Opini
UTBK: Bukan Sekadar Ujian Prestasi
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—UTBK—Ujian Tulis Berbasis Komputer—bisa jadi merupakan salah satu momen paling mendebarkan dalam hidup jutaan remaja Indonesia. Semua terasa ditentukan oleh satu rangkaian angka. Namun sayangnya, banyak yang hanya mempersiapkan diri secara akademik, sementara aspek mental dan spiritual tak tersentuh.
Menurut psikolog pendidikan, dr. Mira Larasati, “Persiapan akademik itu penting, tapi kesiapan mental—termasuk bagaimana menyikapi kemungkinan gagal atau sukses—jauh lebih menentukan ketangguhan seseorang dalam jangka panjang.”
Bagi mereka yang lulus UTBK dan diterima di kampus impian, rasa bangga itu wajar. Tapi euforia sesaat jangan sampai membuat lupa bahwa kesuksesan adalah amanah, bukan garis akhir.
Allah Swt. mengingatkan:
"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (TQS. Al-Insyirah: 6)
Ayat ini tidak hanya berbicara soal harapan, tetapi juga mengajarkan bahwa kemudahan yang datang setelah usaha adalah karunia yang harus diiringi dengan rasa syukur dan tanggung jawab.
Gagal Menjadi Jalan Hijrah
Namun bagaimana jika hasil UTBK tidak sesuai harapan?
Tak sedikit yang merasa hancur, bahkan kehilangan arah. Padahal, dalam kaca mata iman, gagal bukan akhir segalanya—melainkan bentuk ujian kesabaran dan titik balik untuk muhasabah (introspeksi diri).
Allah Swt. berfirman:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu." (TQS. Al-Baqarah: 216)
Kegagalan bisa menjadi kesempatan untuk mengenal diri lebih dalam, menyusun ulang tujuan, dan bahkan menemukan jalan hidup yang lebih sesuai dengan potensi dan takdir yang Allah tetapkan. Banyak tokoh besar justru lahir dari kegagalan—karena mereka memaknai gagal sebagai proses, bukan identitas.
Dunia Kampus: Medan Juang, Bukan Menara Gading
Bagi mereka yang berhasil masuk dunia kampus, penting untuk mengingat bahwa kuliah bukan sekadar mengejar ijazah. Kampus seharusnya menjadi tempat berkembangnya nalar kritis, nilai kemanusiaan, dan semangat pengabdian.
Seorang mahasiswa sejati adalah mereka yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga memiliki empati, kepedulian sosial, dan keberanian untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.
Rasulullah saw. bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”(HR. Ahmad)
Inilah visi besar yang harus dibawa oleh generasi kampus. Di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, dunia membutuhkan cendekia yang tidak hanya pintar, tapi juga bijak dan peduli.
Penutup
UTBK hanyalah satu episode kecil dari rangkaian ujian kehidupan. Baik sukses maupun gagal, keduanya menyimpan pelajaran. Yang membedakan bukan hasilnya, tapi bagaimana kita meresponsnya: apakah dengan sombong atau bersyukur, dengan putus asa atau bangkit.
Kesuksesan dalam hidup bukan soal kampus mana yang dituju, tapi seberapa besar kontribusi kita setelahnya. Karena hidup ini bukan soal "lolos seleksi", tapi tentang "lulus dari ujian yang diberikan Allah Swt.—dengan tetap berjuang, belajar, dan tidak kehilangan arah.
Wallahu'alam bish-Shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar