Telusuri
  • Pedoman Media
  • Disclaimer
  • Info Iklan
  • Form Pengaduan
Tanah Ribath Media
Pasang Iklan Murah
  • Home
  • Berita
    • Nasional
    • Lensa Daerah
    • Internasional
  • Afkar
    • Opini Tokoh
    • Opini Anda
    • Editorial
  • Remaja
    • Video
  • Sejarah
  • Analisa
    • Tsaqofah
    • Hukum
  • Featured
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Pendidikan Anak
    • Pendidikan Remaja
    • FiksiBaru
Tanah Ribath Media
Telusuri
Beranda OPINI Menjadi Ibu Generasi Ideologis, Siapkah?
OPINI

Menjadi Ibu Generasi Ideologis, Siapkah?

Tanah Ribath Media
Tanah Ribath Media
20 Des, 2025 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp


Oleh: Prayudisti SP
(Sahabat Tanah Ribath Media)

TanahRibathMedia.Com—Sejarah membuktikan bahwa kebangkitan dan kejatuhan peradaban tidak pernah lepas dari peran seorang ibu. Dari rahim dan didikan ibulah lahir generasi pemimpin, penakluk, ulama, dan pejuang yang mengubah arah sejarah umat manusia. Dalam Islam, peran ibu bukan sekadar fungsi biologis atau domestik, melainkan peran ideologis: mencetak generasi yang tidak takut kepada apa pun dan siapa pun kecuali Allah Swt., generasi visioner yang pandangan hidupnya menembus batas dunia, terarah pada ridha Allah dan surga-Nya.

Menjadi ibu generasi ideologis berarti memadukan peran keibuan dengan kesadaran dakwah dan politik Islam. Ibu tidak hanya mengurus kebutuhan fisik anak, tetapi menanamkan cara pandang hidup Islam sejak dini. Kesadaran politik yang tinggi membuat seorang ibu memahami bahwa anaknya kelak hidup di tengah sistem, bukan ruang kosong. Maka ia mendidik anak bukan sekadar agar “selamat secara pribadi”, tetapi siap memimpin umat dan memperjuangkan kebenaran.

Sejarah Islam mencatat contoh-contoh nyata keberhasilan peran ini. Ibu Imam Syafi’i, misalnya, adalah sosok yang memiliki visi jauh melampaui keterbatasan materi. Dalam kondisi yatim dan miskin, ia membawa Imam Syafi’i kecil dari Gaza ke Makkah demi memastikan anaknya tumbuh di lingkungan ilmu dan bahasa Arab yang lurus. Dari didikan ibu yang visioner inilah lahir seorang mujtahid besar yang pemikirannya hidup lintas zaman. Ini menunjukkan bahwa ibu ideologis melahirkan peradaban, bukan sekadar anak yang sukses secara individual.

Teladan lain adalah Al-Khansā’, seorang ibu yang menjadikan keimanan sebagai poros pendidikan anak-anaknya. Dalam Perang Qadisiyah, ia melepas empat putranya dengan nasihat agar berjuang demi Islam, bukan demi dunia. Ketika keempatnya gugur sebagai syuhada, ia tidak larut dalam ratapan, tetapi bersyukur atas kemuliaan yang Allah berikan. Inilah potret ibu yang menundukkan naluri keibuan pada visi akhirat, sesuatu yang mustahil lahir dari pendidikan sekuler.

Asma’ binti Abu Bakar juga memberikan teladan luar biasa. Ia mendidik Abdullah bin Zubair dengan keberanian dan keteguhan prinsip. Saat anaknya dihadapkan pada pilihan antara menyerah kepada penguasa zalim atau mati di atas kebenaran, Asma’ menegaskan agar anaknya tetap teguh. Dari ibunya, Abdullah bin Zubair belajar bahwa hidup bukan tentang keselamatan jasad, tetapi kemuliaan sikap di hadapan Allah.

Namun, peran ideal ibu ini hari ini menghadapi tantangan berat dalam sistem sekuler. Serangan pemikiran melalui narasi kesetaraan gender liberal, HAM versi Barat, dan moderasi beragama telah menciptakan lingkungan yang merusak orientasi perempuan Muslim. Peran ibu direduksi, bahkan dianggap penghambat aktualisasi diri. Di saat yang sama, dunia digital menjadi arena baru yang menyerang akal dan keimanan anak-anak tanpa henti.

Belum lagi tekanan sistem ekonomi kapitalisme yang memaksa perempuan memikul beban ganda. Ibu dituntut produktif secara ekonomi, tetapi tetap bertanggung jawab penuh atas rumah dan anak. Sistem ini tidak peduli pada kualitas generasi, yang penting roda ekonomi berputar. Akibatnya, peran strategis ibu sebagai pendidik ideologis semakin tergerus.

Di tengah realitas ini, peran riil ibu Muslim menjadi sangat menentukan. Pertama, ibu harus menetapkan visi pendidikan anak: menjadikan mereka sebagai abdullah, khalifah fil ardh, dan bagian dari khairu ummah. Visi ini harus hidup dalam keseharian, bukan sekadar jargon. Kedua, ibu wajib menjadi teladan—dalam akidah, akhlak, keberanian bersikap, dan komitmen terhadap Islam.

Namun, sejarah juga mengajarkan bahwa ibu-ibu besar tidak bergerak sendirian. Mereka hidup dalam sistem yang menopang nilai Islam. Karena itu, perjuangan ibu hari ini tidak cukup berhenti pada pengasuhan individu. Harus dibarengi dengan upaya mengubah sistem kapitalisme sekuler yang rusak menuju sistem Islam yang benar dan menyejahterakan. Sistem yang memuliakan peran ibu, melindungi generasi, dan menjadikan pendidikan ideologis sebagai prioritas negara.

Menjadi ibu generasi ideologis bukanlah jalan mudah. Ia adalah jalan perjuangan panjang. Namun dari tangan para ibu inilah, dahulu lahir para pemimpin peradaban Islam. Dan dari tangan para ibu yang sadar ideologi hari ini, kebangkitan umat itu akan kembali dimulai.
Via OPINI
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

- Advertisment -
Pasang Iklan Murah
- Advertisment -
Pasang Iklan Murah

Featured Post

Bencana Sumatra, Bukti Bahaya Bencana Perusakan Alam dalam Sistem Kapitalisme

Tanah Ribath Media- Desember 20, 2025 0
Bencana Sumatra, Bukti Bahaya Bencana Perusakan Alam dalam Sistem Kapitalisme
Oleh: Irna Ummu Hanin   (Aktivis Muslimah Dompu) TanahRibathMedia.Com— Jumlah korban meninggal akibat banjir dan longsor di wilayah Sumatera hingga…

Most Popular

Mengepak Sayap Dakwah, agar Terbang di Setiap Paragraf Naskah

Mengepak Sayap Dakwah, agar Terbang di Setiap Paragraf Naskah

Desember 15, 2025
Dampak Kapitalisme Digital terhadap Krisis Mental Generasi Muda

Dampak Kapitalisme Digital terhadap Krisis Mental Generasi Muda

Desember 19, 2025
Bencana Sumatra, Bukti Kerakusan Kapitalis

Bencana Sumatra, Bukti Kerakusan Kapitalis

Desember 15, 2025

Editor Post

Tak Habis Pikir

Tak Habis Pikir

Juni 11, 2023
Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Juni 09, 2023
Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Agustus 06, 2024

Popular Post

Mengepak Sayap Dakwah, agar Terbang di Setiap Paragraf Naskah

Mengepak Sayap Dakwah, agar Terbang di Setiap Paragraf Naskah

Desember 15, 2025
Dampak Kapitalisme Digital terhadap Krisis Mental Generasi Muda

Dampak Kapitalisme Digital terhadap Krisis Mental Generasi Muda

Desember 19, 2025
Bencana Sumatra, Bukti Kerakusan Kapitalis

Bencana Sumatra, Bukti Kerakusan Kapitalis

Desember 15, 2025

Populart Categoris

Tanah Ribath Media

Tentang Kami

Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Contact us: contact@gmail.com

Follow Us

Copyright © 2023 Tanah Ribath Media All Right Reserved
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Advertisement
  • Contact Us