SP
Antara Peluru dan Retorika: Saat Dunia Bungkam, Zionis Menari di atas Luka Rakyat Palestina
TanahRibathMedia.Com—Teruntuk luka dan pedih yang dialami rakyat Palestina yang tak kunjung usai, dunia hanya mempersembahkan empati retorika. Jargon kemanusiaan terus menderu di seluruh penjuru, tetapi bom dan peluru Zionis terus datang memburu.
Tak ada satu pun penguasa negeri Muslim yang berani memerintahkan militernya mengusir Zionis yang menari di atas luka rakyat Palestina. Padahal, mereka menanti selangkah bantuan dari negeri-negeri Muslim yang mereka anggap saudara.
Penderitaan Rakyat Palestina Tak Kunjung Usai
Bagi Zionis Israel, aturan internasional yang melarang penyerangan terhadap paramedis dan jurnalis tidak lagi dipedulikan. Mereka menargetkan jurnalis lokal maupun internasional, juga paramedis di rumah sakit.
Langit Gaza kembali memerah saat serangan udara Israel ke Rumah Sakit Nasser pada Senin (25-8-2025) merenggut sedikitnya 15 nyawa, termasuk empat jurnalis yang tengah bertugas. Salah satunya adalah Hussam al-Masri, sosok di balik kamera Reuters, yang gugur saat serangan pertama menghantam (beritasatu.com, 25 Agustus 2025).
Para jurnalis internasional yang berupaya melanjutkan suara rakyat Palestina pun menjadi sasaran. Serangan berulang Israel di Khan Younis, Gaza Selatan, kembali menewaskan 20 orang. Lima di antaranya wartawan dari kantor berita internasional seperti AP, Reuters, Al Jazeera, dan Middle East Eye, sebagaimana disampaikan WHO (bbc.com, 26 Agustus 2025).
Dunia Bungkam, Retorika Tak Menjadi Solusi
Dunia internasional tahu betapa sadisnya Zionis Israel, tetapi para pemimpin dunia tak mampu mengerahkan militer untuk membantu rakyat Palestina. Bahkan, ada penguasa negeri muslim yang justru menutup pintu bantuan, ikut memperberat penderitaan.
Jumlah umat Islam di dunia mendekati dua miliar jiwa, tetapi kekuatan besar itu belum mampu memberi pertolongan berarti bagi rakyat Palestina. Penyebab utamanya adalah ketiadaan kesatuan komando. Akibatnya, umat yang tersebar di berbagai negeri tak bisa mendorong pemimpinnya mengirimkan pasukan untuk menyingkirkan Israel.
Padahal, Zionis mendapat dukungan penuh dari negara adidaya seperti AS. Maka, butuh kekuatan yang sepadan yaitu kekuatan seluruh umat Islam yang dipersatukan oleh satu kepemimpinan global, yakni khalifah dalam institusi Khilafah.
Jihad dan Khilafah: Solusi Hakiki
Tanah suci Palestina adalah tanah milik umat Islam sejak penaklukan Umar bin Khattab. Kini, Zionis Israel merampas tanah itu sedikit demi sedikit hingga hampir habis. Upaya mengembalikan tanah suci hanya bisa dilakukan dengan jihad, sebagaimana firman Allah,
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (TQS. Al-Baqarah: 190)
Puluhan tahun penderitaan membuktikan, tanpa jihad dan persatuan umat, Zionis akan terus menguasai Palestina dengan dukungan kekuatan global. Oleh karena itu, kesadaran umat harus dibangun bahwa Palestina adalah tanggung jawab seluruh kaum muslimin, bukan sekadar isu kemanusiaan.
Maka, urgensi persatuan umat Islam di bawah naungan Khilafah tidak bisa ditunda lagi. Hanya dengan Khilafah, jihad dapat dikomandoi secara sah dan mengusir Zionis Israel dari Palestina selamanya.
Wallahualam bissawab.
Leihana
(Ibu Pemerhati Umat)
Via
SP
Posting Komentar