Opini
Islam Solusi Tuntas Memberantas Kejahatan
Oleh: Ai Nurhayati
(Komunitas Ibu Peduli Generasi)
TanahRibathMedia.Com—Ada pepatah mengatakan, "Kasih Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepanjang Galah." Artinya, kasih ibu kepada anaknya tiada batas seperti panjangnya jalan yang tiada ujung. Sejatinya, tak akan bisa terbalas, kasih anak kepada ibunya. Walaupun pengorbanannya diganti dengan harta seluas samudera. Sebab, Ibu telah memberikan banyak hal, seperti kehidupan, kasih sayang, dan pengorbanan, sehingga anak tidak dapat membalasnya secara penuh, hanya sebatas kemampuan. Ini menunjukkan, betapa besarnya peran dan pengorbanan seorang ibu.
Selaras dengan pepatah di atas, pada awal Mei lalu terungkap kasus lumayan viral yang sangat menggegerkan. Di daerah Cianjur tepatnya. Ibu kandungnya dihabisi secara kejam sampai meninggal dunia. Persoalan sepele, hanya masalah cekcok antara keluarga. Ketika kejadian itu terjadi, anak pelaku yang masih berumur 3 tahun menangis tidak mau berhenti karena takut kejadian itu diketahui warga maka pelaku pun mencekik leher anaknya hingga tewas juga.
Ironinya, kekejaman itu dibantu oleh ayah pelaku yang tidak lain adalah suami korban pertama dan kakek korban ke dua. Pelaku pertama mengakui merasa dendam dengan korban, bahwa dia sering diperlakukan tidak adil oleh korban. Pelaku kedua mengaku membutuhkan harta korban (istrinya), berupa emas yang dipakai korban untuk melunasi utang pelaku. Tidak hanya sampai di situ, kekejaman berlanjut dengan m3mvtil4s1 dan membakar jasad para korban layaknya membakar sampah (iNewsTV, 19-5-2025). Na'udzubillah.
Jika ditelaah lebih dalam, apa yang menjadi penyebab sebenarnya iman mereka yang minim sehingga mampu melakukan perbuatan keji di luar batas.
Lantas, mengapa mereka seolah tidak mempunyai rasa kasih sayang? Padahal korban adalah ibu dan anaknya?
Taraf berpikir rendah, membuat akal sehat hilang tanpa arah. Rasa kasih sayang, yang seharusnya ada dalam diri seorang muslim tertutup oleh ambisi bisikan setan. Mereka berbuat sesuai dengan kehendaknya, membunuh dan membakar. Demi keinginan memiliki barang, dan rasa dendam yang mendominan. Maka, ketahuilah bahwa Allah Swt. telah menciptakan manusia berikut dengan potensi yang dimilikinya disebut dengan gharizah atau naluri.
Pertama, gharizah tadayun. Yakni, naluri beragama di mana manusia memiliki kecenderungan untuk beriman, dan meyakini adanya Allah yang patut disembah, dan melakukan ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh agama.
Kemudian yang ke dua adalah gharizah baqa. Yakni, naluri untuk mempertahankan diri. Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan diri seperti marah jika tersinggung, makan ketika lapar, minum manakala harus, dan sebagainya.
Yang terakhir, adalah ghorizah nau', yaitu, naluri berkasih sayang. Di mana manusia mempunyai kecenderungan untuk menyukai lawan jenis, dan melestarikan keturunan dengan cara menikah. Termasuk kasih sayang oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan sebaliknya, kasih sayang juga bisa dirasakan terhadap saudara dan teman.
Nah, dari kasus Cianjur di atas bisa dipertanyakan, apakah para tersangka tidak mempunyai gharizah pertama dan terakhir? Karena kalau punya, sebelum mereka melakukan perbuatan keji, mereka akan merasa takut kepada Allah Swt. yang senantiasa merasa diawasi dan tidak akan tega menyakiti buah hatinya.
Setelah kejadian terungkap, apakah ada sanksi tegas untuk mereka? Meskipun bukti sudah cukup untuk menghukuminya. Ironisnya para tersangka malah sibuk diwawancarai oleh banyak wartawan secara exclusive seolah dikasih panggung apresiasi atas perbuatannya itu. Sungguh tak berakhlak.
Maka wajar, kemerosotan akhlak pada manusia, semua ada penyebabnya. Yaitu, sistem yang kita emban saat ini memberikan kebebasan kepada manusia untuk berperilaku sebebas bebasnya. Tidak ada hukum yang tegas, untuk menjerat setiap pelaku kejahatan. Keluar masuk tahanan, seolah menjadi skill penuh prestasi. Bahkan, terus menerus melakukan kejahatan.
Berbeda dengan sistem Islam, nyawa dibalas dengan nyawa yang disebut qishosh. Islam sangat memuliakan nyawa seorang manusia. Sebagaimana kalamulLah yang tertera dalam QS. Al-Maidah ayat 45 yang artinya:
"Kami telah menetapkan bagi mereka (Taurot) bahwa nyawa dibalas dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada Qishoshnya (balasan yang sama). Barang siapa melepaskan (hak Qishash)nya, maka itu menjadi penebus dosa baginya, barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang orang yang zalim."
Islam juga sangat memuliakan orang tua dan memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat baik kepada orang tuanya sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS Al-Israa ayat 23 dan 24 yang artinya:
"...hendaklah berbuat baik kepada Ibu dan Bapak, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang..."
Dapat pula kita bandingkan, bagaimana akhlak generasi terdahulu saat Islam tegak. Dengan generasi sekarang pada saat Islam hanya dipakai sebagai status dalam identitas saja. Tidak ada salahnya, kita buka lembaran sejarah. Di mana generasi dahulu sangat menjunjung tinggi dan sangat menghormati orang tua.
Contohnya, seperti Uwais Al-Qorni yang dengan senang hati menggendong ibunya di saat thawaf, mengelilingi Ka'bah dan melakukan ibadah haji. Perjalanan dari Yaman ke Mekkah dengan berjalan kaki, beliau melakukannya dalam rangka menunaikan ibadah haji demi Ibunya bahagia dan baktinya kepada sang Ibu. Maa syaa Allah!
Tak ada yang mustahil, ketika Islam tegak menjadi solusi tuntas terhadap semua kejahatan. Maka sudah saatnya kita kembali kepada Islam kaffah, yang akan membenahi kerusakan-kerusakan yang sudah terjadi. Karena Islam akan memberantas kejahatan secara sempurna melalui tangan-tangan para penegak hukum yang adil, dan akan menerapkan sanksi jawabir (penebus dosa) dan zawajir (pembuat jera) atas setiap kejahatan yang dilakukan.
Tidak akan ada yang berani melakukan kejahatan karena takut diberikan sanksi sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Bukan takut karena hukuman dunia, tapi takut kepada Allah Swt.
Wallahu'alam bishawwab.
Via
Opini
Posting Komentar