SYIAR
Islam Menjamin Pendidikan Berkualitas
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Puluhan ulama dan tokoh masyarakat menghadiri acara diskusi open house yang digelar Majelis Tsaqafi di Masjid Nurul Anwar, Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Ahad (11-5-2025). Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus forum dialog intelektual seputar isu-isu strategis umat. Salah satunya yang mengemuka adalah tentang sistem pendidikan dan etika dalam mengoreksi pemimpin.
Dr. H. Nurhilal Ahmad hadir sebagai narasumber utama dan menjawab berbagai pertanyaan dari peserta. Salah satu pertanyaan disampaikan oleh Jahidi, tokoh masyarakat setempat, yang menanyakan bagaimana sistem pendidikan seharusnya dijalankan dalam Islam.
Menanggapi hal tersebut, Dr. Nurhilal menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu dari enam kebutuhan dasar (hajatul asasiyah) yang wajib dipenuhi negara bagi setiap rakyatnya, selain pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keamanan.
“Pendidikan dalam Islam adalah tanggung jawab negara, bukan semata urusan individu. Negara harus menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, lengkap, murah bahkan gratis,” ungkapnya.
Hal ini merujuk pada hadis Rasulullah ï·º: “Imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Makna hadis tersebut menjadi dasar bahwa negara dalam sistem Islam tidak boleh lepas tangan terhadap pemenuhan kebutuhan rakyat, termasuk pendidikan.
Ditambahkan pula bahwa Rasulullah ï·º telah mencontohkan pendidikan sebagai prioritas sejak awal dakwah, seperti perintah kepada tawanan perang Badar untuk mengajar baca-tulis sebagai syarat pembebasan. “Ini bukti bahwa pendidikan diposisikan sangat tinggi dalam Islam sebagai sarana membangun peradaban,” tegasnya.
Pertanyaan lain datang dari tokoh pemuda, Enceng, yang menyinggung soal etika dalam mengoreksi pemimpin. Ia bertanya apakah koreksi terhadap pemimpin sebaiknya dilakukan secara terbuka atau rahasia?
Menjawab hal itu, Dr. Nurhilal menekankan pentingnya membedakan antara kritik terhadap kebijakan publik dan urusan pribadi.
“Jika yang dikoreksi adalah kebijakan publik, boleh disampaikan secara terbuka demi kepentingan umat. Tapi kalau menyangkut aib pribadi, alangkah bijaknya disampaikan secara rahasia. Jangan pernah membuka aib pribadi di hadapan publik, apalagi menyangkut kekurangan fisik—itu tidak dibenarkan dalam Islam,” ujarnya.
Diskusi yang dipandu oleh Ustaz Ucu Supriadi tersebut berlangsung hangat dan produktif, memperlihatkan antusiasme peserta dalam memperdalam pemahaman Islam secara menyeluruh dan aplikatif dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan ditutup dengan salat zuhur berjemaah dan acara makan bersama. Berkenaan dengan adanya acara tersebut, masyarakat setempat berharap agar agenda serupa terus digelar secara berkala.
Wallahu'alam bish shawwab.
Via
SYIAR
Posting Komentar