kemanusiaan.
Oleh karena itu, aksi solidaritas ini menuntut penghentian blokade dan perlindungan terhadap misi kemanusiaan, sehingga kondisi krisis di Gaza dapat diperhatikan dunia dengan lebih serius. Selain itu, komunitas SJP Bandung menyerukan agar dunia memberikan perhatian ekstra terhadap situasi tersebut (Jabar Ekspres.com, 2-10-2025).
Dunia bereaksi cepat terhadap tindakan Israel dengan protes yang meluas di kota-kota besar seperti London, Paris, Roma, dan Brussels. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat internasional sudah muak dengan kesewenang-wenangan Israel yang dianggap melanggar nilai-nilai kemanusiaan dan hukum internasional, sehingga tekanan untuk menghentikan blokade dan kekerasan terhadap Gaza semakin kuat.
Generasi Z di Maroko - Bandung telah mengambil peran penting sebagai penggerak perubahan. Mereka menyuarakan dukungannya dengan penuh semangat terhadap Global Sumud Flotilla dan menentang penindasan. Selain itu, dengan kreativitas dan keberanian khas Gen Z.
Analisis Kritis Generasi Z
Sejatinya, apresiasi dan arah pandang Gen Z Maroko - Bandung terhadap penderitaan Muslim Palestina, mencerminkan kesadaran politik yang kritis sekaligus semangat solidaritas yang kuat.
Generasi muda ini tidak hanya memahami penindasan yang terus berlangsung. Akan tetapi juga berani menyuarakan dukungan mereka dalam berbagai bentuk, baik melalui kampanye sosial, aktivisme digital, maupun aksi nyata di lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka bukan hanya penonton atas ketidakadilan, tetapi juga turut bergerak untuk memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina.
Dengan semangat yang penuh empati, generasi muda ini seolah menegaskan bahwa aktivitas politik merupakan tanggung jawab bersama yang menuntut partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat. Sikap mereka menjadi pengingat pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam menghadapi krisis kemanusiaan. Dalam konteks yang lebih luas, Gen Z beranggapan kepedulian generasi muda terhadap penderitaan Muslim Palestina adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan yang dialami rakyat Palestina.
Akan tetapi, ada hal yang paling menonjol pada diri Generasi Z di Maroko dan Bandung. Mereka memahami bahwa Two-State Solution bukanlah solusi yang tepat, melainkan bentuk kompromi yang menyesatkan. Dimana solusi tersebut tidak dapat menyelesaikan akar persoalan penindasan dan penjajahan Israel terhadap rakyat Palestina. Mereka menganggap bahwa pembagian wilayah dalam solusi dua negara justru semakin memperkuat ketidakadilan rakyat Palestina. Bahkan mengorbankan hak-hak mendasar rakyat Palestina.
Selain itu, generasi muda ini melihat solusi dua negara sebagai kompromi yang tidak adil karena tidak benar-benar mengakui kedaulatan penuh Palestina dan tetap memberikan ruang keberadaan Israel yang dianggap sebagai agresor. Oleh karena itu, mereka lebih menuntut penghentian total penjajahan dan penindasan tanpa kompromi.
Maka, pencegatan terhadap armada kemanusiaan ini menjadi bukti nyata bahwa Zionis hanya memahami satu bahasa: perang dan mengusir mereka dari tanah Palestina sebagai tanah suci yang diberkahi dan memiliki kaitan erat dengan ajaran Islam.
Mereka menolak segala bentuk upaya damai, bahkan ketika yang datang hanyalah bantuan untuk rakyat yang tertindas. Dalam logika politik mereka, kekerasan dianggap cara paling sah untuk mempertahankan hegemoni atas rakyat Palestuna, sementara kemanusiaan justru dipandang sebagai ancaman.
Sudah saatnya kaum muslim menyadari, Solusi Two-State adalah haram. Hal ini adalah gagasan untuk membagi wilayah antara Israel dan Palestina. Maka, satu-satunya cara dalam membebaskan Palestina adalah dengan jihad dan khilafah. Karena sesungguhnya Palestina milik umat Islam.
Dengan demikian, membebaskan Palestina tidak mungkin dicapai lewat diplomasi sekuler atau solusi dua negara. Hanya jihad dan Khilafah harapan kita satu-satunya dalam membebaskan penjajahan atas rakyat Palestina.
Kita memohon pertolongan Allah Swt agar segera dihadirkan seorang pemimpin bagi umat Islam yang nantinya dapat membebaskan Palestina dari kekejaman dan kejahatan negara-negara kafir yang ingin menguasai Negara Palestina. Khilafah yang dapat menyatukan umat dan mengerahkan kekuatan politik serta militer secara terorganisir untuk membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan.
Wallahualam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar