Opini
Hilang Rasa, Kapitalis Menghilangkan Fitrah Manusia
Oleh: Zahra Tenia
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Peristiwa pembunuhan kembali terjadi. Kali ini menimpa seorang gadis muda berusia 25 tahun, berinisial T asal Lamongan dan pelaku berinisial A warga Labuhanbatu Sumatera Utara. Pembunuhan ini tergolong sangat sadis dan tidak biasa, karena disertai mutilasi (www.news.detik.com, 8-9-2025).
Pelaku dan korban merupakan pasangan kekasih yang sudah hidup bersama sekitar 5 tahun dalam sebuah rumah kos di Surabaya. Ada hal yang sangat mengusik jiwa, mengapa orang yang pernah menyayangi bisa berlaku begitu sangat bengis layaknya binatang buas? Tidak ada rasa kasihan, sedih terlebih penyesalan yang mendalam. Mati rasa?
Sekularisme, Menggerus Rasa Kemanusiaan
Deretan aksi pembunuhan dengan mutilasi menambah daftar hitam rusaknya masyarakat hari ini. Inilah dampak penerapan sistem kapitalis yang melahirkan kebebasan dalam berperilaku dan berbuat. Semua keinginan harus dipenuhi tanpa ada pertimbangan norma agama. Demi memuaskan nafsu segala cara ditempuh. Hal ini selaras dengan adanya trend hidup dan tinggal bersama yang mulai digemari dan dijadikan solusi bagi kalangan pemuda-pemudi yang menginginkan kebersamaan tanpa sebuah ikatan pernikahan formal dan meraih efisiensi biaya hidup.
Seorang psikolog, Virgina Hannya, memaparkan bahwa keputusan kohabitasi/ tinggal bersama didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu kemauan dari kedua belah pasangan tanpa paksaan, menetapkan lokasi tinggal, dan menetapkan tujuan tinggal (www.validnews.com, 13-9-2025).
Dengan pertimbangan tiga hal tersebut, kedua belah pihak diharapkan tidak akan merasa terbebani yang akan memicu timbulnya konflik ataupun stres.
Namun sayangnya, yang terjadi tidaklah demikian, ketika akal manusia dijadikan sandaran aturan, timbulah aneka masalah yang berujung pada kerusakan. Buah kebebasan berperilaku menyebabkan tekanan hidup semakin meningkat, adanya berbagai keinginan dan tuntutan tanpa batas menciptakan ketegangan dan kecemasan. Manusia sebagai makhluk yang lemah pada akhirnya tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan konflik sehingga berujung pada cara kotor dan keji, melebihi binatang. Aksi pembunuhan menjadi salah satu solusi untuk menghindari konflik dengan orang yang sama secara terus menerus. Melalui cara ini kepuasan dan kebahagiaan bisa didapatkan oleh pelaku.
Islam Menjaga Fitrah Manusia
Menjadi hal yang wajar ketika manusia ingin melampiaskan keinginannya untuk berkasih sayang dan hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Namun, tidak sekadar mengakui naluri untuk melestarikan jenis, Islam juga memberikan tuntunan bagaimana memenuhi kebutuhan ini secara benar. Islam mensyariatkan kepada manusia untuk memenuhi hasrat seksual melalui ikatan yang sah yakni pernikahan, bukan pacaran, perzinahan ataupun kohabitasi/tinggal bersama/kumpul kebo.
Sebagaimana firman Allah dalam Qur'an surat An Nur 32 yang bunyinya:
وَأَنكِحُواْ ٱلۡأَيَٰمَىٰ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنۡ عِبَادِكُمۡ وَإِمَآئِكُمۡۚ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahaya yang lelaki dan hamba-hamba sahaya yang perempuan...”
Dan juga dalam surat Ar Rum ayat 21 yang menyebut tujuan pernikahan adalah agar terwujud ketentraman dan kasih sayang.
Namun apa yang terjadi ketika syariat itu dilanggar?
Justru berbagai kerusakan bermunculan. Hidup bersama antara laki-laki dan perempuan tanpa ikatan pernikahan adalah perbuatan maksiat yang dilarang Allah Swt. Pelakunya akan disiksa dan diazab oleh Allah Swt. baik di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman dalam surat Al Isra ayat 32 yang bunyinya:
وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا
Artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
Perzinahan bukan hanya merupakan dosa besar, namun memiliki dampak negatif yang sangat dahsyat di tengah masyarakat, antara lain: merusak garis keturunan, menghancurkan rumah tangga, menodai kehormatan diri dan keluarga, merusak tatanan masyarakat,meningkatkan penyakit dan juga depresi yang berujung pada membunuh, dibunuh atau bunuh diri .
Kembali pada Islam Kaffah
Islam merupakan jalan hidup yang mengarahkan setiap pemeluk kepada keselamatan dunia akhirat. Islam tidak hanya hadir sebagai sebuah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, melainkan mengatur dalam seluruh aspek kehidupan.
Di dalam sistem pergaulan Islam, Allah Swt. memberikan pengaturan yang jelas antara lelaki dan perempuan, antara peran dan kewajiban masing-masing.
Namun, semua pengaturan itu tidak akan bisa diwujudkan jika Islam hanya diambil sebatas agama ritual namun dicampakkan dalam pengaturan kehidupan yang lain.
Dibutuhkan sebuah institusi politik yang akan dapat menampung semua syariah Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, umat Islam harus berusaha kembali hidup dalam institusi formal negara yang menerapkan Islam kaffah dengan terus menyuarakan dan memperjuangkannya. Ini adalah jawaban atas panggilan Allah dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 208 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا ادۡخُلُوۡا فِى السِّلۡمِ کَآفَّةً ۖ وَلَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّيۡطٰنِؕ اِنَّهٗ لَـکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
Khatimah
Islam datang sebagai jawaban atas permasalahan manusia yang harus diambil dan diterapkan sepenuhnya dalam negara untuk mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kasih sayang di seluruh bidang kehidupan.
Wa Allahu ‘alam.
Via
Opini
Posting Komentar