Motivasi
Butiran Cinta di Balik Goresan Pena
Oleh: Kartika Soetarjo
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—"Dengan cinta, yang pahit menjadi manis.
Dengan cinta, tembaga menjadi emas.
Dengan cinta, sampah menjadi bening.
Dengan cinta, yang mati menjadi hidup.
Dengan cinta, raja menjadi budak.
Dari ilmu, cinta dapat tumbuh, pernahkah kebodohan menempatkan tahta seperti ini?"
Kalimat di atas adalah sebuah kutipan dari seorang penyair tekenal yang berasal dari Persia, Syekh Jalaludin Rumi. Kutipan tersebut menggambarkan kekuatan cinta yang dapat mengubah segala sesuatu.
Syekh Jalaludin Rumi menjelaskan bahwa cinta dapat membuat sesuatu yang buruk menjadi baik, sesuatu yang tidak berharga menjadi berharga, dan sesuatu yang mati akan menjadi hidup. Bahkan, seseorang yang mempunyai tahta pun akan rendah hati, penuh kasih dan berempati tinggi.
Dalam konteks ini, cinta yang dimaksudkan Syekh Jalaludin Rumi bukanlah cinta dari dua sejoli yang sedang kasmaran, seperti cintanya Romeo dan Juliet. Bukan juga cinta sebuah pasangan yang romantis. Melainkan cinta spiritual yang mendalam dari insan beriman kepada Allah Sang Maha Rahman beserta ciptaannya, semesta alam.
Pepatah Arab mengatakan.
"Man ahabba syaian katsura dzikruhu".
"Barang siapa mencintai sesuatu maka ia akan sering menyebutnya".
Pepatah ini mengartikan bahwa, jika seseorang sering menyebut-nyebut sesuatu, itu bisa jadi satu tanda bahwa ia mencintainya.
Begitupun dalam kehidupan ini, jika cinta kita kepada Allah sudah begitu dalam, maka kita akan sering menyebut-nyebut Asma-Nya.
Ketika melihat keindahan, terucap lafaz maasyaa Allah. Ketika mendapat kebahagiaan, maka terucap lafaz hamdallah. Intinya, segala yang kita perbuat, segala yang kita dapat dan segala yang kita rasa, baik itu rasa yang kurang nikmat ataupun rasa yang lezat, maka Asma-Nya di lisan selalu melekat.
Dalam konteks mencari ilmu pun, rasa cinta haruslah menjadi prioritas utama, karena jika tanpa cinta, ilmu akan terasa membosankan dan hampa. Seperti halnya dengan pasangan. Setiap hari kita bertemu dengan pasangan kita. Pagi, dia. Siang, dia lagi. Sore dia juga, dan malam pun masih dia. "Pernahkah ada rasa bosan?" Mungkin jawabannya "pernah", jika cinta pada pasangan pelan mulai berubah. Namun jika cinta pada pasangan tetap ada dan selalu membara, sesering apapun bertemu walaupun dengan kondisi yang itu-itu saja, maka rasa bosan tidak akan pernah ada. Yang ada bahkan semakin cinta.
Begitupun sebagian tanda orang yang mencintai ilmu, ia tidak akan bosan bertemu dengan ilmu yang itu lagi-itu lagi, ia akan terus mengulang-ulang ilmu tersebut tanpa bosan. Justru, semakin sering mengulang, cinta pada ilmu semakin mendalam.
Apalagi dalam dakwah, rasa cinta itu haruslah diutamakan. Ibarat seseorang yang di dalam hatinya selalu dipenuhi rasa cinta, ia akan rela berkorban demi tercapainya sebuah cinta. Gelapnya malam tak menjadi halangan, derasnya hujan tak menjadi rintangan. Ia tetap berangkat demi bertemu dengan apa yang selama ini ia ingat.
Begitu juga, ketika hati sudah dipenuhi dengan rasa cinta terhadap dakwah, maka akan rela menghabiskan waktu untuk berdakwah. Segala cara akan ditempuh demi tercapainya kesuksesan sebuah penyampaian kbenaran, serta penyampaian amanah Allah kepada ummat.
Yang mampu dengan lisan, maka akan berdakwah lewat lisannya dengan penuh cinta. Ucapannya adalah ajakkan dan anjuran, serta nasihat-nasihat pada kebaikkan.
Yang mampu dengan tulisan, maka akan berdakwah lewat tulisannya.
Ia akan menulis.
Mengayunkan penanya dengan penuh cinta.
Rngkaian kata-katanya penuh makna, yang selalu mengajak kepada jalan agama.
Goresan penanya berguna, juga penuh cinta.
Ukiran ceritanya penuh ibrah, yang menjadi cermin dan contoh bagi umnat, agar senantiasa lurus dalam melangkah.
Oleh karenanya, marilah sahabat, kita untai kalimat yang bermanfaat lewat pena tanpa rasa penat. Kita ajak ummat agar senantiasa menjalankan mandat dari Allah Sang Maha Penguasa Jagat.
Kelak, setiap lisan akan diperhitungkan.
Setiap tulisan akan dipinta pertanggungjawaban. Karena itu, mari kita sama-sama gunakan lisan dan tulisan untuk menyebar Agama Allah dengan tegas dan cerdas, disertai rasa cinta tulus ikhlas.
Agar lisan penuh dengan ucapan yang berguna.
Agar tulisan penuh dengan aksara yang bermakna.
Semoga wafat dalam dekapan dan rida Allah Ta'ala, serta meninggalkan warisan utuk ummat dan anak cucu kita, berupa goresan pena yang penuh dengan butiran cinta.
Aamiin ya Rabbal'alamin
Wallahu 'alam bissawwab.
Via
Motivasi
Posting Komentar