Editorial
Indonesia: Menanti Kemerdekaan Hakiki
Oleh: Nai Ummu Maryam
(Pemred Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Sudah di angka 80 tahun Indonesia telah merdeka. Namun faktanya, kemerdekaan ini belumlah seutuhnya dirasakan rakyat Indonesia. Kita memang tidak dijajah lagi secara fisik, namun kita dijajah secara ekonomi, pemikiran, peraturan, dan perpolitikan yang bersandar pada aturan manusia dan melalaikan aturan Sang Pencipta.
Sejatinya, Indonesia adalah negara yang kaya raya dengan berbagai macam sumber daya alam. Tanahnya subur, hutannya rimbun, lautnya luas, udaranya segar, dan rakyatnya hidup dengan tata krama, sopan santun, dan ramah-tamah.
Namun sayangnya, kekayaan ini tidaklah dirasakan seutuhnya oleh seluruh rakyat Indonesia. Sumber daya alam telah dirampas segelintir orang, laut yang luas sudah dibombardir oleh pukat kerakusan. Hutan yang rimbun telah tandus oleh tangan-tangan rakus. Begitupun dengan udara yang segar perlahan mulai menipis karena dipadati kendaraan, bangunan pencakar langit, hingga polusi dari berbagai industri.
Pergaulan pemudanya pun semakin hari semakin jauh dari nilai tata krama budaya dan agama. Terkikis oleh sosial media. Tidak ada lagi sekat antara perihal pribadi dan umum. Semua di share tanpa batas, tanpa rasa malu dan tanpa arah yang jelas. Sedih dan kecewa, negeriku Indonesia sedang terpuruk. Singgasana hukum juga semerawut, para pemilik modal membeli hukum untuk melanggengkan para koruptor. Mirisnya lagi, rakyat dikejar-kejar dengan beranekaragam jenis pajak yang mencekik.
Malu teriak merdeka! Saat angka kemiskinan masih merajalela, saat para generasi muda putus sekolah, saat PHK massal di mana-mana, di saat itulah pula biaya hidup makin meronta. Kesehatan dan pendidikan pun sangat sulit untuk digapai. Tak heran jika tingkat kriminalitas makin meningkat karena sempitnya kehidupan saat ini.
Ada apa dengan negeriku? Kita belum merdeka sepenuhnya. Kemerdekaan kita hanya simbolis upacara dan seremonial perlombaan semata. Kita belum merdeka secara hakiki.
Kemerdekaan secara makna ialah bebas dari segala bentuk penjajahan dan penghambaan kepada manusia. Kemerdekaan hakiki sejatinya bisa diraih ketika hidup kita bersandar pada aturan ilahi, mengambil hukum dari Allah dan mencampakkan sistem kufur buatan manusia.
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (TQS. Al-Maidah: 50)
Manusia seyogyanya makhluk yang lemah dan terbatas. Manusia tidak dapat membuat aturan sendiri dan tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan Allah.
Mari saudaraku, dekatkan diri kita kepada Sang Ilahi. Dekap erat aturan-Nya, laksanakan perintah-Nya, terapkan syariat-Nya agar negeri ini mendapatkan keberkahan dan merasakan kemerdekaan yang hakiki.
Wallahu ‘alam bishowab.
Via
Editorial
Posting Komentar