Opini
Filisida Maternal: Cermin Sistem Kehidupan yang Sakit
Oleh: Junari
(Aktivis Muslimah Dompu)
TanahRibathMedia.Com—Rentetan peristiwa pilu yang melibatkan kekerasan pada ibu dan anak kembali menyeruak ke ruang publik, meninggalkan luka mendalam. Pada Agustus 2025, kabar mengejutkan datang dari Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dua anak perempuan kakak beradik, masing-masing berusia enam tahun dan tiga tahun, ditemukan meninggal dunia di Pantai Sigandu. Belakangan diketahui, kedua bocah itu adalah korban perbuatan ibunya sendiri (antaranews.com, 04-08-2025).
Demikian juga publik digegerkan oleh kasus tragis dari Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seorang ibu ditemukan bunuh diri setelah diduga meracuni kedua anaknya yang berusia 9 tahun dan 11 bulan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan bahwa kasus ini merupakan terkategori filisida maternal (antaranews.com, 08-09-2025).
Sebelum melakukan aksinya, ibu muda tersebut menulis surat wasiat berisi ungkapan penderitaan dan kekesalan terhadap suami, lantaran tekanan ekonomi dan utang keluarga.
“Dari perspektif psikologi forensik, evaluasi penyebab kematian melalui autopsi psikologi menjadi penting. Kasus semacam ini tidak boleh hanya dipandang dari sisi hukum, melainkan juga sebagai kegagalan sistemik dalam penanganan kesehatan mental,” kata Kasandra saat dihubungi, selaku Psikolog Klinis Forensik (Metrotvnews.com, 09-09-2025).
Publik pun terkejut, bagaimana mungkin seorang ibu yang seharusnya menjadi pelindung justru berubah menjadi pelaku yang mengakhiri hidup darah dagingnya sendiri? Namun fakta menunjukkan kasus kekerasan yang terjadi timbul dari motif ekonomi yang menghimpit.
Kapitalisme Sekuler Mengabaikan Perlindungan
Dari sekian kasus mengiris hati, terlihat beban para ibu kian berat, namun tidak ada perlindungan, yang ada justru menambah tekanan. Ibu dituntut untuk kuat secara ekonomi, mengurus keluarga, mendidik anak, bahkan sering menghadapi persoalan rumah tangga sendirian. Tidak heran jika banyak ibu yang akhirnya merasa lelah, rapuh, bahkan kehilangan arah.
Rangkaian peristiwa tragis yang menimbah ibu dan anak ini tak ubah terjadi karena abainya perlindungan, hilangnya jaminan kesejahteraan ulah dari penerapan sistem sekularisme. Sistem yang menghilangkan peran ibu dan menjauhkan dari fitrahnya identik dengan kelembutan dan kasih sayang terhadap anak-anaknya. Sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan Melahirkan kondisi ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan, stres kronis, bahkan gangguan mental berat. Kondisi yang menjebak dalam keputusasaan, hingga mengambil jalan pintas dengan pikiran keliru.
Penyebab filisida maternal, tidak bisa dilihat hanya dari aspek individu ibu yang dianggap hilang naluri keibuannya. Tidak pula hanya persoalan keluarga. Ada banyak faktor yang melatarbelakanginya yang kompleks dan berjalan berkelindan sebagai suatu problematika sistemis. Seorang ibu dengan berbagai tuntutan pemenuhan, mengambil alih semua pengurusan keluarga. Mengurus rumah tangga, mencari nafkah, dan di tuntut untuk memenuhi kebutuhannya ditengah naiknya kebutuhan pokok.
Sistem sekuler telah gagal melindungi rakyatnya, sebab sistem sakit, dipastikan akan sakit pula siapa pun yang hidup di dalamnya. Sistem yang lahir hasil dari pendapat pemikiran manusia yang memiliki keterbatasan dalam menjangkau peraturan. Hal ini membuat individu merasa mampu mengatur kehidupannya lewat kesepakatan peraturan untuk ditaati bersama. Namun nyatanya sistem sekularisme adalah sistem rusak yang tidak bisa di jadikan rujukan dalam kehidupan
Islam Menjamin Perlindungan atas Keluarga
Islam adalah sebuah agama yang sempurna mengatur dan melindungi umat, Islam memuliakan seorang ibu serta mengembalikan perannya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, mendidik dan membimbing. Didukung oleh lingkungan sosial yang takwa dan individu-individu yang satu pemikiran yang dipahamkan oleh pemahaman Islam.
Dalam sistem Islam, seorang ibu bahagia menjalankan fungsi keibuannya. Ia tidak dituntut mencari nafkah, bahkan dijamin nafkahnya melalui jalur suami dan para wali. Selama hamil dan menyusui juga boleh tidak berpuasa sebagai perlindungan atas kesehatannya dan bayinya. Perempuan juga dimuliakan dalam kapasitasnya sebagai seorang ibu.
Hal ini karena adanya negara Islam dalam bingkai khilafah yang menerapkan syariat. Penguasa wajib untuk memastikan para ayah dan suami bisa bekerja mencari nafkah. Menyediakan lapangan kerja, pendidikan dan kesehatan akan gratis sehingga beban kehidupan ibu akan menjadi ringan. Naluri keibuannya bisa berkembang sempurna dan ia jalankan juga secara sempurna.
Sehingga dalam penerapan syariat tidak ada lagi ditemukan kasus gantung diri dan pembunuhan lantaran kewalahan mengatasi ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, pembuangan bayi, dan sejenisnya. Untuk menjadi ibu yang sempurna di membutuhkan adanya sistem kehidupan yang mendukung peran ibu, Sistem yang seperti ini hanya ada di dalam Islam.
Walhasil, kita harus sadar atas kesempurnaan Islam mengatur kehidupan. Sudah saatnya umat kembali pada sistem Islam yang menjadikan syariat sebagai pandangan hidup untuk ditetapkan, agar umat kembali pada fitrahnya dan merasakan perlindungan.
Wallahualam.
Via
Opini
Posting Komentar