SP
Perangkap Solusi Dua Negara dan Bahaya Normalisasi dengan Israel
TanahRibathMedia. com—Dilansir dari laman www.tempo.co (30 Mei 2025), seusai pertemuan bilateral dengan Emmanuel Macron, Presiden Prabowo Subianto membuat pernyataan mengejutkan mengenai "akan mengakui Israel jika Israel mengakui kemerdekaan Palestina".
Jika dicermati lebih dalam, pernyataan itu seakan mengikuti jebakan narasi "solusi dua negara" yang selama ini digaungkan oleh kekuatan kolonial Barat seperti Inggris dan Amerika. Dari dulu, solusi dua negara hanyalah kompromi palsu yang menguntungkan penjajah zionis, dan justru melemahkan perjuangan membebaskan seluruh tanah Palestina. Kebohongan Israel dalam setiap perjanjian, menunjukkan tidak adanya niat baik, mulai dari Kesepakatan Oslo, Camp David, hingga Abraham Accords.
Dari pernyataan Presiden Prabowo, ada semacam ketidaktepatan jika dilihat dari sudut pandang strategi politik. Jika kita menengok sejarah pembebasan Al-Quds pada abad ke-7 di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, juga keberanian Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi merebut kembali kota suci dari tentara salib, hingga perjuangan rakyat Palestina saat ini, semua adalah kelanjutan dari jejak jihad yang mulia itu. Mereka yang gugur dalam tragedi Nakba 1948, Intifada 1987 dan 2000, hingga para martir dalam operasi Taufan Al-Aqsa 2023, adalah saksi bahwa tanah itu tak bisa dibagi, apalagi diakui untuk penjajahnya.
Jangan sampai kita terhanyut dalam narasi-narasi palsu buatan Barat, apalagi mengkhianati darah para syuhada. Alih-alih berharap pada diplomasi strategis atau taktik diplomatik sementara, yang ada hanya harapan kosong. Kenyataannya, PBB dan resolusinya selama puluhan tahun tak pernah dihiraukan Israel. Jika PBB saja diabaikan, apalagi suara Indonesia yang tak punya posisi militer atau diplomatik yang mengancam. Jadi, membuka peluang pengakuan pada Israel justru akan dibaca dunia sebagai celah normalisasi oleh negara Muslim terbesar, dan itu sangat berbahaya bagi masa depan solidaritas untuk Gaza.
Islam tak mengajarkan kompromi pada penjajahan dan pelanggaran tanah suci. Allah Swt. berfirman: "Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang lemah di antara laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berdoa: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang penduduknya zalim'" (TQS. An-Nisa: 75).
Rasulullah saw. juga memberi contoh bahwa tegaknya keadilan dan kemuliaan umat tak bisa dicapai dengan diplomasi kompromistis, tetapi dengan dakwah dan jihad yang tegas.
Adapun solusi nyata untuk mengusir penjajah dan membebaskan Palestina adalah jihad di bawah satu kepemimpinan daulah Islam dengan mengerahkan seluruh kekuatan umat secara terorganisir dan legal menurut syariat Islam. Untuk itu, kita harus tegas menolak normalisasi, kompromi, apalagi pengkhianatan pada syuhada Palestina. Umat juga harus bersatu memperjuangkan tegaknya daulah Islam sebagai satu-satunya institusi yang akan memimpin jihad pembebasan tanah suci. Inilah bentuk pengorbanan hakiki, bukan diplomasi semu kapitalis yang membuka ruang legitimasi bagi penjajahan.
Wallahu’alam bishshawab.
Sulis Setiawati, S.Pd.
Via
SP
Posting Komentar