Opini
Yuk, Tinggikan Panji Islam, Bukan Panji Bajak Laut
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
TanahRibathMedia.Com—One Piece, anime yang udah eksis lebih dari dua dekade ini, sukses bikin banyak orang betah duduk nonton ratusan episode sambil mikir, "Kapan Luffy nemu One Piece sih?" Tapi tahu nggak, kisah petualangan Luffy ini bukan cuma tentang harta karun di ujung Grand Line. Lebih dalam dari itu, One Piece itu tentang kebebasan mutlak. Hidup tanpa aturan. Asal bisa happy dan bebas, jalan terus.
Nah, di sinilah kita mulai mikir sebagai Muslim, apakah kebebasan ala bajak laut itu cocok sama nilai Islam? Apalagi pas lihat Jolly Roger alias bendera tengkorak yang dibanggakan habis-habisan. Simbol itu bukan cuma pajangan, tapi ikon kehormatan, loyalitas, bahkan mati pun rela. Eh, kok kayaknya serem ya? Yuk, kita kulik.
Pertama, tengkorak. Simbol gaya atau simbol bahaya?
Buat para fans, bendera bajak laut itu mungkin keren. Tapi kita perlu nanya ulang, ini simbol keren atau jebakan setan?
Karena dalam Islam, simbol itu penting. Nggak bisa asal anggap lucu atau estetik. Simbol tuh punya nilai ideologis. Kalau sampai kita ngebela mati-matian lambang yang bertentangan sama Islam, berarti kita harus periksa ulang isi hati.
Kedua, Jolly Roger itu bukan sekadar tengkorak cute, tapi tasyabbuh bil kuffar (menyerupai orang kafir). Bendera bajak laut itu asalnya dari budaya Eropa yang jelas-jelas bukan Islam. Bahkan dalam sejarah, bajak laut itu hidupnya bebas sebebas-bebasnya, nggak ada agama, hukum, atau moral.
Rasulullah saw. bersabda,
"Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, dia termasuk dari mereka." (HR Abu Dawud)
Lah, masa iya kita bangga menyerupai gaya hidup mereka?
Ketiga, simbol kekerasan dinormalisasi. Tengkorak itu identik dengan kematian dan kekacauan. Tapi di One Piece, malah jadi simbol kebebasan dan solidaritas. Hati-hati, bisa jadi kita ikut menormalisasi kekerasan.
Padahal Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Maidah ayat 33,
"Sesungguhnya pembalasan bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya adalah mereka dibunuh, atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara bersilang."
Keempat, memuliakan simbol non-islami. Luffy rela mati demi benderanya. Sementara kita sebagai Muslim, mestinya rela mati demi kalimat tauhid, bukan demi logo fiksi,
"Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka itu berasal dari ketakwaan hati."
(QS Al-Hajj: 32)
Kelima, simbol kebebasan tanpa batas. Bajak laut hidup tanpa hukum. Slogan mereka, bebas sebebas-bebasnya. Tapi Islam justru mengatur kebebasan dengan syariah,
"Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariah dari perintah itu. Maka ikutilah dan jangan ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak tahu."
(QS Al-Jatsiyah: 18)
Keenam, geser loyalitas. Kecintaan kita bisa bergeser yang awalnya cinta Islam ke cinta simbol-simbol fiksi. Jangan sampai cinta kita ke Jolly Roger melebihi cinta kita ke Islam.
"Sesungguhnya wali kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman" (QS Al-Maidah: 55)
Rasulullah saw. bersabda,
"Tiga hal yang jika ada pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman, menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya" (HR Bukhari dan Muslim)
Jadi, Boleh Nonton One Piece? Boleh. Tapi jangan sampe "budek" nilai. Nikmati ceritanya, tapi saring pesan dan simbolnya. Kita nggak boleh nelen mentah-mentah budaya pop. Karena sekali kita ikut arus, bisa hanyut dan lupa daratan.
Hati-hati, simbol itu bukan gambar lucu. Tapi bisa jadi jalur syiar ideologi batil. Jangan sampai generasi Muslim lebih kenal Jolly Roger daripada Liwa dan Rayahnya Rasulullah saw.
One Piece vs One Ummah
Luffy cari One Piece. Kita cari One Ummah. Sekarang umat Islam ditantang bukan cuma sama simbol budaya pop, tapi juga oleh ideologi Kapitalisme. Ideologi ini nyusup ke semua lini, seperti ekonomi ribawi, politik demokrasi, budaya liberal, dan pendidikan sekular. Umat Islam dipisah-pisah, dijauhkan dari syariah. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Anfal ayat 73,
"Orang-orang kafir saling melindungi satu sama lain. Jika kalian (Muslim) tidak melakukan hal yang sama, niscaya akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi."
Solusi Bukan Tengkorak, Tapi Khilafah
Menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, perjuangan umat ini harus diarahkan ke satu tujuan, yaitu tegaknya Islam secara kaffah dalam institusi politik bernama khilafah. Beliau menegaskan,
"Selama umat masih menjadikan sistem selain Islam sebagai arah perjuangan, maka tak akan pernah ada keadilan hakiki."
Maka, perjuangan kita bukan cuma soal simbol. Tapi mengembalikan seluruh kehidupan pada aturan Islam. Khilafahlah institusi yang akan menghapus simbol batil dari ruang publik. Mengembalikan kemuliaan syiar Islam. Mempersatukan negeri-negeri Muslim. Menerapkan hukum Allah secara menyeluruh.
Jadi, Mau bawa bendera siapa?
Bendera tengkorak? Simbol fiksi? Atau panji tauhid yang akan menyelamatkan kita di akhirat nanti?
Di dunia, kamu bisa gaya pakai jaket Jolly Roger. Tapi di akhirat, hanya bendera Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah yang akan menyelamatkanmu.
Via
Opini
Posting Komentar