Telusuri
  • Pedoman Media
  • Disclaimer
  • Info Iklan
  • Form Pengaduan
Tanah Ribath Media
Pasang Iklan Murah
  • Home
  • Berita
    • Nasional
    • Lensa Daerah
    • Internasional
  • Afkar
    • Opini Tokoh
    • Opini Anda
    • Editorial
  • Remaja
    • Video
  • Sejarah
  • Analisa
    • Tsaqofah
    • Hukum
  • Featured
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Pendidikan Anak
    • Pendidikan Remaja
    • FiksiBaru
Tanah Ribath Media
Telusuri
Beranda OPINI Menjemput Hidayah melaui Akun Dakwah
OPINI

Menjemput Hidayah melaui Akun Dakwah

Tanah Ribath Media
Tanah Ribath Media
28 Nov, 2025 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp


Oleh: Kartika Soetarjo
(Penulis dan Pengasuh Pengajian Anak-Anak Raudhatul Jannah)

TanahRibathMedia.Com—Hidayah adalah petunjuk dari Allah yang mengantarkan manusia menuju kebenaran dan kemenangan dunia dan akhirat. Hidayah adalah harta yang paling berharga, dan hanya Allah yang bisa memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Hidayah bukan sesuatu yang bisa kita tunggu-tunggu, tapi harus kita jemput dengan usaha dan doa yang sungguh-sungguh.

Menurut Syekh Jalaludin Rumi, hidayah adalah anugerah dari Sang Maha Penguasa Jagat yang terhubung erat dengan munajat, serta penyerahan diri atau cinta kepada yang Maha Kuasa. Kita tidak boleh merasa sudah cukup taat, lantas berhenti meminta hidayah. Sebaliknya, kita harus terus memohon hidayah kepada Allah, agar hati kita selalu istiqamah dijalan-Nya. Karena hanya Dia yang bisa menjaga hati kita tetap dalam petunjuk-Nya.

Seperti kisah sepasang suami-istri yang rutin bersedekah. Mereka selalu menyisihkan uang Rp 50.000 untuk sedekah disetiap hari jumat. Namun, suatu hari, tiba-tiba sang isiri berubah pikiran. Ia mengatakan kepada suaminya bahwa sedekahnya jarang-jarang saja dulu, jangan setiap hari jumat cukup dua pekan sekali saja. Istrinya berpikir, jika setiap jumàt pasti orang yang selalu mereka beri akan menunggu dan berharap, tapi kalau agak jarang diberi, mereka pun tidak akan terlalu berharap. Suaminya pun tidak banyak bicara. Bukan setuju, tetapi menjaga situasi agar tetap aman terkendali, tidak ada debat yang memancing percik api.

Namun, Allah tidak diam. Dia tidak akan membiarkan makhluknya tenggelam dalam rasa ketakutan. Takut kelaparan, dan takut kehilangan harta, serta Allah akan memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Allah pun telah mempersiapkan hidayah untuk sang istri tersebut berupa kisah yang istimewa.

Dengan izin Allah, beberapa menit setelah perbincangan itu, si istri tersebut membuka hand phone-nya. Tangannya Allah bimbing untuk membuka sebuah grub dakwah yang selama ini jarang ia baca, karena mungkin ada beberapa grup dakwah yang ia ikuti. Dari sekian banyak chat di group dakwah tersebut, tiba-tiba muncul sebuah chat yang membuat ia penasaran. Sebuah kisah yang berjudul, "Usia Baru Sedikit, Amal Sudah Melejit".

Seperti ini kisahnya:

Sesudah salat jumat aku istirahat sejenak di teras mesjid di salah satu kompleks. Waktu itu, mesjid sudah sepi karena para jamaah sudah bubar dan melanjutkan kesibukannya masing-masing. Dari kejauhan terlihat seorang nenek tua menawarkan dagangannya, yaitu kue tradisional. Satu bungkus dihargainya lima ribu rupiah. Aku sebetulnya tidak berminat, tetapi karena kasihan, maka aku membelinya satu bungkus saja.

Nenek itu terlihat sangat lelah. Ia duduk di teras mesjid tidak jauh dari tempat aku duduk. Terlihat olehku, dagangannya masih banyak. Tidak lama kemudian, datang seorang anak laki-laki dari kompleks gedung  sekolah dasar. Ia mendekati nenek penjual kue tersebut.   

Karena jarak duduk yang berdekatan, tentu saja percakapannya dengan si nenek jelas terdengar olehku.

“Berapa harganya Nek?"

“Satu bungkus kue, lima ribu, Nak”.  Jawab si nenek.

Anak kecil itu mengeluarkan uang lima puluh ribu dari kantong celananya, dan berkata.

“Saya beli 10 bungkus, ini uangnya, tapi kuenya buat Nenek saja. Nanti kuenya bisa" dijual lagi, ya, Nek!

Terlihat jelas, binar bahagia terpancar dari wajah nenek.

“Alhamdulillah..., terima kasih banyak, Nak. Semoga kamu disayang Allah. Selama ini, Nenek berdoa sama Allah agar bisa membeli obat untuk cucu Nenek yang sedang sakit", kata si nenek. Kemudian nenek pun pergi.

Dengan refleks, aku memanggil anak laki-laki itu.

“Nak, kesini sebentar! Siapa nama kamu? Kamu kelas berapa?”  

“Nama Saya Radit, Pak. Saya kelas 2,” jawab anak itu dengan gestur tubuh yang sopan serta bahasa yang lembut.

“Kamu diberi uang jajan sehari lima puluh ribu sama orang tua kamu?"

” O, tidak Pak. Saya diberi uang jajan sama Papa saya sepuluh ribu sehari, tapi uang itu tidak pernah saya pakai untuk jajan. Karena saya juga bawa bekal makanan dari rumah, pak”.

“Jadi yang Kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu sejak hari senin?" tanyaku semakin penasaran.

“Betul Pak, saya sengaja menabung uang jajan saya, agar bisa bersedekah setiap hari jumat. Jadi setiap hari Jum'at saya sedekah lima puluh ribu rupiah, dan setelahnya saya selalu berdoa, agar Allah memberikan pahala sedekah saya itu untuk Ibu saya yang sudah meninggal. Saya pernah mendengar ceramah. Bahwa ada seorang Ibu yang Allah ampuni dosa-dosanya, dan diselamatkan dari api neraka karena anaknya bersedekah sepotong roti, Pak.”

Anak SD itu berbicara dengan fasihnya.

Aku terharu, dan kupegang bahu anak itu.

”Sejak kapan ibumu meninggal, Radit?”

“Ketika saya masih sekolah TK, Pak".

Tak terasa, air mataku pun menetes

"Radit, hatimu jauh lebih mulia dari bapak. Ini, bapak ganti uang kamu yg lima puluh ribu tadi, ya"!  Ucapku sambil mengepalkan uang lima puluh ribu ditangannya.

Tak disangka, Radit dengan sopan menolaknya sambil berkata.

“Terima kasih banyak, Pak. Tapi tidak usah. Uang ini untuk keperluan bapak saja. Saya masih kecil, tidak punya tanggungan. Sedangkan bapak punya Keluarga. Saya pamit pulang dulu, ya, Pak”.

Radit meraih tanganku lalu menciumnya. Setelah itu, dia pun pergi.

“Allah menjagamu, Nak", gumamku lirih.

Tak lama aku pun beranjak pergi. Tidak jauh dari situ aku melihat si nenek penjual kue tadi ada di sebuah apotek, dan akan membayar obat yang dibelinya. Aku pun bergegas menghampirinya. 

"Mbak, berapa harga obatnya?", tanyaku pada penjaga kasir.

"Empat puluh ribu rupiah, pak”.

"O, ya sudah. Saya yang bayar, ya mbak, kembaliannya berikan saja sama nenek ini", ujarku.

“Ya Allah. Pak…”

Belum sempat si nenek berterima kasih, aku sudah bergegas meninggalkan Apotek, karena masih banyak urusan pekerjaan yang harus aku selesaikan. Dalam perjalanan, hatiku berdo'a semoga Allah menerima sedekahku dan mengampuni salah dan khilaf kedua orang tuaku.

Setelah membaca kisah itu, istrinya terpaku. Ia merasa malu juga menyesal. Malu oleh seorang anak kecil yang begitu semangat dalam bersedekah, sedangkan dirinya leha-leha dalam beramal. Ia pun menangis dan meminta maaf pada suaminya, serta berjanji akan terus berusaha untuk bersedekah. Karena yakin Allah maha kaya dan tidak akan membiarkan orang yang gemar bersedekah akan jatuh miskin.

Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari dua kisah tersebut. Pertama, jangan ragu dalam beramal. Niatkan hanya karena ingin rida-Nya. Harta yang kita sedekahkan sejatinya bukan milik kita, tetapi mutlak milik Allah. Biarlah Allah yang mengatur kehidupan kita.

Kedua, jadikan sebuah kejadian itu ibrah atau contoh!  Baik kejadian yang kita alami di dunia nyata, atau pun kejadian yang kita baca di dunia maya. Jangan hanya membaca lalu lewat begitu saja. 

Ketiga, jadikan medsos sebagai media ladang ibadah, media dakwah, dan media menjemput hidayah. 

Terakhir, anak kecil lebih jujur daripada orang dewasa. Oleh karenanya, ajarkan anak-anak kita sedari dini dengan tindakan yang nyata, bukan hanya teori semata.

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjuang) di jalan kami, sunghuh akan kami berikan hidayah kepada mereka untuk istikamah di jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.” (TQS. Al-Ankabut: 69)

Wallahu 'alam bissawwab.
Via OPINI
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

- Advertisment -
Pasang Iklan Murah
- Advertisment -
Pasang Iklan Murah

Featured Post

Remaja: yang Muda yang Berkarya, Lindungi dari Malapetaka Narkoba

Tanah Ribath Media- November 28, 2025 0
Remaja: yang Muda yang Berkarya, Lindungi dari Malapetaka Narkoba
Oleh: Tri W  (Aktivis Muslimah) TanahRibathMedia.Com— Miris, prihatin, sedih, gemas dan entah apa lagi kata yang bisa mewakili kondisi ini. Surabay…

Most Popular

Darurat Narkoba pada Anak, Buah Sistem Rusak

Darurat Narkoba pada Anak, Buah Sistem Rusak

November 25, 2025
Remaja dan Narkoba, Malapetaka Sistem Cela

Remaja dan Narkoba, Malapetaka Sistem Cela

November 25, 2025
Perundungan harus Dihilangkan

Perundungan harus Dihilangkan

November 24, 2025

Editor Post

Tak Habis Pikir

Tak Habis Pikir

Juni 11, 2023
Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Juni 09, 2023
Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Agustus 06, 2024

Popular Post

Darurat Narkoba pada Anak, Buah Sistem Rusak

Darurat Narkoba pada Anak, Buah Sistem Rusak

November 25, 2025
Remaja dan Narkoba, Malapetaka Sistem Cela

Remaja dan Narkoba, Malapetaka Sistem Cela

November 25, 2025
Perundungan harus Dihilangkan

Perundungan harus Dihilangkan

November 24, 2025

Populart Categoris

Tanah Ribath Media

Tentang Kami

Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Contact us: contact@gmail.com

Follow Us

Copyright © 2023 Tanah Ribath Media All Right Reserved
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Advertisement
  • Contact Us