Opini
Empat Nyawa dalam Sebulan: Alarm Serius Bunuh Diri di Batam
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Batam, kota industri yang selama ini dikenal dengan geliat ekonomi dan pariwisatanya, kini menghadapi kenyataan pahit. Hanya dalam waktu sebulan, empat warga ditemukan tewas bunuh diri di berbagai lokasi berbeda. Bukan hanya di Jembatan Barelang yang selama ini lekat dengan stigma “tempat mengakhiri hidup,” tetapi juga di sudut-sudut kota, dari rumah kontrakan hingga konter ponsel kecil. Fenomena ini menjadi alarm serius: ada yang salah dengan kondisi mental dan sosial masyarakat Batam.
Kasus Terkini yang Mengguncang
Salah satu peristiwa yang paling menyayat terjadi pada 20 Juli 2025. Seorang pria berinisial MiA (30 tahun) ditemukan meninggal dunia dalam konter ponsel miliknya di Bengkong. Dari hasil penyelidikan, ia diketahui menanggung beban ekonomi yang berat, termasuk tunggakan sewa selama tiga bulan, ditambah masalah rumah tangga yang menumpuk. Tekanan itu akhirnya membawanya pada jalan buntu (Batampos.com, 24-7-2025).
Kasus ini menambah panjang daftar tragedi bunuh diri sebelumnya di Batam. Empat nyawa melayang dalam sebulan terakhir, meninggalkan keluarga dan masyarakat dalam duka sekaligus kebingungan. Mengapa angka bunuh diri terus bertambah di kota yang gemerlap ini?
Psikolog Irfan Aulia menegaskan bahwa fenomena ini menunjukkan adanya persoalan kesehatan mental serius. Menurutnya, masyarakat Batam perlu mendapat edukasi tentang pentingnya ketahanan diri, agar mampu menghadapi tekanan hidup. Ia juga mengingatkan bahwa media sosial bisa memperburuk keadaan. Dalam beberapa kasus, korban menjadikan bunuh diri sebagai bentuk pencarian pengakuan—sebuah isyarat bahwa masalah psikologis tidak ditangani sejak dini (Batampos.com, 24-5-2025).
Empat nyawa dalam sebulan bukanlah angka kecil. Di baliknya ada keluarga yang hancur, anak-anak yang kehilangan orang tua, dan masyarakat yang terluka. Fenomena ini adalah peringatan bahwa bunuh diri bukan masalah personal semata, tetapi masalah kolektif. Tekanan ekonomi, lemahnya ketahanan mental, stigma kesehatan jiwa, dan isolasi sosial seringkali menjadi penyebab yang disampaikan oleh para ahli.
Namun, bila ditelaah lebih dalam, ada akar pokok penyebab maraknya kasus bunuh diri, yakni sistem sekuler-kapitalisme yang menguasai kehidupan. Sistem ini merusak cara pandang masyarakat, mengikis ikatan sosial, dan menjerat mereka dalam berbagai himpitan masalah.
Sekularisme membuat masyarakat jauh dari agama, kehilangan arah, dan tidak lagi memahami tujuan hidupnya. Akibatnya, banyak yang mudah putus asa hingga memilih jalan pintas dengan mengakhiri hidup. Di sisi lain, kapitalisme memperparah keadaan. Sistem ini melahirkan tekanan ekonomi yang berat, kesenjangan sosial, dan gaya hidup konsumtif yang mencekik. Tak sedikit orang yang akhirnya stres, frustrasi, depresi, hingga bunuh diri.
Himbauan untuk tidak bunuh diri, penyuluhan, pelayanan, dan pendampingan psikologi memang baik, tetapi tidak cukup untuk menghentikan tingginya angka bunuh diri. Perlu adanya perubahan sistem di masyarakat dan negara. Selama sekuler-kapitalisme masih diterapkan, maka solusi apapun hanya bersifat tambal sulam dan tidak menyentuh akar masalah. Maka, yang dibutuhkan adalah solusi hakiki, yaitu perubahan sistem: dari sekuler-kapitalisme menuju sistem Islam.
Islam menetapkan bahwa hidup manusia memiliki tujuan mulia: beribadah kepada Allah. Seorang muslim ditanamkan keyakinan bahwa hidup dan mati hanyalah untuk Allah, sehingga ujian hidup tidak membuatnya kehilangan arah. Akidah yang kuat menjadi benteng utama agar manusia tidak mudah putus asa.
Selain itu, Islam memiliki seperangkat sistem yang konkret:
1. Sistem Pendidikan
Pendidikan Islam membentuk kepribadian islami sejak dini, menanamkan pemahaman tentang makna hidup, kesabaran, dan keimanan pada qadha-qadar Allah. Ini membangun ketahanan mental yang kuat pada setiap individu.
2. Sistem Ekonomi
Berbeda dengan kapitalisme yang menjerumuskan rakyat pada kesenjangan dan utang, Islam mengatur kepemilikan, distribusi, dan pengelolaan harta sehingga kebutuhan pokok rakyat—sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan—terjamin. Dengan itu, stres karena himpitan ekonomi bisa dicegah.
3. Sistem Sosial
Islam menumbuhkan kepedulian masyarakat (ta’awun) dan melarang budaya individualisme. Setiap muslim diperintahkan saling menasihati, menolong, dan memperhatikan saudaranya. Hal ini membuat individu yang lemah tidak dibiarkan sendirian menghadapi masalahnya.
4. Sistem Pemerintahan (Khilafah)
Negara dalam Islam hadir sebagai pelindung rakyat. Khilafah bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan masyarakat, menyediakan lapangan kerja, menjamin layanan kesehatan mental dan fisik, serta menjaga keamanan sosial. Dengan adanya negara yang amanah, rakyat tidak terjerumus dalam putus asa dan keputusasaan kolektif.
Dengan semua itu, Islam tidak hanya hadir dengan nasihat moral, tetapi juga menawarkan sistem nyata yang mampu mencegah kondisi yang mendorong seseorang pada bunuh diri. Inilah solusi hakiki untuk menghentikan fenomena tragis tersebut. Melihat perbedaan mencolok antara sistem sekuler-kapitalisme yang rusak dengan sistem Islam yang sempurna, sudah saatnya kaum muslimin menyadari bahwa hanya Islamlah satu-satunya solusi hakiki untuk memperbaiki keadaan masyarakat yang kian terpuruk hari ini. Maka, memperjuangkan tegaknya sistem Islam adalah sebuah keniscayaan agar kita dapat menyongsong masa depan penuh keberkahan, bukan masa depan yang penuh kecemasan seperti saat ini.
Via
Opini
Posting Komentar