Opini
Tukar Guling Kemerdekaan, Bentuk Nyata Pengkhianatan
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
TanahRibathMedia.Com—Lagi-lagi pemimpin negeri ini menyatakan pernyataan yang mengejutkan. Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa Indonesia siap menjalin kerjasama diplomatik dengan Israel saat negara Palestina diakui oleh zionis. Presiden Prabowo menegaskan Indonesia harus menjamin hak Israel sebagai negara berdaulat dan harus dijaga keamanannya. Sehingga diungkapkan Presiden, Indonesia siap menjalin hubungan dengan Israel saat Palestina mendapatkan pengakuan dari Israel (cnnindonesia.com, 30-5-2025).
Sontak, pernyataan ini mendapatkan perhatian publik, baik nasional maupun internasional. Mengingat Indonesia selama ini menentang keras jalinan diplomatik dengan Israel.
Menyoal hal ini, media Israel Ynet, menyorot bahwa pernyataan tersebut layaknya balas budi dari Indonesia kepada Israel terkait pencalonan Indonesia sebagai anggota Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada tahun 2024 lalu (cnnindonesia.com, 29-5-2025). Hingga akhirnya tersiar kabar normalisasi hubungan antara Indonesia dan Israel. Namun, rumor ini dibantah Yusril Ihza Mahendra selaku Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan.
Narasi Jebakan
Pernyataan Presiden Prabowo yang mengatakan siap mengakui kemerdekaan Israel jika Palestina diberi kemerdekaan merupakan skenario jebakan terkait two state solution. Solusi ini dibuat oleh dua negara penjajah besar yakni Inggris dan Amerika Serikat.
Jelas, pernyataan ini tidak senada dengan pernyataan Indonesia yang diungkapkan Presiden sebelum Prabowo yang konsisten mengutuk penjajahan, apapun itu bentuknya. Inilah bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Gaza. Bahkan telah mengkhianati perjuangan para penakluk pada masa Khalifah Umar, pasukan Sultan Salahuddin, korban Nakba, intifada, dan martir taufan Al Aqsa.
Jalinan hubungan diplomatik menjadi alasan batu loncatan agar suara umat Muslim didengar adalah tujuan palsu yang tidak mampu diharapkan. Hal tersebut membawa citra buruk Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim. Celah normalisasi tidak akan memperbaiki keadaan. Justru sebaliknya, penjajahan akan semakin meluas dan memperburuk keadaan. Karena hubungan diplomatik dengan penjajah sekaligus pembenci kaum muslim membawa resiko buruk yang menggadai nasib masa depan umat Muslim.
Penerapan sistem rusak tidak akan memperbaiki nasib kaum Muslim, baik Muslim di Indonesia, Palestina maupun dunia. Sistem kapitalisme sekular mengadopsi prinsip yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Alasannya sistem rusak ini hanya menyandarkan setiap kebijakan hanya pada keuntungan materi dan asas manfaat kepentingan negara adidaya penjajah. Konsep imperialisme menjadi satu konsep baku yang diusung untuk menguasai kekayaan negara lain. Sesuai dengan konsep 3G (Gold, Glory, dan Gospel), yang menjadi kiblat negara Barat.
Memang betul, kaum Muslim harus membela kaum Muslim Palestina yang kini terus tertindas zionis. Namun, bukanlah solusi bijak saat tukar guling kemerdekaan menjadi pilihan. Karena zionis harus diusir dengan tegas dari tanah Palestina. Bukan malah diberi kesempatan untuk menguasai negeri kaum Muslim. Saat solusi two state solution dijadikan solusi, maknanya dunia bukan mengenyahkan penjajahan, tetapi justru menyerahkan wilayah kepada para imperialis dengan penuh sukarela. Strategi ini jelas bertentangan dengan konsep pembelaan.
Islam Mengenyahkan Penjajahan
Dalam pandangan Islam, setiap Muslim adalah saudara seakidah dalam jalinan ukhuwah. Persaudaraan ini tidak mudah tercerai-berai karena menjadikan akidah sebagai dasar ikatan.
Satu-satunya solusi untuk mengusir penjajah adalah jihad fii sabilillah di bawah komando khilafah. Mekanisme tersebut hanya bisa diterapkan dalam sistem Islam yang menetapkan nyawa, darah, dan harta kaum muslim sebagai hal yang berharga dan harus dibela. Kaum Muslim memiliki kewajiban untuk mendesak para pemimpin negeri-negeri Islam agar mengarahkan kekuatan militer demi membela Palestina dan mengusir Zionis penjajah. Kaum Muslim mestinya memiliki kesadaran untuk menyatukan kekuatan demi mengakhiri penjajahan. Sehingga dibutuhkan persatuan seluruh kaum Muslim untuk menyuarakan jihad serta penyebaran dakwah Islam ke seluruh negeri di dunia.
Mekanisme dan strategi ini hanya dapat terwujud dalam institusi khilafah. Khilafah adalah perisai yang melindungi seluruh kaum Muslim, termasuk kaum Muslim Palestina dan kaum Muslim yang tertindas di wilayah lain.
Khilafah juga memiliki kekuatan politik dan militer untuk menghadapi setiap musuh Islam. Seruan jihad dan penegakan khilafah membutuhkan usaha dakwah yang istikamah dan berkelanjutan supaya umat memahami solusi ini secara utuh, baik dari sisi strategi maupun mekanismenya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (TQS. Ali 'Imran: 104)
Kehadiran kelompok dakwah Islam ideologis menjadi hal yang urgent untuk membangkitkan kesadaran umat. Tegaknya daulah khilafah, membutuhkan kesatuan pemikiran seluruh umat sehingga kebangkitan dan pemahaman Islam secara ideologis mampu kuat tertanam dalam pemikiran umat. Kesadaran inilah yang akan mempersatukan kaum muslim seluruh dunia dan menghancurkan berbagai bentuk kezaliman.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Via
Opini
Posting Komentar