Opini
Potret Keruh 80 Tahun Indonesia Merdeka
Oleh: Shifwah Widad
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Daerah perkotaan seringkali menjadi sasaran masyarakat dalam mencari pekerjaan. Siapa sangka, ternyata fenomena kemiskinan, pengangguran dan PHK di daerah perkotaan kian meningkat.
Berbanding terbalik dengan jumlah kemiskinan dan pengangguran di daerah pedesaan yang semakin menurun. Hal ini telah disampaikan oleh Deputi Bidang Statistik Sosial (BPS) Ateng Hartono yang mengatakan bahwa selama periode Agustus 2024 hingga Februari 2025 terjadi kenaikan jumlah setengah pengangguran sekitar 460.000 orang, dan dalam periode yang sama, kenaikan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada laki-laki perkotaan naik 0, 19 persen. Lain halnya dengan yang terjadi di pedesaan, tenaga kerja di sektor perdagangan dan pertanian mengalami peningkatan sebanyak 900.000 orang dalam sektor perdagangan dan 890.000 orang di sektor pertanian dalam rentang waktu Februari 2024 - Februari 2025.
Hampir 80 Tahun Indonesia merdeka, kemiskinan dan pengangguran selalu menjadi problem terbesar dalam negeri tercinta. Masalah ini tak kunjung usai, meskipun Indonesia telah berganti presiden sebanyak delapan kali, dan tak ada satupun kebijakan yang mereka cetuskan untuk memberantas kemiskinan dan pengangguran.
Angka pengangguran memang pernah stabil pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, akan tetapi seiring berjalannya masanya, yang terjadi rakyat semakin payah dan melarat, kesenjangan semakin terlihat.
Adapun solusi yang ditawarkan oleh negara hanya akan menutup lubang sementara. Karena kasus pengangguran dan kemiskinan merupakan persoalan sistemik yang memang pada dasarnya sistem ini berjalan untuk menciptakan kesenjangan antara si kaya dan si miskin.
Makan Siang Bergizi Gratis (MBG) misalnya, sebuah program yang diberikan oleh presiden Indonesia ke-delapan Prabowo Subianto yang bertujuan untuk menangani stunting karena ketidak mampuan masyarakat memberikan gizi yang seimbang kepada putra putri mereka. Padahal program tersebut tidak dapat mennutup permasalahan, karena hakikatnya kebutuhan manusia bukan hanya sebatas mengisi perut saja, tetapi sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan juga kebutuhan mereka untuk bertahan hidup.
Dari sini terlihat jelas bahwa Pemerintah sama sekali tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Menurut mereka, menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan nol koma sekian persen adalah sebuah pencapaian dan keberhasilan. Tidak peduli apakah masih ada yang kelaparan dan hidup dalam belenggu kebodohan atau tidak. Juga tidak peduli Lapangan pekerjaan yang dipersulit demi menjalin hubungan mesra dengan Investor asing demi meraup keuntungan untuk dirinya tanpa memikirkan nasib rakyatnya. Inilah sisi gelap dan sistem yang berlaku saat ini.
Ketika kursi kekuasaan mejadi ladang bisnis bukan tempat untuk menjalankan kewajiban meriayah rakyatnya, dan menjadikan kekuasaan seolah sebagai permainan bukan sebagai tanggung jawab yang harus dipikul sendiri akibatnya.
Tentu hal ini berbanding terbalik dengan yang ditawarkan Islam. Islam mampu memenuhi kebutuhan manusia secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan telah terjamin dalam kepemerintahan Islam.
Sebab keberadaan manusia dalam Islam perlu dijaga dan dilestarikan dari sesi kualitas dan juga kuantitas, demi kesejahteraan dan keberlangsungan hidupnya. Penguasa dalam Islam yakni khalifah tidak hanya menyalurkan makanan pokok sebagai bentuk tanggung jawab, tetapi memberikan layanan kesehatan yang baik, pendidikan yang berkualitas serta pekerjaan yang memadai. Juga tidak ada lagi orang tak berumah dijalanan. Dengan begitu tidak ada lagi nyawa yang terancam sebab kelaparan dan kriminalitas yang terjadi karena dampak kemiskinan. Begitulah cara Islam melindungi manusia, dengan syariat yang Allah Swt. berikan untuk diterapkan dan ditaati oleh seluruh manusia. Bukan bertujuan untuk diingkari dan diganti dengan aturan yang dibuat berdasarkan nafsu semata.
Wallahu a'lam.
Via
Opini
Posting Komentar