Opini
Potret Gelap Filisida Maternal dan Jalan Islam
Oleh: Rahmayanti
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Fenomena seorang ibu yang tega mengakhiri hidup anak kandungnya sendiri bukan sekedar berita kriminal biasa. Ini adalah alarm keras yang menandakan adanya krisis multidimensi, krisis moral, sosial, ekonomi, sekaligus krisis iman. Bagaimana mungkin sosok yang seharusnya menjadi pelindung, tempat mencurahkan kasih sayang dan banteng terakhir bagi anak justru berubah menjadi algojo?
Kasus ini tidak hadir tiba-tiba. Ada faktor ekonomi yang menghimpit, tekanan sosial yang menghantui, dan lemahnya dukungan keluarga serta lingkungan yang seharusnya menjadi penompang. Namun akar terdalamnya adalah hilangnya nilai iman, pudarnya ketakwaan, dan runtuhnya banteng akhlak. Masyarakat dewasa ini begitu menjunjung kebebasan, namun lalai menanamkan fondasi spiritual yang sejatinya menjadi banteng dari segala keputusasaan.
Diduga himpitan ekonomi yang menjadi pemicu di balik keputusasaan seorang ibu di Kabupaten Bandung, Jawa Barat dia mengakhiri hidupnya dan kedua anaknya. Pengamat menilai ini adalah bukti negara yang telah gagal dalam menjamin kehidupan yang layak untuk semua masyarakat dari kalangan bawah. EN, seorang perempuan 34 tahun, ditemukan tewas gantung diri di kamarnya di kusen pintu. Tidak jauh dari ibunya, ditemukan kedua anaknya yang sudah tidak bernyawa yang satu berusia 9 tahun dan satunya berusia 11 bulan. Kesimpulan sementara polisi, kematian tiga orang ini bukan dibunuh orang luar, melainkan orang yang ada di lokasi kejadian. Kemungkinan besar si ibu adalah pelaku yang telah menghilangkan nyawa kedua anaknya, karena ditemukan surat wasiat yang ditulis sebelum dia meninggal. Isi suratnya mengungkapkan masalah keluarga, tepatnya kesulitan ekonomi, berisi juga ungkapan permintaan maaf untuk semua keluarga termasuk untuk kedua anaknya yang telah meninggal.
KPAI mengategorikan insiden sebagai filisida maternal. Hal ini bukanlah kejadian pertama kali melainkan sudah berulangkali terjadi. Seorang ibu sejatinya menjadi orang yang paling besar menaruh kasih sayang kepada anak-anaknya. Kalaupun seorang ibu membunuh anaknya, pasti ada asal penyebabnya yang timbul mengganggu kejiwaannya. Filisida maternal tidak bisa dilihat dari satu sisi yaitu ibunya saja yang dianggap hilangnya naluri keibuannya, akan tetapi bisa juga berupa beban berat dari ekonomi, persoalan keluarga, rumah tangga, dan masih banyak lainnya. Ada banyak faktor penyertanya karena ini adalah problem sistemik yang ketika sistem ini rusak atau sakit maka bisa dipastikan akan sakit juga orang-orang yang berada di bawah sistem tersebut. Sistem ini tak lain adalah kapitalisme yang sudah mematikan naluri keibuan wanita.
Di dalam Islam, perbuatan membunuh anak merupakan dosa besar yang dimurkai Allah. Al Quran mengecam tajam praktik jahiliyah yang mengubur bayi hidup-hidup, dan fenomena filisida masa kini sejatinya adalah wajah baru dari zaman jahiliyah modern. Ketika seorang ibu lebuh takut kepada beban hidup yang berat dibandingkan dengan azab Allah, maka tragedi ini pun terjadi.
Islam menjamin seorang ibu bahagia menjalankan perannya sebagai ibu yang penuh dengan kasih sayang dan cinta. Ia tidak dituntut untuk bekerja mencari nafkah karena ada suaminya yang berkewajiban untuk bertanggung jawab memenuhi semua kebutuhannya dan anaknya. Selama hamil, melahirkan, dan menyusui juga memiliki ruksah untuk tidak berpuasa agar melindungi atas kesehatan dirinya dan bayinya. Sehingga tidak ada ibu yang merasa terhimpit karena kemiskinan lalu nekad mengorbankan anaknya. Seorang ibu juga sangat dimuliakan di dalam Islam sampai disampaikan dalam sebuah hadis Rasulullah bahwa yang paling berhak menerima kebaikan dan bakti anak adalah ”ibumu, ibumu, ibumu lalu ayahmu”.
Negara juga memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan kepada para ayah dan suami agar bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan dalam mencari nafkah sebagai kewajiban. Perihal pendidikan dan kesehatan mendapatkan gratis dan layak sehingga beban seorang ibu akan menjadi lebih ringan. Pendidikan dalam keluarga berbasis Islam, yang menanamkan kasih sayang, kesabaran, dan kesadaran bahwa anak adalah amanah bukan beban. Lingkungan sosial yang peduli, di mana seluruh masyarakat tidak abai terhadap keadaan tetangganya. Mereka hadir memberikan dukungan dan bantuan moral maupun material.
Naluri seorang wanita akan keibuannya bisa berkembang dengan sempurna dan dijalankan juga secara sempurna. Dengan demikian seorang ibu bisa menjadi sosok yang sempurna membutuhkan adanya sistem yang sempurna juga, yang mendukung segala lini kehidupan, yang bisa mencegah agar seorang ibu yang seharusnya melahirkan kehidupan bukan kematian. Sistem yang sempurna ini hanya ada di dalam Islam yang rahmatan lil alamin.
Via
Opini
Posting Komentar