Opini
Krisis Tenaga Kerja Global, Buah dari Kapitalis
Oleh: Neni Arini
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Krisis tenaga kerja global semakin memuncak dan mulai terasa di berbagai belahan dunia. Bahkan di beberapa negara besar, angka pengangguran cenderung mengalami kenaikan signifikan, seperti Cina pada Juli 2025 tercatat urban unemployment rate sebesar 5,2 persen, naik 5 persen dari bulan sebelumnya. Jumlah pemuda menganggur mencapai 15,2 persen. Mirisnya, banyak pemuda yang pura-pura bekerja hanya demi menjaga harga diri. Mereka rela bekerja meski tanpa upah. Fakta ini memperlihatkan sulitnya pemuda mencari pekerjaan (CNBCnews, 5-9-2025).
Begitupun dengan AS, meski dianggap memiliki ekonomi kuat, karena tingkat pengangguran lebih kecil dibanding negara lain, 4,2% pada Juli 2025, akan tetapi tren menunjukkan pengangguran yang semakin meningkat. Di AS, ketersediaan lapangan kerja hanya separuh dari ekpektasi. Yaitu di angka 73 ribu, sementara jumlah penganggur jangka panjang melonjak ke 1,8 juta orang, menandakan sebagian pekerja mulai kesulitan kembali ke pasar kerja.
Di Inggris, kondisi pasar tenaga kerja menunjukkan adanya tanda pelemahan jumlah lowongan kerja dan turunnya pekerja bergaji pada kuartal kedua 2025. Dalam empat tahun terakhir, tingkat pengangguran mencapai 4,7 persen. Sementara itu, tingkat pengangguran usia 16–24 tahun mencapai 14,1 persen atau 634 ribu orang (CNBCIndonesia.com, 30-8-2025).
Lain halnya dengan di Prancis, pada Juli 2025 jumlah pengangguran naik dari 52.900 orang menjadi 3,03 juta. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya pengangguran usia di bawah 25 tahun sebanyak 19.200 orang. Padahal, Prancis relatif stabil dengan angka pengangguran rata-rata hanya 7,5 persen.
Di Indonesia, para pemuda juga mendominasi angka pengangguran. Jika dibandingkan pekerja usia tua, separuh dari jumlah penganggur adalah generasi muda. Hal ini menunjukkan lemahnya pertumbuhan ekonomi global.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Mei 2025 menunjukkan, generasi Z (Gen Z) dan sebagian milenial jadi golongan dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia. Angka pengangguran kalangan Gen Z mencapai 16 persen(detik.com,12/9/2025)
Para pakar menyatakan bahwa fakta pengangguran ini dapat terjadi karena tidak adanya kesesuaian antara pendidikan dan kebutuhan pasar tenaga kerja. Juga karena
perlambatan pertumbuhan ekonomi, hingga ketidakpastian politik termasuk tarif dagang yang semakin naik drastis. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun, kondisi sosial-politik tidak terukur, dan keamanan negara menjadi rentan.
Sistem Ekonomi Kapitalis Penyebab Terjadinya Krisis
Kondisi pengangguran yang banyak terjadi di dunia khususnya di Indonesia yang banyak berasal dari kalangan para pemuda menjadi sebuah bukti nyata sistem kapitalis telah gagal menciptakan lapangan pekerjaan.
Dengan konsep kebebasan kepemilikan membuat setiap individu boleh memiliki apapun termasuk sumber daya alam yang boleh dikuasai oleh swasta. Akibatnya negara tidak lagi berperan sebagai pengelola sumber daya alam sehingga kesejahteraan rakyat tidak tercapai.
Sumber kekayaan alam, perdagangan, dan produksi hanya dikuasai kapital. Mereka menguasai sektor-sektor strategis yang mendatangkan keuntungan fantastis. Akibatnya, kesenjangan sosial semakin dalam: rakyat sengsara, kapital makin kaya.
Ketimpangan ini semakin nyata terlihat. Di tengah kebutuhan ekonomi yang semakin mencekik, rakyat kesulitan mencari pekerjaan, sementara negara tidak menyediakan lapangan kerja. Jika lowongan dibuka, pelamar membludak hingga ribuan orang, padahal yang diterima hanya segelintir.
Program pemerintah membuka sekolah dan jurusan vokasi pun hanya sebatas harapan. Banyak lulusan jurusan vokasi justru tetap menganggur karena sempitnya lapangan kerja. Semua ini berpangkal pada dominasi sistem kapitalisme.
Solusi Islam atas Sulitnya Lapangan Pekerjaan
Islam menjadikan kepemimpinan sebagai amanah dalam mengurusi urusan umat. Seorang Khalifah bertanggung jawab atas semua rakyatnya. Seperti yang disampaikan Rasulullah dalam sabdanya:
“Imam atau khalifah adalah pemelihara urusan rakyat, ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap urusan rakyatnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Seorang pemimpin berperan sebagai raa’in yang menjaga kesejahteraan rakyat, memastikan kehidupan rakyatnya terjamin terutama dalam bidang ekonomi. Negara memberi kemudahan rakyat bekerja, baik melalui bantuan modal maupun pembukaan lapangan kerja seluas-luasnya.
Di dalam Sistem ekonomi Islam menempatkan kekayaan negara untuk kepentingan rakyat. Sumber daya alam dikelola negara dan hasilnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk umat. Negara menjadi kendali dalam pengelolaan sumber daya alam sehingga rakyat mendapat kesempatan luas untuk bekerja.
Negara juga melalui kurikulum pendidikan Islam menyiapkan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya serta dibentuk menjadi pribadi yang tangguh, bertakwa dan trampil.
Dalam sejarah, terbukti Khilafah membuka banyak lapangan pekerjaan melalui industrialisasi, pengembangan pertanian dan peternakan, pengelolaan sumber daya alam yang menjadi milik umum, serta pemberian modal dan bimbingan wirausaha kepada masyarakat.
Dengan kondisi seperti ini, rakyat tidak perlu khawatir kekurangan pekerjaan. Masalah pengangguran yang menghantui akan terpecahkan. Semua itu hanya bisa terwujud jika sistem kapitalisme diganti dengan sistem Islam.
Via
Opini
Posting Komentar