Motivasi
Dakwah: Seruan Tidak Memaksa Arah
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Dakwah bukan tentang memenangkan debat. Ia bukan pula tentang memaksa orang mengikuti jejak kita. Sungguh, dakwah tidak lain adalah panggilan jiwa yang tulus untuk mengajak manusia menapaki jalan yang diridai Allah jalan yang lurus, jalan yang menyelamatkan, jalan yang membawa kedamaian dunia dan akhirat.
Di persimpangan hidup yang ramai ini, setiap orang berjalan dengan arah dan tujuan masing-masing. Ada yang sudah berada di jalur kebaikan, ada pula yang tersesat oleh kelamnya dunia, bahkan ada yang menutup telinga dan membelakangi cahaya. Di tengah keramaian itu, tugas seorang pengemban dakwah bukan sebagai hakim, tetapi sebagai penunjuk arah. Ia memanggil, mengajak, menunjukkan, dan bersabar.
“Jika mereka tidak bisa bersama sejalan,” pikir sang da’i, “setidaknya mereka tidak menjadi penghalang jalan.” Karena dakwah bukan tentang menyeret paksa, melainkan menanam pengertian dan harapan. Tidak semua yang diajak akan langsung ikut berjalan. Pengemban dakwah tugasnya adalah menyampaikan dengan hikmah, bukan menghakimi; menyentuh hati, mencerahkan akal bukan memukul keyakinan. Biarlah waktu dan hidayah Allah yang berbicara.
Ketika ada jiwa-jiwa yang menyambut ajakan, yang mau melangkah meski pelan, mereka itulah yang perlu dirangkul. Tidak cukup hanya menunjukkan jalan, seorang da’i mesti menjadi teman perjalanan. Menyemangati ketika lelah, menenangkan ketika ragu, menegakkan ketika jatuh. Karena setiap langkah menuju Allah adalah perjalanan yang berat, dan kebersamaan dalam kebenaran adalah rahmat yang mesti dijaga.
Namun, tidak semua akan setuju. Tidak semua akan senang. Sebagian mungkin mencibir, mencemooh, bahkan menghalangi. Untuk yang seperti ini, tidak perlu dimusuhi. Cukup sampaikan pesan untuk berhati-hati. "Hati-hati di jalan ya!" Bukan karena takut, tapi karena menyadari bahwa hati manusia tidak bisa dipaksa. Biarkan hidayah mengetuk mereka di waktu yang tepat.
Maka dakwah adalah seni mengajak, bukan mengusir. Ia adalah cinta yang disampaikan lewat tutur yang lembut dan sikap yang teduh. Dakwah tidak berhenti pada kata-kata, tapi hidup dalam keteladanan. Bukan hanya ajakan, tapi juga perlindungan. Bukan hanya pengajaran, tapi juga pemahaman.
Akhirnya, kita semua adalah pejalan. Sebagian sudah di jalur (on the track), sebagian masih mencari, sebagian belum tersadar. Tugas kita bukan menilai sejauh mana orang lain telah melangkah, tapi memastikan kita terus menunjuk jalan, merangkul yang ingin ikut, dan berhati-hati dari yang ingin menyesatkan. Karena dakwah, sejatinya, adalah bentuk kasih sayang kepada sesama manusia: menginginkan kebaikan untuk mereka, sebagaimana kita menginginkannya untuk diri kita sendiri.
Ingatlah selalu pedoman bagi para pengemban dakwah yang telah Allah Swt. sampaikan, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik...” (TQS. An-Nahl: 125)
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Motivasi
Posting Komentar