Opini
Gen-Z Bicara Perubahan, Potensi Besar Kebangkitan Umat
Oleh: Risna Ayu Wulandari, S.Pd.
(Aktivis Dakwah)
TanahRibathMedia.Com—Gen-Z bukan sekadar generasi digital mereka adalah denyut nadi perubahan zaman. Suara mereka menggema di media sosial, aksi-aksi lapangan, hingga forum diskusi publik. Mereka adaptif, penuh rasa ingin tahu, dan kreatif. Namun, banyak analisis psikologi modern yang hanya menganggap semangat itu sebagai fenomena generasional semata. Padahal, yang sejatinya mendorong mereka bersuara adalah fitrah kemanusiaan yang Allah tanamkan: dorongan untuk menolak kezaliman dan menuntut keadilan.
Dorongan ini bukan sekadar gejolak muda, tapi suara hati yang Allah ciptakan agar manusia tidak rela hidup dalam penindasan. Islam menegaskan bahwa fitrah tersebut hanya akan menemukan jalan lurusnya jika diarahkan dengan tuntunan wahyu. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (TQS. An-Nisa: 58)
Rasulullah saw. bahkan menempatkan orang yang berani menegur penguasa zalim di kedudukan mulia — pemimpin para syuhada. Artinya, keberanian Gen-Z bersuara adalah modal fitri yang harus diarahkan untuk perjuangan sistematis melawan kezaliman, bukan hanya letupan sesaat.
Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda selalu menjadi pilar kebangkitan Islam. Mush’ab bin Umair, meski masih muda dan berasal dari keluarga kaya, rela meninggalkan kemewahan demi mengajak satu per satu penduduk Yatsrib hingga Islam tegak di Madinah. Ali bin Abi Thalib, dalam usia belia, tidur di ranjang Rasulullah saw. saat peristiwa hijrah — sebuah keberanian yang menggetarkan. Mereka menunjukkan bahwa potensi pemuda harus dihubungkan dengan proyek perubahan hakiki: menegakkan syariat Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Maka, solusi bagi Gen-Z hari ini adalah mengarahkan semangat perubahan mereka dengan cara yang tepat:
1. Mengasah kesadaran politik Islami
Gen-Z perlu memahami bahwa kerusakan sosial, kemiskinan, ketidakadilan hukum, hingga konflik global bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Semua ini bersumber dari satu akar: diterapkannya sistem buatan manusia yang jauh dari petunjuk Allah. Kesadaran ini akan menuntun mereka untuk tidak terjebak pada solusi tambal-sulam, seperti sekadar mengganti figur pemimpin atau memperbaiki satu-dua kebijakan. Kesadaran politik Islami mengajarkan bahwa perubahan yang hakiki adalah mengganti sistem yang rusak dengan sistem yang sesuai syariat Allah.
2. Menghidupkan budaya muhasabah lil hukam
Keberanian Gen-Z harus diarahkan untuk berbicara benar di hadapan penguasa, sebagaimana sabda Rasulullah saw.: “Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa zalim lalu menasihatinya, lalu dia dibunuh karenanya.”
Muhasabah lil hukam bukan sekadar mengkritik di media sosial, tetapi juga membangun opini publik agar penguasa kembali kepada hukum Allah. Gen-Z dapat menghidupkan diskusi-diskusi sehat, membuat konten yang mencerahkan, dan mengajak teman-temannya memahami pentingnya menasihati penguasa dengan cara yang benar.
3. Mengorganisasi kekuatan pemuda untuk perubahan terarah
Energi besar Gen-Z akan sia-sia jika hanya dilepaskan lewat protes sporadis atau kampanye sesaat. Mereka perlu menghimpun diri dalam barisan perjuangan yang terarah, berdiskusi, mengkaji, dan bergerak bersama menuju perubahan mendasar. Dengan cara ini, semangat mereka tidak hanya reaktif terhadap isu-isu viral, tetapi menjadi motor penggerak bagi lahirnya kepemimpinan Islam yang menegakkan keadilan hakiki, melindungi rakyat, dan membawa rahmat bagi seluruh dunia.
Bayangkan jika langkah-langkah ini benar-benar dijalankan. Gen-Z tidak hanya menjadi ‘trend setter’ sesaat, tetapi pencatat sejarah kebangkitan umat. Mereka akan dikenang sebagai generasi yang mengembalikan cahaya Islam, menutup tirai kegelapan, dan mengantarkan dunia pada peradaban yang dipenuhi keadilan.
Via
Opini
Posting Komentar