Opini
Perancis, Sumber lslamofobia
Oleh: Umi Hanifah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Perancis negara sekular yang sering menunjukkan islamofobia, menciptakan ketakutan terhadap lslam. Hijab dan simbol lslam dilarang di tempat umum, membuat kartun untuk menghina Nabi saw seperti Carli Hebdo adalah kasus nyata kebencian terhadap lslam, dan tindakan lain yang menyakiti perasaan umat lslam.
Hari ini, Macron datang ke lndonesia negeri mayoritas penduduknya beragama lslam. Tentu saja kita harus waspada, ada agenda apa di balik kedatangannya. Sebaliknya, negara menyambutnya dengan suka cita, seakan Macron adalah sahabat yang layak mendapatkan kehormatan dan kepulangannya membawa keuntungan ekonomi.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie menegaskan, kerja sama antara Indonesia dengan Perancis adalah langkah strategis untuk memperkuat nilai ekonomi kedua negara, sekaligus membuka jalan menuju penyelesaian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
“Indonesia dan Prancis memiliki peran besar di kawasan masing-masing. Dua kawasan ini saling komplementer, bukan bersaing,” kata Anindya dalam keterangan tertulis, Kamis, 29 Mei 2025.
Kesepakatan 21 Dokumen Strategis
Dinukil dari laman Indonesia.go.id, Macron dan Prabowo menyaksikan penandatanganan 21 dokumen kerja sama. Empat di antaranya adalah deklarasi bersama yang mencakup visi kemitraan strategis hingga 2050, kolaborasi di bidang budaya, solusi damai isu Palestina, dan pernyataan persahabatan antar kedua negara (Tempo.co, 30-5-2025).
Hubungan bilateral kedua negara ini sejatinya tidak akan mengubah taraf hidup rakyat lndonesia menjadi lebih baik. Fakta kesepakatan, perjanjian, investasi, dan berbagai hubungan yang sering dilakukan hanya untuk memperkuat dominasi negara besar kepada negara berkembang. Uang dan kesejahteraan hanya milik mereka, penguasa dan pengusaha.
Rakyat tetap menderita, PHK massal melanda, harga perumahan tidak terjangkau, putus sekolah tiada henti, kebutuhan pokok terus melambung harganya, sekolah favorit hanya bagi yang berduit dan berbagai kesulitan terus mendera. Lantas apa yang bisa di harapkan dari berbagai kerjasama yang mereka jalankan selama ini?
Jawaban sudah pasti, para elit kekuasaan tidak bekerja buat rakyat melainkan demi menjaga langengnya kekuasaan mereka saja. Kursi jabatan yang mereka raih memerlukan modal besar, tidak heran jika para pemimpin bersikap mesra dengan para pemilik modal.
Yang tidak boleh dilupakan, Perancis juga salah satu negara yang mendukung pembantaian warga Gaza, negara ini pula yang menjadi dalang di balik keruntuhan Khilafah lslamiyah bersama lnggris dan Rusia. Dengan tiadanya Khilafah umat lslam tercerai berai, lemah, dan tidak mampu membela Gaza padahal jumlahnya miliaran.
Kedatangan Macron ternyata melunakkan sikap tegas lndonesia yang selama ini mengecam pendudukan Zionis Yahudi atas Palestina. Presiden Prabowo menyatakan siap akan mengakui negara lsrael jika Palestina merdeka. Hal ini melukai Gaza khususnya, karena Zionis Yahudi adalah penjajah yang merebut tanah Palestina sejak 1948 lewat intimidasi, pengusiran, penjarahan, bahkan hari ini terjadi genosida di sana.
Sikap Tegas Umat Islam Terhadap Negara Penjajah
Perancis secara nyata memusuhi lslam, maka umat lslam dan pemimpin negara yang mayoritas penduduknya Muslim seharusnya menolak segala bentuk kerja sama dengan mereka. Negara ini disebut kafir harbi fi’lan, memusuhi dan membantai kaum Muslim, maka hubungannya adalah perang bukan yang lain.
Kita tengok sejarah, Perancis pernah membatalkan pementasan drama teater yang diambil dari karya Voltaire (pemikir Eropa) yang menghina Nabi saw. dengan tajuk “Muhammad atau Kefanatikan”.
Hal tersebut diketahui oleh Khalifah Abdul Hamid II (1876–1918) yang dengan sigap memberi perintah kepada pemerintah Prancis melalui dutanya di Paris supaya menghentikan pementasan drama itu dan mengingatkan akan akibat politik yang bakal dihadapi oleh Prancis jika ia meneruskan pementasan itu, yaitu mengumumkan jihad akbar. Prancis dengan serta-merta membatalkannya, kewibawaan umat lslam tampak dan membuat musuh gentar.
Sayangnya, dalam sistem demokrasi kapitalisme, para pemimpin Muslim bersikap lemah dan tunduk terhadap kemauan musuh. Kemuliaan dan kewibawaan lslam sirna karena kepemimpinannya bukan untuk menolong lslam, hingga para musuh berani dengan terang-terangan menghina lslam dan kaum Muslimin.
Jangan lupakan sejarah, Prancis dengan sistemnya yang rusak mengkibatkan islamofobia dan kedatangan Macron semata menjaga kepentingan mereka. Kita harus paham bahwa mereka tidak akan rela hingga kaum Muslim mengikuti millah/jalan hidup mereka (QS Al-Baqarah 120). Waspada dan cerdas agar selamat dari fitnah akhir jaman.
Allahu a’lam.
Via
Opini
Posting Komentar