Opini
Merdeka Hakiki dalam Batasan Syar'i
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
TanahRibathMedia.Com—Pesta kemerdekaan digelar di mana-mana. Semua bersuka cita merayakan pagelaran hari kemerdekaan. Gelak tawa dan berbagai lomba memeriahkan setiap acara. Pesta rakyat dan pawai setiap kementerian digelar pemerintah untuk memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Indonesia yang telah memasuki usia 8 dekade.
Namun sayang, kemeriahan ini tidak sejalan dengan fakta yang terjadi. Tengok saja masalah badai PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang belum juga usai hingga saat ini. Tidak tanggung-tanggung, angka PHK di bidang tekstil telah memecahkan rekor angka pengangguran tertinggi sepanjang Agustus 2024 hingga Februari 2025, yakni hampir menyentuh angka 1 juta (metrotvnews.com, 8-8-2025). Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) menyajikan data pekerja terkena PHK sebanyak 939.038 (metrotvnews.com, 8-8-2025).
Penghasilan masyarakat tergolong tetap atau bahkan dinyatakan turun drastis, sementara pengeluaran makin besar. Alasannya harga-harga barang pokok semakin meroket dan banyak pungutan dari negara, akibatnya masyarakat terpaksa makan tabungan. Kondisi ini berbahaya secara ekonomi karena menggeser kelompok ekonomi rakyat kelas menengah dan menjatuhkannya ke dalam kelas masyarakat miskin.
Di sisi lain, generasi muda juga diterpa penjajahan pola pikir yang membajak potensinya sebagai agent of change. Semuanya diaruskan untuk mengokohkan liberalisme kapitalistik. Pemikiran rusak kian dikokohkan dengan menanamkan konsep globalisasi, Islam moderat, dialog antar umat beragama dan konsep pendidikan sekular lainnya yang semakin menjauhkan pemahaman generasi muda pada hakikat kebangkitan dan kemerdekaan secara hakiki. Wajar saja saat generasi muda yang mestinya membawa pesan kekuatan dan kebangkitan justru berbalik arah. Kerusakan dan kesalahan pola pikir serta pola sikap masih terus menjadi masalah urgent yang belum mampu disolusikan dengan benar.
Jelaslah, kemerdekaan ini belum mampu diraih sempurna. Meskipun secara kasat mata penjajahan fisik telah usai, namun penjajahan hakiki masih terjadi.
Penjajahan Masa Kini
Penjajahan dapat dibedakan menjadi dua, yakni fisik dan non fisik. Penjajahan fisik berupa penguasaan langsung atas wilayah suatu bangsa oleh negara asing. Sementara penjajahan non fisik berupa dominasi pemikiran, gaya hidup, serta sistem kehidupan yang mampu menggeser cara pandang masyarakat.
Budaya Barat dijadikan tolok ukur kemajuan, hingga mempengaruhi perilaku generasi muda. Fenomena kehidupan yang semakin merusak seperti tawuran, gaya hidup ala barat, perundungan, pendidikan yang menjauhkan dari esensi kebangkitan. Semua ini melahirkan pola kehidupan yang tidak mampu menyajikan ruang bangkit dan perubahan.
Memang, secara fisik bangsa ini telah merdeka selama 8 dekade. Namun faktanya, penjajahan belum berakhir. Utang negara yang menumpuk, rakyat yang masih hidup sulit, pemimpin yang abai pada amanah, serta pengelolaan sumber daya yang merugikan rakyat menunjukkan bahwa kemerdekaan masih jauh dari kenyataan.
Kerusakan ini semakin nyata dengan lemahnya hukum dan merajalelanya korupsi. Keserakahan terus berulang tanpa solusi, sementara sanksi hukum tidak mampu memberi efek jera. Korupsi menjadi tradisi, kekerasan kian difasilitasi, dan kriminalitas makin tak terkendali.
Tak layak bagi kita untuk merayakan kemerdekaan di atas luka dan lara. Kita harus bangkit dengan menyatukan pemikiran-pemikiran shahih yang mampu melahirkan satu kekuatan untuk bangkit.
Sistem kapitalisme sekularistik masih menancap kuat dalam kehidupan. Kebijakan negara kerap berpihak pada korporasi dan oligarki, bukan pada rakyat. Neoliberalisme menjelma sebagai bentuk penjajahan baru yang menyesatkan pemahaman tentang kemerdekaan. Kemerdekaan yang selama ini disebut ternyata hanya sebatas ilusi merdeka, karena kebijakan yang kini diadopsi terlahir dari sistem sekular yang jauh dari tuntunan agama.
Rakyat terus digiring dengan janji palsu, sementara perayaan kemerdekaan lebih banyak diisi dengan hura-hura tanpa makna perjuangan. Padahal, kondisi bangsa semakin memprihatinkan. Kedaulatan tergadaikan oleh utang, pembangunan lebih mementingkan pencitraan dibandingkan perbaikan, sedangkan kebutuhan dasar rakyat justru diabaikan.
Makna Kemerdekaan Hakiki
Kemerdekaan sejati hanya akan terwujud bila sistem kepemimpinan yang diterapkan menyandarkan pada konsep amanah dan tanggung jawab.
Rasulullah saw.
"Imam adalah ra’in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya." (HR. Bukhari)
Dalam Islam, tidak ada manusia yang lebih tinggi kedudukannya selain karena esensi takwa kepada Allah Swt. Tidak ada ruang bagi perbudakan dan penjajahn antar sesama manusia.
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Hujurat: 13, kemuliaan manusia ditentukan oleh ketakwaannya, bukan oleh kedudukan atau kekuasaan.
Oleh karena itu, segala bentuk penjajahan hanya akan membawa umat pada keterpurukan. Jalan keluar satu-satunya adalah penerapan sistem Islam dalam bingkai Khilafah. Islam menyediakan aturan menyeluruh untuk mengelola kehidupan, termasuk sumber daya alam, pendidikan, kesehatan, hingga kesejahteraan rakyat.
Kemerdekaan hakiki mutlak membutuhkan aktivitas perubahan hakiki.
Kini telah nampak geliat pergerakan di tengah masyarakat, seperti fenomena One Piece dan gelombang protes masyarakat terkait buruknya tata kelola pengurusan rakyat. Namun, belum menyentuh akar permasalahan, yaitu keberadaan sistem kapitalisme. Sehingga dibutuhkan perubahan hakiki yang dipimpin oleh kelompok dakwah Islam ideologis yang melakukan perubahan hakiki dari sistem kufur menuju sistem Islam.
Sistem Islam menjamin pendidikan berbasis akidah Islam dan mampu menetapkan kebijakan adil terkait pemanfaatan sumber daya alam dengan amanah dan bijksana. Demi melayani dan menjaga kepentingan rakyat individu per individu. Rakyat mudah mengakses kebutuhan pokok, pendidikan berbasis akidah Islam membentuk generasi berkepribadian kuat, dan pemimpin amanah menjalankan pemerintahan sesuai batasan hukum syarak.
Penerapan hukum syarak yang menyeluruh mampu menjamin terwujudnya kekuatan pergerakan rakyat dan memfasilitasi kesejahteraan secara merata, generasi tumbuh dengan cerdas dan berakhlak mulia, serta umat benar-benar meraih kemerdekaan yang hakiki. Berkah melimpah dalam lindungan sistem yang amanah.
Wallahu a’lam bisshawab.
Via
Opini
Posting Komentar