Opini
Boikot Boleh, Tapi Palestina Butuh Lebih Dari Itu
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
TanahRibathMedia.Com—Kadang kita merasa lega saat memilih makan di tempat yang jelas-jelas gak pro Isra3l. Rasanya kayak sudah jadi bagian dari perjuangan Palestina. Dan memang, boikot itu perlu. Karena uang kita jangan sampai mengalir ke mereka yang membiayai peluru untuk membunuh saudara kita. Tapi kalau cuma berhenti di boikot, jujur itu baru secuil dari solusi besar yang dibutuhkan Palestina.
Masalah Palestina bukan sekadar krisis kemanusiaan. Ini masalah penjajahan nyata yang sudah puluhan tahun dibiarkan Amerika yang ngaku sebagai polisi dunia dan didukung sekutunya. Israel bukan cuma rebut tanah, mereka rebut hidup, air, masjid, bahkan hak bernapas orang Palestina. Selama masih ada penjajah, maka solusi “humanitarian aid” saja nggak cukup. Kita kirim bantuan hari ini, besok dihancurin lagi sama bom. Kita boikot hari ini, besok mereka tetap punya pasokan dari negara lain.
Islam mengajarkan kalau penjajahan cuma bisa diakhiri dengan dua langkah, yaitu jihad dan khilafah (kepemimpinan Islam). Jihad bukan berarti semua orang harus langsung angkat senjata. Ada jihad harta, doa, informasi, dan dukungan politik. Tapi harus diakui, selama nggak ada kekuatan militer yang melindungi dan membebaskan, penjajah akan tetap santai di singgasana mereka.
Lalu siapa yang bisa menggerakkan jihad yang benar, teratur, dan bukan sekadar perlawanan sporadis? Jawabannya ya khilafah. Karena hanya khilafah yang mampu menyatukan tentara di segala penjuru dunia untuk datang berjihad membebaskan Palestina. Kenapa harus tentara? Karena kekuatan tentara harus dilawan dengan kekuatan tentara dilengkapi dengan senjata canggih lainnya biar sepadan, bukan dilawan oleh rakyat sipil atau bahkan wanita dan anak-anak.
Sejarah sudah membuktikan, dulu saat Palestina dijajah tentara Salib selama hampir 90 tahun, umat Islam bisa membebaskannya karena ada pemimpin tunggal yang nyatuin kekuatan, contohnya Shalahuddin Al-Ayyubi. Bukan gerakan sporadis masing-masing negara, tapi kepemimpinan tunggal yang punya visi sama, yaitu bebaskan Baitul Maqdis.
Baitul Maqdis, kiblat pertama umat Islam, direbut dengan kejam oleh tentara salib. Ribuan Muslim dibantai, masjid Al-Aqsa dijadikan kandang kuda, dan azan dilarang berkumandang. Dunia Islam terpecah-pecah saat itu, tiap negeri sibuk dengan urusan masing-masing, tak ada yang mampu melawan penjajah.
Di tengah kekacauan itu, lahirlah seorang pemimpin bernama Shalahuddin Al-Ayyubi. Ia bukan hanya ahli strategi perang, tapi juga dikenal sederhana, taat ibadah, dan sangat penyayang pada rakyatnya. Langkah pertamanya bukan langsung perang besar-besaran. Shalahuddin sadar, umat Islam harus dipersatukan dulu. Ia keliling negeri-negeri Islam, menundukkan penguasa-penguasa kecil yang saling berebut kekuasaan, lalu menyatukan mereka dalam satu tujuan, yaitu membebaskan Baitul Maqdis.
Pada 2 Oktober 1187, azan kembali berkumandang di Masjid Al-Aqsa. Tangisan haru memenuhi udara. Palestina kembali bebas di bawah panji Islam. Kemenangan ini dikenang bukan hanya karena strategi militernya, tapi juga karena persatuan umat dan kepemimpinan yang adil.
Sekarang? Kita terpecah-pecah. Satu negara sibuk utang, satu negara sibuk pemilu, satu negara sibuk urusan dugaan ijazah palsu. Palestina jadi isu musiman, cuma rame pas ada serangan besar, habis itu senyap. Padahal penjajahan terus jalan tiap hari.
Boikot tetap jalan, donasi tetap perlu, tapi kalau mau tuntas ya harus ada kepemimpinan Islam global yang sanggup kirim pasukan, lindungi rakyatnya, dan berhenti tunduk sama tekanan negara-negara besar.
Inilah fungsi khilafah, bukan cuma atur pajak dan zakat, tapi juga jaga martabat umat. Jangan kaget kalau konsep ini dianggap “utopia” atau “ngimpi”. Dulu orang juga bilang mustahil budak bisa bebas, mustahil Musa bisa mengalahkan Fir'aun, mustahil Ibrahim tidak hangus dibakar api Raja Namrud, mustahil umat Islam bisa usir tentara Salib.
Tapi sejarah nunjukin jika Allah sudah menjadi penolongmu dan Allah sudah berkehendak, maka manusia bisa apa? Kalau umat Islam satu visi dan punya pemimpin yang bener, hal yang dikatakan mustahil bisa berubah jadi mungkin.
Jadi mulai sekarang, selain boikot, ayo doain terus, sebarkan kesadaran, dukung perjuangan politik Islam yang bener. Karena Palestina gak butuh kita sekadar nangis tiap liat video bom di timeline. Mereka butuh kita sadar bahwa satu-satunya solusi adalah menghapus penjajahan dengan jihad dan khilafah, bukan sekadar mengirim bantuan ke korban penjajahan.
Via
Opini
Posting Komentar