Telusuri
  • Pedoman Media
  • Disclaimer
  • Info Iklan
  • Form Pengaduan
Tanah Ribath Media
Pasang Iklan Murah
  • Home
  • Berita
    • Nasional
    • Lensa Daerah
    • Internasional
  • Afkar
    • Opini Tokoh
    • Opini Anda
    • Editorial
  • Remaja
    • Video
  • Sejarah
  • Analisa
    • Tsaqofah
    • Hukum
  • Featured
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Pendidikan Anak
    • Pendidikan Remaja
    • FiksiBaru
Tanah Ribath Media
Telusuri
Beranda Opini Mengembalikan Pamor Sektor Pertanian
Opini

Mengembalikan Pamor Sektor Pertanian

Tanah Ribath Media
Tanah Ribath Media
29 Jun, 2024 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

Oleh: Ummu Fifa
(MIM_Muslimah Indramayu Menulis) 

TanahRibathMedia.Com—Ibarat selebritas, sektor pertanian Indonesia mengalami ketenaran yang pasang surut. Di masa orde baru sektor pertanian sempat menjadi primadona yang mengantarkan Indonesia menjadi negara mandiri pangan pada tahun 1984. Seiring bergilirnya penguasa, kebijakan di sektor pertanian kian kehilangan pamornya. Ditengarai saat ini, sektor pertanian (khususnya pertanian tradisional), dikhawatirnya mengalami lost generation sebagaimana yang terinformasikan pada laman bppsdmp.pertanian.go.id.

Pada umumnya sektor pertanian kini ditekuni oleh generasi senior yang berusia tidak lagi muda. Bagi generasi muda, mereka lebih tertarik untuk menggeluti aplikasi gawai dan menghasilkan cuan berlimpah dalam waktu yang singkat. Banyak yang memilih menjadi TKI/TKW dengan penghasilan yang jauh lebih besar dibandingkan bekerja di dalam negeri.

Ini bukan tanpa alasan. Bagi generasi milenial apalagi gen Z, bertani itu tidak menarik. Bergelut dengan lumpur, obat-obatan kimia, paparan matahari, guyuran hujan, sedangkan penghasilan yang didapat terbatas/minim. Sangat jauh dari angan mereka yang berambisi kaya di usia muda. Ambisi yang kental dengan pengaruh ide kapitalisme.

Ironi memang. Fakta bahwa Indonesia adalah negara agraris, mata pencaharian sebagian besar penduduknya pun pada sektor pertanian. Namun masalah kemiskinan petani dan rawan pangan senantiasa mewarnai pemberitaan negeri ini. Pepatah mengatakan “tidak ada asap kalau tidak ada api”. Begitupun yang terjadi pada sektor pertanian Indonesia.

Mengenai kemiskinan petani, mengapa bisa terjadi? Pada masa penjajahan sampai dengan saat ini, Indonesia masih kental dengan feodalisme. Suatu ide dalam kehidupan sosial yang memberikan peluang besar terhadap seseorang dalam menguasai tanah.

Diperkuat dalam sirkel kehidupan kapitalis. Ketika orang kaya berpeluang untuk makin mengembangkan kekayaannya, sedangkan orang miskin akan tetap dengan kemiskinannya. Orang miskin  sulit berkembang karena usaha apapun akan berujung pada keterbatasan modal.

Maka tak aneh petani Indonesia dijuluki dengan sebutan petani gurem. Petani yang hanya menggarap lahan kurang dari 0,5 Ha. Bagi mereka yang tidak memiliki lahan, sistem sewa (sakap) atau bagi hasil pun dilakoni.

Petani sakap bertanggung jawab penuh terhadap penyediaan sarana prasana budidaya. Mulai dari biaya olah lahan, benih, biaya tandur, pupuk, obat-obatan hingga biaya panen. Dalam kondisi normal saja, penghasilan petani sakap tergolong pas-pasan, apalagi bila kondisi budidaya mengalami gangguan seperti menghadapi perubahan cuaca, serangan hama atau penyakit. Penghasilan mereka akan merosot jauh lebih rendah.

Berbanding terbalik kondisinya dengan pemilik lahan. Mereka tidak menanggung risiko apapun. Dalam satu tahun, mereka hanya tahu menerima hasil panen bersih. Sudah lah mereka notabene orang mampu, tidak lelah berusaha tani, namun penghasilan dari usaha tani mereka dapatkan secara pasti dalam jumlah yang telah dispakati. 

Inilah salah satu penyebab mengapa petani Indonesia tidak dapat dientaskan dari kemiskinan. Dalam sistem feodalisme, petani diposisikan tidak memiliki daya tawar. Yang mengatur dan menentukan adalah pemilik tanah. Efeknya adalah generasi muda enggan untuk mengambil peran dalam memajukan sektor pertanian. 

Sejatinya Allah dan Rasulullah sudah memiliki jalan hidup yang sempurna. Jalan hidup yang ketika diterapkan dan ditaati, tidak akan pernah menyengsarakan hidup manusia di dunia terlebih di akhirat. 

Sistem ekonomi Islam memandang kepemilikan tanah harus diatur sebaik-baiknya karena mempengaruhi rangsangan produksi. Islam tidak mengizinkan terjadinya penguasaan tanah secara berlebihan di luar kemampuan untuk mengelolanya. Karenanya, hukum-hukum seputar tanah dalam pandangan Islam memiliki karakteristik yang khas dan adanya perbedaan prinsip dengan sistem ekonomi lainnya.

Rasulullah saw. bersabda:  “Siapa yang mempunyai sebidang tanah, hendaknya dia menanaminya, atau hendaknya diberikan kepada saudaranya. (HR Imam Bukhari)



“Siapa saja yang telah menghidupkan sebidang tanah mati, maka tanah itu adalah hak miliknya”. (HR  Imam Bukhari)

Dalam kedua hadis tersebut tersurat bahwa pemilik tanah mempunyai kewajiban untuk mengelola dan menghidupkan tanah miliknya. Apabila lahan yang dimilikinya cukup luas sehingga tidak sanggup mengelolanya sendiri, maka ada dua pilihan baginya, yaitu mengupah petani dengan bayaran yang disepakati atau memberikan pengelolaan lahan peranian kepada orang lain yang sanggup untuk mengelolanya tanpa menyepakati hasil panen yang harus menjadi bagiannya.

Namun apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan, dan malah menelantarkan lahan pertaniannya selama tiga tahun berturut-turut, maka hak kepemilikan lahan akan jatuh kepada orang yang mampu menghidupkan (mengelola/menanami) lahan tersebut. 

Efeknya adalah orang yang memiliki keterampilan dalam berbudidaya akan meiliki daya tawar. Dia akan mau bekerja sesuai dengan gaji yang distandarkan pada ilmu dan keterampilan yang dimiliki. Tanpa harus memilikirkan biaya sarana prasarana produksi. Karena hal tersebut adalah tanggungan pemilik lahan. 

Selain itu lahan mati/tidur tidak akan kita jumpai, karena pemilik lahan akan berfikir untuk menelantarkan lahannya. Sehingga semua lahan pertanian akan produktif. Didukung kebijakan ekonomi Islam lainnya, meniscayakan kemiskinan petani dan kondisi rawan pangan akan teratasi. Ditambah lagi kecanggihan teknologi saat ini dan disokong juga dengan keberlimpahan SDA. Negara pun segara akan mampu menciptakan sektor pertanian modern yang menarik bagi semua generasi. Wallahu a’lam bi ash-shawwab
Via Opini
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

- Advertisment -
Pasang Iklan Murah
- Advertisment -
Pasang Iklan Murah

Featured Post

Generasi Digital dan Krisis Berpikir Kritis di Tengah Arus Algoritma

Tanah Ribath Media- Desember 22, 2025 0
Generasi Digital dan Krisis Berpikir Kritis di Tengah Arus Algoritma
Oleh: Ilma Nafiah (Sahabat Tanah Ribath Media) TanahRibathMedia.Com— Berbagai data menunjukkan adanya penurunan kemampuan berpikir kritis dan fungs…

Most Popular

Generasi Muda Takut Nikah, Luka Ekonomi Kapitalisme

Generasi Muda Takut Nikah, Luka Ekonomi Kapitalisme

Desember 20, 2025
Dampak Kapitalisme Digital terhadap Krisis Mental Generasi Muda

Dampak Kapitalisme Digital terhadap Krisis Mental Generasi Muda

Desember 19, 2025
Era Digital: Medan Ujian dan Perjuangan Generasi Z

Era Digital: Medan Ujian dan Perjuangan Generasi Z

Desember 20, 2025

Editor Post

Tak Habis Pikir

Tak Habis Pikir

Juni 11, 2023
Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Juni 09, 2023
Terhubung tapi Terasing: Mengungkap Kesepian akibat Media Sosial di Era Kapitalisme Liberalisme

Terhubung tapi Terasing: Mengungkap Kesepian akibat Media Sosial di Era Kapitalisme Liberalisme

Oktober 02, 2025

Popular Post

Generasi Muda Takut Nikah, Luka Ekonomi Kapitalisme

Generasi Muda Takut Nikah, Luka Ekonomi Kapitalisme

Desember 20, 2025
Dampak Kapitalisme Digital terhadap Krisis Mental Generasi Muda

Dampak Kapitalisme Digital terhadap Krisis Mental Generasi Muda

Desember 19, 2025
Era Digital: Medan Ujian dan Perjuangan Generasi Z

Era Digital: Medan Ujian dan Perjuangan Generasi Z

Desember 20, 2025

Populart Categoris

Tanah Ribath Media

Tentang Kami

Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Contact us: contact@gmail.com

Follow Us

Copyright © 2023 Tanah Ribath Media All Right Reserved
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Advertisement
  • Contact Us