Opini
Neo-Imperialisme Menggerogoti Umat dengan Halus
Oleh: Siti Maimunah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Neo-imperialisme adalah bentuk penjajahan baru yang ditempuh negara-negara asing (kapitalis/pemilik modal) untuk menguasai dan menghisap negara lain secara halus dan terselubung.
Tanpa kita sadari, neo-imperialisme terus bertransformasi. Mereka mampu menyesuaikan diri dari imperialisme kecil menjadi raksasa, dari metode kuno menjadi modern. Jika dahulu penjajahan menggunakan pasukan bersenjata, kini bentuk penjajahan menyusup diam-diam, merusak pemikiran, dan menindas secara struktural.
Neo-imperialisme mulai tampak sejak awal Orde Baru, ketika rezim menyerahkan kekayaan alam negeri ini ke Asia, Amerika Serikat, dan Barat melalui perluasan tambang mineral dan migas.
Wajah Neo-Imperialisme: Parasit di Tubuh Bangsa
Neo-imperialisme layaknya parasit yang mematikan inangnya. Kapitalis meraup keuntungan besar, sementara negara berkembang dirugikan.
1. Dominasi Ekonomi
Mereka menciptakan monopoli baru—produksi, distribusi, hingga pasar dan sumber daya global yang menimbulkan ketergantungan terhadap negara-negara kuat seperti Cina. Produk Cina membanjiri pasar Indonesia, menyingkirkan produk lokal dan menyebabkan banyak perusahaan gulung tikar. Contohnya Sritex, Sariwangi, dan Net Visi Media mengalami PHK massal (news.indozone.id, 03-02-2025).
Perusahaan asing seperti Freeport dan Caltex menguasai tambang dan migas Indonesia. Mereka bahkan mendesain undang-undang untuk memuluskan investasi asing (Sri Ambarwati: Panjimas, 10-03-2024).
2. Ekspor Modal dan Utang
Negara maju menanamkan modal dengan syarat yang merugikan negara berkembang, menciptakan utang jangka panjang. Laporan DJPPR mencatat utang pemerintah pusat per Januari 2025 mencapai Rp8.909,14 triliun, naik 1,22% dari Desember 2024 (CNBCIndonesia.com, 11-03-2025).
Inilah bentuk dominasi ekonomi global. Indonesia menjadi sangat bergantung pada investasi asing, sehingga mudah dipengaruhi dalam kebijakan ekonomi dan politik. Akibatnya, negara sulit lepas dari kemiskinan sistemik.
3. Perjanjian Perdagangan yang Tidak Adil
Perjanjian perdagangan internasional sering merugikan Indonesia. Donald Trump pernah menyatakan bahwa Indonesia membayar tarif 19% untuk ekspor ke AS, sementara AS membayar 0% ke Indonesia (Hukumonline.com, 17-07-2025).
Ketimpangan ini mengancam neraca dagang dan stabilitas fiskal. Negara berkembang dipaksa membuka pasar bagi negara kuat, tapi dibatasi untuk membangun industrinya sendiri.
4. Dominasi Politik dan Budaya
Neo-liberalisme dipromosikan secara sistematis oleh para imperialis. Ide pasar bebas yang mereka bawa menguntungkan kapitalis, namun mengorbankan kesejahteraan rakyat.
Media dan budaya dari negara maju, terutama Amerika dan Korea, mendominasi ruang publik negara berkembang. Gaya hidup, nilai-nilai, dan produk budaya disebarkan secara halus untuk merusak identitas lokal.
Generasi muda menjadi korban. Mereka dilenakan oleh tren dan budaya pop, kehilangan arah dan kepedulian terhadap isu bangsa. Pendidikan pun tak luput—materi ajar kini banyak dipengaruhi sekulerisme.
5. Ketergantungan Teknologi dan Lembaga Keuangan
Negara berkembang sangat tergantung pada teknologi negara maju. Tanpa filter, teknologi justru membawa dampak negatif: candu, pornografi, dan kejahatan siber.
Contohnya game Roblox, digunakan oleh 97,8 juta remaja. Sebanyak 29,7 juta di antaranya berusia di bawah 13 tahun (CNNIndonesia.com, 16-04-2025). Game ini mengandung konten tak sesuai umur dan menjadi lahan subur bagi predator seksual.
Lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia juga berperan besar dalam menjajah lewat utang. Per April 2025, utang Indonesia kepada Bank Dunia mencapai US$431,5 miliar (CNBCIndonesia.com, 28-04-2025).
Dengan dalih pembangunan dan modernisasi, mereka menancapkan pengaruh politik, ekonomi, hingga budaya.
---
Kita Belum Benar-Benar Merdeka
Meski tak lagi dijajah secara militer, faktanya kita masih berada dalam cengkeraman neo-imperialisme. Bangsa ini mengalami kerusakan mental, degradasi moral, dan meningkatnya kriminalitas di kalangan muda.
Sistem sekuler telah mencabut agama dari kehidupan. HAM liberal diberi ruang besar oleh negara demi menjaga hubungan dengan investor asing. Akibatnya, masyarakat bebas tanpa batas dan peradaban Islam terkubur oleh gaya hidup hedonis yang dilegalkan.
Untuk melepaskan diri dari cengkeraman ini, kita butuh sistem tandingan. Sistem Islam adalah satu-satunya sistem yang telah teruji, menyelamatkan umat dari kehancuran struktural dan spiritual.
---
Islam sebagai Solusi
Negara dengan sistem Islam mampu mengatasi berbagai problematika kehidupan. Solusinya adalah kembali kepada aturan Allah Swt. melalui Al-Qur'an dan Sunah. Firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 103:
"Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu bermusuh-musuhan. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara." (TQS. Ali Imran: 103)
Islam menjaga akal, jiwa, harta, dan kehormatan manusia. Segala aktivitas hidup selaras dengan aturan Allah. Itu hanya bisa tegak secara menyeluruh dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Via
Opini
Posting Komentar