OPINI
Generasi Muda di Persimpangan Peradaban
Oleh: Amanah Andriani
(Aktivis Muslimah Dompu)
TanahRibathMedia.Com—Generasi muda hari ini dihadapkan pada arus deras informasi digital yang tak terbendung. Mereka harus pintar memilah dan memilih informasi yang relevan dan akurat di tengah lautan data yang terus mengalir. Tantangan besar ini membutuhkan kemampuan kritis dan literasi digital yang kuat agar tidak terjebak dalam informasi yang menyesatkan atau tidak berguna.
Di sisi lain, tingkat ‘screen time’ yang tinggi dapat membuat generasi muda melalaikan peran nyata mereka dalam kehidupan. Mereka bisa kehilangan kesempatan untuk berinteraksi sosial, mengembangkan keterampilan hidup, dan mengalami pengalaman langsung yang berharga. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat membuat mereka terjebak dalam dunia virtual dan lupa akan tanggung jawab serta potensi mereka di dunia nyata.
Sedangkan, algoritma dunia maya seringkali menciptakan jebakan yang tak terlihat, menarik pengguna untuk terus menghabiskan waktu di dalamnya. Dengan suguhan konten yang dipersonalisasi dan interaksi yang instan, dunia maya dapat membuat kita terjebak dalam lingkaran konsumsi informasi yang tak berujung. Jebakan ini dapat mempengaruhi produktivitas, fokus, dan keseimbangan hidup kita di dunia nyata.
Bagi mereka yang kritis terhadap kezaliman penguasa, fenomena ini bisa menjadi indikasi baik bahwa kesadaran masyarakat mulai tumbuh. Namun, perlu diingat bahwa kesadaran ini harus diarahkan dengan bijak dan terstruktur, agar tidak berubah menjadi kekacauan atau disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Arah dan tujuan yang jelas sangat penting untuk memastikan perubahan positif dan berkelanjutan.
Generasi dalam Arus Sekularisme
Generasi muda merupakan pasar potensial yang sangat menjanjikan bagi produk-produk digital. Mereka tumbuh besar dengan teknologi dan cenderung lebih terbuka terhadap inovasi digital.
Selain itu, konten digital yang terus mengalir dapat menjadi tabungan informasi yang luas, namun juga berpotensi mengendalikan cara berpikir dan arah pandang generasi muda terhadap kehidupan. Informasi yang mereka konsumsi secara terus-menerus dapat membentuk persepsi, nilai, dan keputusan mereka, baik secara sadar maupun tidak. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk kritis dan selektif dalam mengelola informasi digital yang mereka terima.
Ketika ide-ide sekuler dan liberal yang beredar di media sosial begitu deras dan meluas, sehingga memerlukan benteng yang kuat untuk melindungi nilai-nilai dan prinsip yang diyakini. Media sosial menjadi arena pertarungan ide, dan generasi muda perlu dibekali kemampuan kritis untuk memilah dan memilih informasi yang sesuai dengan nilai-nilai mereka. Dengan demikian, mereka dapat terhindar dari pengaruh ide-ide yang tidak sejalan dengan keyakinan dan prinsip mereka.
Benteng pertama yang kokoh untuk menghadapi arus ide sekuler dan liberal adalah cara pandang sahih yang bersumber dari Sang Khalik, yaitu Allah SWT. Cara pandang ini menjadi landasan kuat untuk memilah dan memilih informasi, serta menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan. Dengan berpijak pada nilai-nilai yang bersumber dari Sang Pencipta, generasi muda dapat memiliki arah yang jelas dan tidak mudah terombang-ambing oleh arus informasi yang deras.
Kaum muda yang rindu perubahan harus memiliki arah pandang hidup yang sahih dan komprehensif, tidak hanya terpaku pada solusi parsial. Mengambil ideologi yang benar akan membantu mereka memiliki visi yang jelas dan tidak mudah terjebak dalam aktivisme prematur atau godaan kekuasaan. Dengan demikian, mereka dapat menjadi agen perubahan yang efektif dan berkelanjutan, bukan hanya sekedar bereaksi terhadap keadaan.
Kaum muda muslim jangan hanya ikut-ikutan jadi aktivis liberal, karena meski mereka muslim, tapi masih terikat dengan sistem kapitalisme. Butuh pendekatan yang berbeda, yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, agar perjuangan mereka berdampak dan tidak sekedar menjadi bemper sistem yang salah .
Islam Melindungi Generasi
Generasi muda memiliki potensi besar untuk hidup sesuai fitrahnya sebagai makhluk Allah, dengan tiga elemen penting: gharizah (naluri), hajatul udhawiyah (kebutuhan spiritual), dan akal (pikiran). Dengan memahami dan mengembangkan potensi ini, mereka bisa menjalani hidup yang seimbang dan bermakna, serta menjadi pribadi yang utuh secara spiritual, emosional, dan intelektual.
Generasi muda membutuhkan lingkungan yang mendukung untuk mengembangkan potensinya, yaitu lingkungan yang penuh dengan suasana keimanan (jawil iman) dan kerja sama yang total dan terstruktur. Dengan demikian, mereka bisa memperkuat spiritualitas, memiliki nilai hidup, dan terhubung dengan komunitas, sehingga bisa menjadi pribadi yang utuh dan berdampak positif.
Untuk mewujudkan generasi muda yang kuat dan berdampak, diperlukan sinergi semua elemen, mulai dari keluarga, masyarakat, partai politik yang ideologis, hingga negara. Semua pihak harus kompak dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, mendukung pengembangan potensi mereka, dan menanamkan nilai-nilai yang tepat. Dengan kerja sama yang solid, generasi muda dapat tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang tangguh dan visioner.
Partai politik Islam yang ideologis berperan sebagai tulang punggung pembinaan seluruh komponen umat, termasuk generasi muda. Mereka dapat melakukan muhasabah lil hukam (evaluasi terhadap penguasa), memberi ruang bagi suara kritis kaum muda, serta meningkatkan kesadaran dan kecerdasan mereka. Contohnya, pada masa Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam, para sahabat muda seperti Usamah bin Zaid dan Abdullah bin Abbas diberi peran penting dalam berbagai urusan, baik sebagai pemimpin pasukan maupun sebagai penasihat. Dengan demikian, partai politik Islam ideologis dapat menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengembangkan potensi dan menyuarakan aspirasi mereka secara konstruktif, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam membimbing generasi muda pada masa itu.
Wallahu a'lam bishowwab.
Via
OPINI
Posting Komentar