Opini
Kasus Raya, Potret Buram di Negeri Penuh Janji
Oleh: Rahmayanti
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Di tengah gembar-gembornya kemajuan pembangunan dan jargon kesejahteraan rakyat, yang dilantunkan oleh para pemegang kekuasaan, realitas rakyat kecil berkisah sebaliknya. Masih ada anak di sebuah daerah yang menderita lantaran kurangnya sarana dan fasiliats kesehatan.
Negeri ini bangga dengan gedung-gedung tinggi dan angka pertumbuhan ekonomi, namun gagal melihat anak-anak yang masih berjuang sekedar untuk mendapatkan makanan yang layak. Anggaran triliunan rupiah digelontorkan untuk pembangunan infrastruktur dan tunjangan pejabat, tapi untuk kesehatan yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat, negeri ini kerap absen hadir.
Peristiwa menyedihkan datang dari Kota Sukabumi, Jawa Barat. Seorang balita bernama Raya (4), dinyatakan meninggal dunia setelah menderita infeksi cacing gelang. Kisahnya menjadi pengingat jika cacingan bukan sekedar penyakit ringan, melainkan ancaman serius bagi kesehatan anak.
Kondisi Raya sempat mengejutkan tim medis karena cacing terlihat keluar dari hidung, mulut dan rongga yang ada dibagian tubuhnya. Hasil pemeriksaan, diketahui ia mengalami askariasis, infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, salah satu jenis cacing yang umum menyerang anak-anak. Infeksi cacing tidak hanya menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan, tetapi juga berdampak besar pada tumbuh kembang pada anak. Cacing ini juga dapat mengganggu penyerapan gizi, menghambat pertumbuhan dan menurunkan daya tahan tubuh. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup seorang balita.
Melihat kondisi tempat tinggal dari orang tuanya yang jauh dari kata layak, padahal memiliki keluarga, namun kurang diperhatikan dengan baik. Raya memiliki seorang ibu yang mengalami gangguan jiwa serta ayahnya yang sering sakit-sakitan, jelas kondiri seperti ini kurang mendukung mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Yang lebih menyakitkan sebenarnya kepala desanya masih ada hubungan kekerabatan dengan orang tua Raya, tetapi sungguh disayangkan tidak adanya perhatian untuk bisa mendapatkan surat-surat pelayanan administrasi seperti Kartu Keluarga, KTP dan BPJS agar dapat pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit . Respon para pejabat setempat mulai muncul tatkala kasus Raya ini sudah mulai viral mencuat ke publik, akan tetapi sudah terlambat karena Raya sudah dalam keadaan kritis dan tak lama meninggal dunia.
Munculnya kasus Raya ini bisa menjadi bukti akan buruknya pelayanan kesehatan di negari ini yang tidak mampu memberikan jaminan kesehatan bagi rakyatnya termasuk anak-anak. Buruknya mekanisme dan birokrasi layanan kesehatan yang masih sebatas formalitas, alurnya sangat rumit dan sangat menyulitkan masyarakat, membuat layanan kesehatan ini tidak semua masyarakat bisa mengaksesnya. Kejadian ini juga menandakan abainya negara dalam memberikan perlindungan bagi rakyat miskin. Mereka dibiarkan hidup dengan kondisi susah dan lingkungan tidak sehat jauh dari kesan sanitasi yang layak.
Fenomena ini tidak lain karena dampak dari penerapan sistem kapitalisme yang menghasilkan buruknya pelayanan kesehatan. Siapa yang memiliki kekayaan maka akan mendapatkan akses kesehatan yang maksimal, sedangkan bagi rakyat miskin dan tidak mampu akan tetap dibiarkan sengsara tanpa ada peduli dengan nasib mereka. Kasus Raya ini adalah simbol gagalnya negara hadir dalam fungsi dasarnya yaitu melindungi rakyatnya.
Miris memang, di negeri yang katanya berlimpah dengan sumber daya alam energi ini, masih ada anak-anak meninggal karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan pelayanan kesehatan yang memadai, sementara pejabat dengan mudahnya mendapatkan dan menikmati fasilitas kesehatan terbaik yang jomplang sekali dengan keadaan rakyatnya.
Islam telah banyak memberikan teladan yang sempurna tentang apa dan bagaimana pelayan kesehatan yang diberikan dan ditanggung oleh negara.
Rasulullah bersabda:
“Imam (penguasa) adalah mengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang diurusnya” (HR Muslim).
Dalam sejarah Islam, pelayanan kesehatan tidak terpisahkan dari kewajiban negara. Pada masa Umar bin Khattab, bahkan setiap rakyat miskin mendapatkan jaminan pangan dan pengobatan secara gratis. Rumah sakit di dalam Islam tidak memandang keadaan masyarakat apakah kaya atau miskin. Semua mendapatkan pelayana maksimal dan layak. Mereka juga mendapatkan obat-obatan dan pelayan dokter terbaik tanpa dipungut biaya sedikitpun. Ini tidak hanya berlaku untuk muslim saja yang nonmuslim pun akan mendapatkan perlakuan yang sama.
Di dalam Islam, kondisi sosial masyarakat pun terjaga, kepedulian masyarakat terbangun dengan baik sehingga tidak akan membiarkan saudaranya berada di dalam kesulitan hidup, mereka akan segera menolong.
Adapun pembiayaan untuk urusan kesehatan ini berasal dari Baitul Maal yang merupakan bagian dari kepemilikan umum. Negara memiliki sumber pemasukan yang sangat besar terutama dari pengelolaan sumber daya alam yang berlimpah di setiap negeri muslim, sehingga mampu memenuhi kebutuhan biaya pemeliharaan kesehatan rakyat. Negara juga sangat memperhatikan usaha kuratif dan preventif sehingga upaya bisa dilaksanakan secara optimal dan mampu menekan angka kesakitan. Begitu juga negara memberikan edukasi ke berbagai lapisan masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat dan menyediakan fasilitas hidup sehat.
Wallahu a’lam.
Via
Opini
Posting Komentar