Opini
Cinta Rasulullah saw. Harus Total dan Kafah
Oleh: Imam Wahyono
(Lulusan API III 2025)
TanahRibathMedia.Com—Saat ini, berbagai problem sedang menghinggapi muslim Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Permasalahanya pun sebenarnya sudah disadari secara umum. Tetapi masih saja rakyat dan pemimpinnya atau elit politik melakukukan kesalahan yang sama dari tahun ke tahun, seperti tidak merasa telah melakukan kesalahan, aneh. Sudah 80 tahun usia negeri muslim terbesar di dunia ini merdeka dari penjajahan Portugis, Jepang, dan Belanda. Kalo di ukur dengan umur manusia, sudah dewasa dan matang, hari ini sudah tinggal menikmati hasil kerjanya. Rupanya muslim negeri ini belum sadar bahwasanya, setelah mengusir penjajah dengan mengangkat senjata, pemikiran dan aturan penjajah tidak ikut terusir. Yang terjadi secara fisik penjajahan sudah tidak ada, tetapi penjajahan politik, ekonomi, sosial dan budaya masih berlangsung hingga hari ini. Penjajahan bentuk ini sering kali tidak dirasakan oleh korban karena tidak kasat mata, kecuali bagi mereka yang paham aturan hidup (ideologi) Islam saja.
Dampaknya, negeri ini yang sudah cukup lama “merdeka”, malah terjangkiti berbagai permasahan yang tidak ringan. Dari wakil rakyat yang menghina rakyatnya dengan menaikkan gajinya, sementara rakyat hidup kembang kempis karena tekanan ekonomi. Pajak PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dinaikkan dengan semena-mena lebih dari seratus persen, ditambah semua sektor akan dikenai pajak. Jutaan orang mencari kerja, termasuk di dalamnya lulusan sarjana, tetapi hanya ada sedikit lowongan kerja (loker). PHK (Pemutus Hubungan Kerja) diberbagai sektor, terutama perusahaan tekstil yang banyak menyerap tenaga kerja. Dicanangkan efisiensi anggaran, tetapi di sisi lain menambah jabatan baru di pemerintah. Berencana menambah utang baru yang sebelumnya saja belum lunas, sementara kekayaan sumber daya alam yang berpotensi besar menyumbang keuangan negara dibiarkan dikeruk perusahaan asing atau swasta.
Warga banyak yang menderita stress atau depresi berat, salah satu kasus di antaranya, peristiwa di Bandung, seorang ibu bunuh diri setelah sebelumnya membunuh dua anaknya. Salah satu pemicu utamanya karena tekanan ekonomi. Sungguh miris kondisi negeri ini, berjibun masalah dihadapi warganya, padahal tahun ini bisa dikatakan sebagai “masa depannya” saat 80 tahun yang lalu digaungkan kemerdekaan untuk menyonsong kehidupan yang adil dan makmur di masa depan, ironis.
Sebetulnya, solusi permasalahan itu sudah lama diberikan oleh sebuah partai politik Islam ideologis internasional yaitu HT (Hizbut Tahrir), sayangnya solusi itu senantiasa diabaikan. Sebagai contoh: Tinggalkan ekonomi ribawi karena merusak pasar dan tidak menjadi berkah kehidupannya, disamping itu, dosa riba yang paling ringan sama dengan menzinahi ibunya, diabaikan.
Tinggalkan politik demokrasi karena rakyat hanya sebagai legalitas berkuasa, faktanya anggota dewan tidak pernah betul-betul membela kepentingan rakyat dan yang lebih fatal yaitu memberikan hak membuat hukum kepada manusia di lembaga legislatif.
Tinggalkan nasionalisme kerena menghilangkan ukhuwah Islamiyah, memecah belah umat, karena alasan itu pula, negeri ini enggan mengirim militer untuk menghentikan penjajah Israel atas tanah Palestina.
Di sisi lain, di bulan Rabi’ul awal 1447 ini, semua muslim mengaku cinta Rasulullah saw dengan merayakan Maulid Nabi saw di berbagai tempat, membacakan perjuangan Rasul saw dalam kitab Sirah Ibnu Hisyam, membaca sholawat ribuan kali, hal itu wajar dilakukan, sebagai ungkapan rasa cintanya yang dalam. Tetapi sayangnya, saat ini derajat kecintaannya masih parsial (sebagian) belum totalitas, karena semua hal yang telah di contohkan Rasul saw sebagiannya diabaikan terutama masalah pengaturan antar manusia. Sabdanya:
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia menjadikan aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan segenap manusia.” (HR. Bukhari).
Padahal kalau dilihat problem yang dihadapi umat dengan solusi yang di berikan Rasul saw., sudah jelas. Tidak ubahnya seperti anak kunci dan gemboknya, atau pepatah jawa mengatakan “tumbu ketemu tutup”, alias klop.
Perintah Allah: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah” (TQS Al-Hasyr:7)
Jadi umat ini aneh, mengaku cinta berat kepada Rasulullah saw., tetapi dalam waktu yang sama abai terhadap sebagian dari apa yang telah diberikan. Maka manusia dalam kondisi seperti itu, masih sekular. []
Via
Opini
Posting Komentar