Puisi
Sang Maha Penyembuh
Oleh: Kartika Soetarjo
TanahRibathMedia.Com—Si luka, memeluk diri
Sungging dipaksa tanpa riang
Tertawa, ejek kakinya yang pincang
Tapi ingin lari cepat kalahkan kilat
Tertawa, ejek tangannya yang kaku
tetapi ingin menggapai bintang nun jauh tanpa alat bantu.
Si luka, menangis
Tangisi jam nan serasa lambat berdetak
dan raga terasa sesak
Tangisi nadi yang terus berdenyut
tapi bakti sebagai bukti hidup, selalu luput
Tangisi usia yang sudah lama bengkak
tetapi karya masih merangkak.
Si luka menatap kosong
Menatap larinya yang mengalahkan kilat
tetapi hatinya tetap penat
Menatap tangan kakunya yang meraih bintang
tetapi hatinya tak tenang.
Menatap semua jelmaan di setiap detakan
tetapi hatinya serasa terabaikan
Menatap bakti
bukti hidup yang tak pernah luput dari nadi yang masih berdenyut
tetapi hatinya tak terpaut.
Hampir saja
Hampir saja si luka bersembunyi
Merasa tak pantas untuk berani lari
Merasa tak seimbang untuk meraih bintang
Nyali tak banyak untuk karya yang layak
Diirinya tak hebat, untuk miliki sahabat
Namun, si luka terungging lunak
Ia masih miliki netra
Untuk melirik kuasanya-Nya yang tampak
Kaki yang pincang, menjadi seimbang
Tangan yang kaku, kembali menggebu
Jarum yang lambat, kembali berdetak cepat
Si luka bangkit
Tak sendiri!
Walau pincang, walau kaku, walau lambat, walau tak hebat
Ada Dia yang setia merengkuh
hingga si luka kembali sembuh
Kota Intan, 16 September 2025
Via
Puisi
Posting Komentar