Opini
Two State Solution: Proyek Barat; One State Solution: Agenda Umat
Oleh: Salsabila Isfa Ayu Komalasari, S.E
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Sudah lebih dari 600 hari, sejak Oktober 2023 dunia menyaksikan Palestina diluluhlantahkan oleh Zionis Israel dengan bom, rudal, dan peluru. Tidak ada tempat yang aman, semua tempat dibombardir termasuk rumah sakit, sekolah, dan pengungsian. Hingga hari ini puluhan ribu nyawa telah syahid, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Ribuan lainnya hilang, terkubur di bawah puing-puing bangunan.
Ini bukanlah perang, bukan pula konflik dua arah. Ini adalah kejahatan genosida, pembantaian etnis yang terus berlangsung di depan mata dunia. Penjajahan sistematis yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad, didukung penuh oleh kekuatan Barat.
Sejarah Penjajahan
Akar kolonialisme zionisme tidak bisa dipisahkan sejak munculnya Deklarasi Balfour 1917. Deklarasi yang berisi pernyataan dukungan Pemerintahan Inggris untuk pendirian rumah nasional bagi orang orang Yahudi di tanah Palestina. Pernyataan sepihak ini dikeluarkan tanpa persetujuan rakyat Palestina yang saat itu merupakan mayoritas penghuni wilayah tersebut. Deklarasi inilah yang membuka jalan bagi kolonisasi Zionis dan menjadi fondasi awal bagi proyek penjajahan modern atas Palestina.
Sejak saat itu di bawah pengawasan Mandat Inggris (1920–1948), migrasi besar-besaran Yahudi Eropa ke Palestina difasilitasi, tanah-tanah rakyat Palestina disita, dan konflik mulai dikondisikan oleh ketimpangan kekuasaan yang semakin lebar.
Tahun 1948 Israel mendeklarasikan entitasnya sebagai sebuah negara, maka terjadilah peristiwa Nakba yang menyebabkan lebih dari 750.000 warga Palestina terusir dari tanahnya. Nakba bukanlah awal dari tragedi, melainkan kelanjutan dari proyek kolonialisme yang telah dirancang jauh sebelumnya, dengan dukungan penuh dari kekuatan imperialis Barat.
Two State Solution: Ilusi Perdamaian untuk Legitimasi Penjajah
Dalam forum-forum Internasional, two state solution selalu menjadi pilihan perdamaian yang adil. Jargon dua negara hidup berdampingan, terkesan manis di podium PBB. Padahal dalam kenyataannya, Palestina terus dipinggirkan dari peta politik dunia, dan tak pernah dibiarkan merdeka, hanya dijanjikan dalam perjanjian yang dilanggar dan peta yang dihapus.
Tak ada kedaulatan wilayah. Tak ada angkatan bersenjata. Tak ada kebebasan bergerak. Bahkan Yerusalem Timur, yang seharusnya jadi ibukota Palestina, telah dicaplok secara sepihak oleh penjajah Israel. Selain itu, pemukiman ilegal terus menjamur dan peta Palestina kini semakin terkoyak.
Hingga detik hari ini, solusi dua negara masih sering diserukan dengan lantang di ruang diplomasi. Seolah menjadi satu satunya jalan damai. Padahal di balik janji manis Two State Solution, dunia menyembunyikan kesepakatannya dengan penjajahan. Narasi ini tidak lahir dari keadilan, tapi dari kebutuhan untuk meredam protes dan merawat kenyamanan politik global. Ini bukan solusi, tapi bentuk pengkhianatan. Melegitimasi apartheid, menormalisasi penjajahan, dan membiarkan ideologi supremasi terus tumbuh di atas tanah curian. Selama ilusi ini dipertahankan, Palestina tak akan pernah benar-benar merdeka, karena dunia lebih memilih diam, daripada membongkar sistem yang mereka biarkan tumbuh sejak awal.
One State Solution: Kembali pada Keadilan Islam
Two State Solution hanyalah jalan buntu yang dibungkus manis, maka One State Solution menjadi pilihan tepat yang benar-benar adil untuk Palestina. One State Solution hanya dapat diwujudkan dalam sistem Islam, yakni Khilafah Islamiyah.
Sebuah kepemimpinan tunggal yang menyatukan umat, menolak batas-batas palsu warisan kolonial, dan menegakkan keadilan atas dasar wahyu, bukan kepentingan geopolitik. Dalam sejarahnya, Islam telah membuktikan mampu menyatukan berbagai etnis dan agama dalam satu negara tanpa apartheid, tanpa pemukiman ilegal, tanpa penjajahan. Palestina pernah merasakan masa itu, di bawah Khilafah Utsmaniyah sebelum tanah itu dikhianati oleh janji-janji palsu kolonial Barat dan proyek Zionisme. Khilafah Islamiyah bukan sekadar solusi politik, tapi sistem hidup yang memerdekakan umat dari hegemoni Barat dan menyatukan kekuatan kaum Muslimin untuk menghapus penjajahan dari akar.
Saatnya Menunjukkan Keberpihakan
Dunia boleh terus berbicara soal solusi dua negara. Tapi faktanya, penjajahan tak pernah berhenti, ia hanya berganti wajah. Yang dipertahankan bukan keadilan, tapi kepentingan. Yang dilanggengkan bukan perdamaian, tapi dominasi. Palestina tak butuh solusi palsu. Palestina butuh pembebasan.
Pembebasan itu tak akan datang dari meja-meja perundingan yang penuh tipu daya, tapi dari persatuan umat yang sadar arah perjuangan. Dari sistem yang tak tunduk pada Barat, dan tak berkompromi dengan penjajahan.
Sudah saatnya umat Islam mencampakkan ilusi dan kembali memegang solusi hakiki: Khilafah Islamiyah. Sebuah kepemimpinan tunggal yang menyatukan negeri-negeri Muslim, membebaskan Palestina dari akar, dan menutup rapat sejarah kelam penjajahan yang telah berlangsung lebih dari seabad.
Wallahu alam bi shawab.
Via
Opini
Posting Komentar