NAFSIAH
Ngaji itu Penting, agar Hati Tidak Kering
Oleh: Kartika Soetarjo
(Penulis dan Pengasuh Pengajian Anak-Anak Raudhatul Jannah)
TanahRibathMedia.Com—Banyak orang tua yang merasa sudah merasa bebas tugas ketika sudah menyuruh ngaji kepada anak-anaknya, walaupun si anak tetap tidak beranjak untuk mengaji. Mereka beralasan tidak mau capek berdebat dengan anaknya, buang-buang energi saja hanya untuk sekadar membujuk anak agar mau mengaji.
Ada juga yang membiarkan anak-anaknya tidak mengaji, dengan alasan si anak capek karena banyak tugas dari sekolah, dan lama-lama si anak pun berhenti ngaji. Akhirnya, jadwal ngaji pun hilang. Namun sepertinya para orang tua sedikit pun tidak pernah menyadari bahwa yang hilang itu bukan hanya jadwal ngaji anaknya, tetapi juga padam cahaya hatinya.
Perlu diketahui, belajar ngaji itu kewajiban bukan pilihan. Karena, menuntut ilmu agama hukumnya adalah wajib ai'n. Artinya diwajibkan kepada setiap individu, tidak bisa diwakilkan kepada orang lain.
Adapun definisi wajib menurut hukum syara adalah:
(Maa yusabu 'ala fa'lihi wa yu'aqabu 'ala tarkihi)
Artinya: “Satu perkara jika dikerjakan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan akan mendapat siksa.”
Ini menegaskan, bahwa menuntut ilmu agama itu, jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan akan mendapat siksa. Kewajiban ini berlaku untuk semua manusia tanpa batas usia. Baik itu anak-anak, dewasa, ataupun orang tua.
(Utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi). Artinya: "Carilah ilmu dari mulai buaian hingga liang lahat."
Keterangan tersebut pun, mengandung arti bahwa mencari ilmu agama itu wajib dilaksanakan dari mulai usia dini atau anak-anak, hingga menjelang kematian. Namun, anak-anak sekarang baru masuk sekolah tingkat pertama saja sudah enggan mengaji. Alasannya sangat miris. "Malu" atau "tidak ada teman".
Duh, Rabbi...!" Mereka tidak faham, dimana rasa malu harus di tempatkan?
Tidak kalah ironisnya, ketika anak gadis yang baru menginjak usia 9, 10, hingga 11 tahun, yang sebenarnya pemikirannya masih polos, masih senang bermain dengan anak-anak yang usianya di bawahnya, pakaiannya masih belum menutup aurat, tapi dia sudah mengalami haid. Sementara ngaji pun sudah enggan.
Padahal ilmu yang baru dia dapatkan hanya sebatas baru tamat iqra, dan membaca Al-Quran pun masih sangat terbat-bata. Dia belum sempat menerima ilmu tentang fikih wanita dari guru ngajinya. Sedangkan, ilmu fikih adalah ilmu yang sangat penting dalam peribadahan.
Bayangkan! Jika seorang perempuan bersuci dari haidnya, sementara dia tidak tahu caranya, tidak tahu niatnya, tidak tahu batas-batas mana yang harus di bersihkannya, hanya asal mandi dan keramas saja. Sedangkan hal itu penyebab bersuci menjadi tidak sah. Bagaimana nanti dengan salatnya, puasanya, dan ibadah-ibadah yang lainnya?
Ini benar-benar menjadi PR untuk kita para orang tua. Jangan dulu merasa bangga hanya karena si anak menjadi juara kelas, tidak pernah alfa mengikuti pelajaran sekolah, hafal rumus, jago main hand phone. Tapi tidak tahu tentang tata cara bersuci yang sempurna. Tidak kenal dengan Tuhan-nya. Tidak tahu Nama-Nama Allah, hingga sifat-sifat Allah.
Tidak kenal dengan Nabi-nya, beserta keturunannya. Tidak tahu nama- nama sahabat Rasulullah. Tidak tahu, ada berapa perkara, adab terhadap guru ngajina, serta belum tahu bagaimana cara salat yang benar?
Tidak khawatirkah kita dengan akhirat anak-anak kita?
Beberapa waktu pernah sempat ada vidio viral yang memperlihatkan seorang siswi sekolah menengah atas tidak tahu jumlah rukun Islam. Ini membuktikan bahwa pendidikan orang tua kepada anaknya dalam masalah agama, sangatlah minim.
Imam Al - Ghazali mengatakan: "Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya". (Ihya' Ulumuddin)
Amanah itu bukan hanya sekadar memberi makan dan menyekolahkan. Amanah itu termasuk menuntun anaknya ke majlis Ilmu.
Ilmu agama itu nutrisi untuk jiwa. Seperti halnya ketika perut tidak diisi makanan, maka akan merasakan lapar. Begitupun jika jiwa tidak diisi dengan ilmu Agama maka hidup akan hilang arah dan tidak punya tujuan.
Oleh karenya, jadikan anak itu kuat agama, bukan hanya hebat dunia. Jangan sampai kecerdasannya tumbuh, tetapi imannya rapuh. Kalau ngaji sudah tidak dianggap penting, maka perlahan hati anak akan menjadi kering.
Duhai para orang tua, tidakkah merasa berduka, ketika hafalan doa-doa yang dulu menggema, kini tenggelam dalam dunia maya? Jangan biarkan anak-anak kita bodoh dalam perkara agama! Beri mereka dukungan yang penuh dalam belajar ilmu Agama. Imam syafi'i mengatakan:
"Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan pahitnya kebodohan."
Oleh karena itu, mari kita sama-sama hidupkan agama Allah. Ajak anak-anak kita ke majelis ilmu. Dukung mereka agar mereka senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu agama. Karena masa depan tanpa Agama, adalah masa depan yang tidak punya arah.
Jika anak-anak kita sudah rutin mengaji, tolong, Jangan pernah merusak hasil didikan guru ngaji! Ketika di pengajian disuruh menutup aurat, tetapi setelah pulang ke rumah, kita belikan mereka baju yang terbuka, yang tidak sesuai hukum syar'i dengan alasan masih kecil. Lantas, jika tidak sedari kecil putri kita tidak dibiasakan menutup aurat, mau kapan mulainya?
Ketika dipengajian diajarkan salat berjamaah ke mesjid untuk anak laki-laki, tetapi sampai dirumah, kita membiarkan mereka terlelap. Jadi, kalau begitu, apa tujuan kita menyuruh ngaji anak-anak itu?
Yuk! Mulai sekarang kita sama-sama tingkatkan penwrapan ilmu Agama kepada anak-anak kita. Agar mereka menjadi manusia yang berilmu dan bersungguh-sungguh dalam menapaki jalan menuju kemulyaan di hadapan Allah. Semoga kita bisa menjadi keluarga pecinta ilmu, dan bisa melahirkan generasi-generasi Qurani.
Aamiin ya Rabbal 'alamin.
"Hendaknya ada sekelompok dari setiap kaum yang memperdalam ilmu agama".
Sebuah Peringatan dari Allah dalam surat At-Taubah, ayat 122.
Wallahu 'alam bissawwab.
Via
NAFSIAH
Posting Komentar