Opini
Kapitalisme, Krisis Global, dan Masa Depan Anak Muda
Oleh: Pudji Arijanti
(Pegiat Literasi untuk Peradaban)
TanahRibathMedia.Com—Dunia mendapati krisis di sektor ketenagakerjaan. Bahkan negara besar seperti Inggris, Prancis, AS, dan Cina, pengangguran juga meningkat. Malahan muncul fenomena busywork, yaitu kegiatan seolah bekerja padahal tidak ada tujuan dan juga tidak ada gaji.
Sedangkan di Indonesia anak-anak muda mendominasi angka pengangguran walaupun secara nasional angka pengangguran turun. Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, memberikan data bahwa jumlah dari 7,28 juta orang adalah pengangguran usia muda berusia 15–24 tahun yaitu sekitar 3,55 juta orang atau lebih dari 48% total penganggur nasional (Tempo, 19-7-2025).
Peningkatan jumlah pengangguran serta sulitnya pertumbuhan ekonomi menunjukkan betapa lemahnya pemulihan ekonomi global di bawah bayang-bayang ekonomi kapitalisme. Artinya, ekonomi kapitalisme gagal menyediakan lapangan kerja, serta gagal mewujudkan kesejahteraan. Hal ini terakumulasi adanya tekanan inflasi serta lemahnya sistem ekonomi kapitalisme itu sendiri.
Pernyataan tersebut merujuk pada studi Data Center of Economic and Law Studies (Celios) menemukan bahwa kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia. Hal ini menunjukkan kekayaan terkonsentrasi pada orang kaya saja, sebab peningkatan kekayaan orang kaya jauh lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan upah pekerja biasa. Dengan kata lain orang-orang kaya menguasai sektor ekonomi dari sumber daya alam (sda). Kondisi ini menjadi penyumbang ketimpangan tersebut, terutama karena keuntungan dari sektor-sektor utama tidak terdistribusi secara merata kepada masyarakat luas
Sedangkan negara lepas tangan dari tugasnya menyediakan lapangan kerja bagi rakyat. Hal ini mengindikasikan adanya kegagalan dalam menciptakan peluang kerja yang cukup, yang mungkin diperparah oleh konsentrasi kekayaan yang tidak adil dan dominasi industri pertambangan, perkebunan, perikanan, kehutanan.
Sedangkan upaya pemerintah dengan mengadakan jobfair hanya formalitas sehingga bukan menjadi solusi. Sebab jobfair hanya sebatas mekanisme pasar dan tidak ada jaminan pekerja langsung mendapat pekerjaan apalagi saat ini industri sedang mengalami gelombang PHK. Sedangkan sekolah kejuruan dan jurusan vokasi yang diharapakan membuka peluang kerja tidak memberikan kesempatan pada lulusannya untuk mendapatkan pekerjaan dengan kata lain jurusan vokasi pun tidak menjamin lapangan pekerjaan terbuka lebar.
Dengan demikian selama sistem kapitalisme masih mendominasi dunia, termasuk negeri ini, pengangguran senantiasa menjadi masalah utama. Bahkan demi menekan biaya tenaga kerja dengan mengutamakan efisiensi, maka perusahaan menggunakan teknologi menggantikan tenaga manusia. Maka memunculkan pekerjaan informal tanpa jaminan. Sebagian besar masyarakat kelas bawah sangat bergantung pada pekerjaan informal, contoh: buruh lepas, PRT dan sebagainya. Padahal pekerjaan informal rentan tehadap perlindungan sosial, tanpa ada perlindungan hukum, pendapatan tidak stabil, dan mudah terkena PHK.
Dalam situasi seperti ini harusnya tugas negara menyediakan dukungan pekerjaan yang layak dan perlindungan terhadap rakyatnya jangan dicukupkan sebagai pihak regulator saja.
Sistem Islam menjadikan seorang penguasa berperan sebagai raa'in yaitu mengurusi rakyatnya. Negara memfasilitasi rakyat agar kebutuhan dasarnya terpenuhi dan memiliki pekerjaan, yaitu dengan pendidikan yang memadahi, memberikan bantuan modal bebas riba, menggalakkan industrialisasi dengan pengelolaan SDA agar tercipta lapangan kerja. Negara juga memberikan serta pengelolaan tanah agar dimanfaatkan rakyat dan lain-lain.
Rasul saw. bersabda:
“Seorang Imam (Khalifah), adalah raa'in (pengurus rakyat), dan Ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Raa'in di sini adalah negara hadir secara nyata dalam menjamin rakyatnya untuk mendapatkan akses terhadap lapangan kerja seluas-luasnya. Lebih lanjut penerapan sistem ekonomi Islam menjadikan kekayaan dunia terdistribusi secara adil dan merata tidak terkonsentrasi pada segelintir pihak tertentu.
Allah Swt. berfirman:
"Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu" (TQS Al-Hasyr : 7)
Melalui sistem pendidikan Islam, negara menyiapkan SDM berkualitas. Melalui kurilulum yang diterapkan negara, tidak hanya siap kerja, tetapi keterampilan dan pengetahuan praktis yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Bahkan memiliki ketrampilan profesional dalam bidang tertentu.
Dengan demikian negeri ini akan menjadi negeri yang unggul SDMnya. Tidak hanya
mencetak generasi unggul tetapi juga mencetak individu amanah, dan mampu berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa.
Oleh sebab itu kita butuh sistem yang mampu menjembatani kebutuhan-kebutuhan tersebut, yakni sistem Khilafah. Seperti pada masa keemasan sistem pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, rakyat hidup makmur sampai dikatakan bahwa hampir tidak ada lagi orang miskin yang berhak menerima zakat.
Sesungguhnya Sistem Khilafah mampu menyejahtarakan seluruh rakyat, muslim atau nonmuslim. Kebijakan ekonominya mampu menghapus kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan kepada seluruh warga negara. Untuk itu, sudah saatnya kita beralih dari sistem kapitalis yang buruk ini kemudian menggantinya dengan sistem milik Allah yakni Khilafah Uslamiyah. Marilah kita perjuangkan bersama-sama agar keadilan dan kesejahteraan segera terwujud.
Wallahu'alam nissawab.
Via
Opini
Posting Komentar