Opini
Penjarahan Haram dan Negara Wajib Lindungi Harta Rakyat
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
TanahRibathMedia.Com—Astaghfirullah, ikutan nyesek lihat kelakuan para penjarah, semakin bar-bar banget ya, sob. Rumah Uya Kuya sampai dikejar-kejar massa, barang diangkut, bahkan katanya sampai nyusul ke apartemen.
Padahal, netizen udah kasih warning berhari-hari, “Awas nanti dijarah”. Dan bener aja kejadian. Pertanyaannya, aparat kemana? Kok kesannya kayak ada pembiaran enggak ada pencegahan. Padahal kejadian penjarahan terjadi berhari-hari. Bahkan dalam semalam ada dua kloter di rumah Nafa Urbach, yaitu pukul 4.50 WIB dan pukul 5.30 WIB. Aneh banget kan?
Jujur, kita ini serba salah kalau lihat situasi kayak gini. Satu sisi, kita geregetan sama para pejabat dan publik figur yang kadang bikin statement atau gaya hidupnya bikin rakyat makin kesel. Tapi sisi lain, ya nggak bisa dong balas kesel dengan penjarahan. Sama aja kayak marah sama tetangga gara-gara berisik, tapi kita malah ngerampas sound horeg dia. Salah kaprah total.
Penjarahan adalah Haram, Bukan Aksi Heroik
Islam tuh jelas banget soal harta. Boleh iri, boleh kesel, tapi haram ngambil yang bukan hak kita. Allah Swt. berfirman,
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil, dan janganlah kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta orang lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (TQS. Al-Baqarah: 188)
Jelas ya, sob. Penjarahan itu masuk kategori “Makan harta dengan cara batil”. Bukan cuma salah, tapi dosa besar.
Rasulullah saw. juga bersabda,
“Harta seorang Muslim tidak halal diambil kecuali dengan kerelaan hatinya.”
(HR. Ahmad)
Nah, jadi meskipun kita bete sama seseorang, mau dia artis, pejabat, konglomerat kek, ngambil barangnya tanpa izin itu tetap haram. Jangan dibungkus dengan alasan “Rakyat marah”. Dosa ya dosa.
Kalau aksi kayak gini dibiarkan, bisa jadi budaya. Rakyat jadi terbiasa mikir, “Kalau kesel, tinggal jarah aja.” Lama-lama negara jadi hutan rimba. Nggak ada lagi jaminan keamanan. Orang punya apa pun bisa habis bukan karena dipakai, tapi karena dijarah.
Masalah lain, pembiaran dari aparat bikin publik makin nggak percaya. Masa iya netizen bisa prediksi lebih akurat daripada polisi? Netizen udah teriak, “Awas dijarah,” tapi aparat adem ayem. Pas udah kejadian, baru heboh. Itu bukan solusi, itu reaktif.
Padahal tugas negara itu bukan cuma bikin peraturan, tapi menjaga keamanan. Kalau ada warning, ya harusnya gerak duluan. Jangan tunggu trending dulu baru turun tangan.
Negara Wajib Lindungi Harta Rakyat
Dalam sistem Islam, keamanan rakyat itu amanah besar. Aparat (dalam Islam disebut syurthah) bukan hanya bertugas nangkep maling setelah kejadian, tapi juga mencegah sebelum kejadian.
Nabi saw. bersabda,
“Seorang imam (pemimpin) adalah pemelihara dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, kalau ada rakyat kehilangan harta karena dibiarkan negara, pemimpinnya yang kelak akan ditanya di hadapan Allah Swt.
Di sisi lain, Islam juga punya sanksi jelas untuk pencurian dan penjarahan. Tujuannya bukan sekadar menghukum, tapi membuat jera. Kalau hukumnya ditegakkan adil, nggak pandang bulu, orang akan mikir seribu kali sebelum nekat.
Jadi sob, gemesnya kita ini ganda. Gemes sama pelaku penjarahan. Udah tahu salah, masih nekat. Gemes sama aparat yang kayak lemot mode on. Udah ada warning, masih aja tidak ada tindakan pencegahan.
Kedua-duanya salah. Kalau ada rakyat marah sama gaya hidup artis atau pejabat, salurkan dengan cara benar, seperti tegur, kritik, bahkan kalau perlu ajak diskusi. Jangan main jarah.
Sementara aparat juga harus ingat, gaji mereka dari pajak rakyat. Kalau rakyat minta dilindungi, ya itu kewajiban, bukan opsi.
Solusi Islam
Kalau kita lihat lebih dalam, kenapa rakyat bisa sampai nekat? Karena ada rasa ketidakadilan yang menumpuk. Kesenjangan makin lebar, sementara gaya hidup orang-orang kaya makin dipamerin. Tapi tetap saja, penjarahan bukan solusi. Islam kasih jalan yang jauh lebih elegan, seperti:
Pertama, negara hadir menjaga keamanan. Aparat Islam nggak nunggu viral, tapi sigap dari awal.
Kedua, hukum ditegakkan adil. Penjarahan kena sanksi, tapi pejabat atau artis yang zalim juga bisa dihukum kalau merugikan rakyat.
Ketiga, keadilan ekonomi dijamin. Negara Islam nggak biarin rakyat lapar, sementara segelintir orang pesta. Baitul mal mengatur agar kekayaan umat adil, bukan numpuk di segelintir orang.
Dengan sistem kayak gini, rakyat nggak perlu marah sampai bar-bar. Karena mereka yakin, negara adil, aparat amanah, dan hukum ditegakkan.
Oleh karena itu, kita ini boleh gemes, boleh marah, tapi jangan sampai kebawa arus penjarahan. Itu dosa, haram, dan nambah masalah. Marah sama sistem boleh, kritik pejabat boleh, tapi jangan merusak hak orang lain.
Islam kasih solusi jelas, yaitu cegah sebelum rusuh, tegakkan hukum adil, dan hadirkan negara yang jadi pelindung, bukan penonton.
Karena kalau sistemnya Islam, nggak akan ada lagi drama “Rumah dijarah, aparat entah kemana”. Yang ada adalah rakyat tenang, harta aman, keadilan jalan. Jadi, penjarahan itu salah, pembiaran itu zalim, dan solusi sejati hanya ada dalam Islam.
Via
Opini
Posting Komentar