Opini
Pembunuhan Jurnalis: Upaya Membungkam Genosida Palestina
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
TanahRibathMedia.Com—Kalau kamu pikir jadi jurnalis itu cuma duduk manis ngetik berita sambil ngopi di sudut cozy newsroom, tunggu dulu. Di Gaza, jadi jurnalis itu sama artinya dengan bertaruh nyawa. Bukan karena mereka lagi liput konser rock ekstrem. Tapi karena mereka berani mengungkap kebenaran di tengah kobaran genosida. Dan untuk Zion*s Israel, kebenaran adalah musuh utama yang harus dihabisi.
Sudah lima jurnalis Al Jazeera dibunuh. Lima, bukan karena salah kostum di medan perang, tapi karena kamera mereka terlalu jujur menangkap kenyataan. Mereka memberitakan apa yang Israel ingin dunia lupakan bahwa ada jutaan manusia di Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak, yang setiap harinya dihantui bom, kelaparan, dan kematian.
Yang lebih parah, ini bukan cuma serangan acak. Ini strategi. Serangan sistematis buat membungkam suara-suara yang masih tersisa untuk Palestina. Jadi, jangan heran kalau Sekjen PBB pun ikut angkat suara. Bukan hanya dia, banyak lembaga, aliansi, media, bahkan warga sipil Israel sendiri yang turun ke jalan minta perang dihentikan. Artinya, dunia tahu ada yang salah. Tapi sayangnya, tahu aja nggak cukup.
Di saat dunia teriak #FreePalestine, Netanyahu malah datang bawa ide gila, yaitu relokasi warga Gaza. Lah, rakyat yang dari dulu hidup di tanahnya sendiri malah disuruh minggir? Ini udah bukan kekejaman biasa, ini udah masuk kategori genosida terang-terangan.
Sayangnya, suara dunia cuma berhenti di level "Mengutuk". Kutukan itu nggak cukup buat nutup luka yang setiap hari berdarah di Gaza. Apalagi kalau cuma ditulis pakai font kecil di bagian bawah media massa.
Sementara itu, para penguasa negeri Muslim? Masih sibuk diplomasi, gelar pertemuan, tapi nyawa rakyat Palestina terus berguguran. Pasukan? Jangan harap dikirim. Karena pemimpin mereka lebih takut kehilangan tahta daripada kehilangan saudara seiman.
Disandera oleh nasionalisme, dibutakan oleh cinta dunia, dan ditidurkan oleh “Proses damai”. Padahal umat udah bangun. Kita tahu, ini bukan cuma soal konflik wilayah. Ini soal penjajahan terang-terangan atas tanah penuh berkah. Ini tentang Masjidil Aqsha. Tentang kehormatan umat Islam yang diinjak-injak di depan mata.
Dan warga Gaza? Mereka mungkin kelaparan. Anak-anak mereka mungkin bersembunyi di balik reruntuhan. Tapi mereka nggak pernah menyerah. Kenapa? Karena mereka paham satu hal bahwa perjuangan mereka bukan buat viral, tapi buat ridha Allah.
Jurnalis dibunuh, tapi semangat rakyat Gaza nggak pernah padam. Karena mereka tahu, tanah suci itu bukan cuma tempat tinggal, tapi itu amanah dari Allah. Mereka akan istiqamah menjaga amanah itu, meski tanpa senjata canggih dan apa yang mereka pertahankan lebih mulia daripada jutaan pemimpin yang cuma bisa beretorika.
Maka tugas kita bukan cuma bersedih. Tapi bangkit. Bukan sekadar ngumpulin donasi, tapi menggerakkan umat. Bukan cuma posting, tapi berjuang bersama jamaah dakwah yang serius ingin tegaknya Khilafah Islamiah. Karena cuma khilafah yang punya kekuatan, keberanian, dan kewajiban untuk mengirimkan pasukan, bukan surat kecaman.
Dan ya, pembebasan Gaza itu bukan ilusi. Tapi perlu dua hal yang sekarang dilupakan, khilafah dan jihad fi sabilillah. Bukan teror, tapi perjuangan suci yang dilandasi syariat. Dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 75, Allah Swt. berfirman,
“Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah di antara laki-laki, wanita-wanita dan anak-anak…?” (TQS An-Nisa: 75)
Mereka menjerit. Dunia melihat. Tapi hanya umat Islam yang punya potensi untuk membebaskan mereka. Tapi itu cuma bisa terjadi kalau kita sadar bahwa perjuangan ini butuh sistem. Butuh kekuatan. Dan khilafah adalah jawabannya.
Maka, stop berharap pada konferensi. Jangan tunggu belas kasih penjajah. Yuk, bareng-bareng bangun kesadaran umat. Biar suara perjuangan nggak cuma terdengar, tapi juga bergerak. Karena selama umat ini masih hidup, kebenaran nggak akan pernah bisa dibungkam.
Kalau kamu masih bisa nulis status, berarti kamu masih bisa bantu perjuangan ini. Jangan biarkan suara Gaza padam bersama hilangnya jurnalis mereka. Sebar, suarakan, dan lawan pembungkaman ini.
Via
Opini
Posting Komentar