SP
Saatnya Dunia Islam Ambil Komando untuk Palestina
TanahRibathMedia.Com—Lebih dari enam bulan agresi brutal Israel di Gaza tak kunjung berhenti. Per 10 Mei 2025, Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 35.000 warga Gaza gugur, mayoritas perempuan dan anak-anak. Jumlah korban luka mencapai 78.000 jiwa, sementara lebih dari 2 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Sementara itu, dunia hanya bisa mengecam dan menyaksikan, bahkan sejumlah negara justru aktif menyokong genosida ini. Amerika Serikat baru saja mengesahkan tambahan bantuan militer sebesar USD 14 miliar untuk Israel. Uni Eropa pun masih menutup mata atas pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan HAM yang dilakukan Zionis.
Akar persoalan konflik Palestina bukan sekadar sengketa wilayah, tapi penjajahan sistemik yang dimulai sejak deklarasi Balfour 1917, dilanjut pendudukan 1948, dan kini menuju penghancuran total. Palestina bukan konflik dua negara, tetapi bentuk imperialisme modern dengan kekuatan global sebagai ‘backing’-nya.
Selama ini, respon dunia Islam pun tak jauh dari retorika: kecaman, diplomasi, bantuan kemanusiaan, hingga boikot. Upaya ini penting, tapi tak cukup. Ketika yang dihadapi adalah kekuatan militer dan proyek pemusnahan, maka jawaban paling proporsional adalah jihad fi sabilillah.
Seruan jihad yang digaungkan para ulama internasional dari IUMS (International Union of Muslim Scholars) dalam fatwanya pada 4 April 2025 adalah bentuk keberanian moral dan tanggung jawab syar’i. Namun seruan ini tak akan berarti tanpa kekuatan nyata untuk mewujudkannya.
Di sinilah umat Islam membutuhkan institusi politik dan militer yang mampu memimpin dan memobilisasi potensi umat—yakni Khilafah Islamiyah. Hanya dengan kepemimpinan ini, jihad bisa menjadi agenda resmi negara, bukan sekadar seruan moral. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR Muslim)
Karena itu, membebaskan Palestina bukan hanya soal simpati, tapi komitmen ideologis untuk menegakkan sistem Islam secara kaffah. Inilah saatnya dunia Islam keluar dari belenggu nasionalisme sempit dan bersatu di bawah komando satu kepemimpinan. Sejarah telah membuktikan, ketika Islam tegak sebagai peradaban, Palestina selalu berada dalam lindungan dan kemakmuran. Kini, sejarah itu menanti untuk ditulis ulang.
Nettyhera
(Sahabat Tanah Ribath Media)
Via
SP
Posting Komentar