Opini
Kenakalan Remaja: Akar Masalah dan Solusinya
Oleh: Arvan Lazuardi
(Pemerhati Lingkungan dan Sosial Politik)
TanahRibathMedia.Com—Anak remaja sekarang mau terlihat eksis. Itu mungkin tanda mereka mencari perhatian dari orang dewasa. Anak remaja sekarang bisa juga dikatakan generasi instan. Maunya apa, harus langsung ada tersedia di depannya. Generasi saat ini sangat rapuh dengan kondisi yang ada, di mana dunia digitalisasi makin marak. Bahkan bisa dikata, mereka dari orok sampai remaja sudah disuguhkan dengan hiburan dunia digital.
Selain itu, mulai di umur itulah sampai remaja mereka mengenal dunia game dan dunia AI. Yang kita tahu sendiri, dunia digital banyak kejahatan siber dan tontonan yang tidak mendidik. Aksi kekerasan, kejahatan, asusila, dan banyak lagi. Terlebih lagi, usia emas bagi anak terjadi saat mereka masih balita, yang mudah untuk ditiru oleh anak-anak kecil. Jadi, wajar sekarang kalau sekelompok anak SD melakukan kejahatan apapun bentuknya.
Sebagaimana kejahatan anak yang terjadi di Makassar dikabarkan bahwa seorang siswa SD mengalami kematian diduga dikeroyok oleh temannya. Fakta lainnya, remaja masjid diserang oleh geng motor menggunakan busur panah dan samurai, diduga dipicu ketersingungan pelaku dikarenakan ditegur suara motornya yang bising (detiksulsel, Senin, 02 juni 2025). Masih banyak lagi berita serupa yang dapat kita baca di sosial media sekarang.
Akar Masalah: Sistem Rusak
Kalau kita ingin menanggapi permasalahan berita yang terangkat di dalam tulisan ini? Maka, ini di picu dengan rentannya pribadi anak remaja kita yang terbentuk oleh dunia digital di era keterbukaan informasi. Sistem pendidikan sekarang, angkat tangan dengan terjadinya kenakalan remaja. Sistem hanya membuat program tapi tidak dapat menjamin kenakalan remaja tersebut tidak terulang lagi. Seperti program khusus untuk mengurangi kenakalan remaja, membawa anak-anak yang nakal ke barak untuk dibina (tempo.com, 6 Mei 2025).
Sontak program itu ditolak dengan berbagai alasan. Melihat kekisruhan mengenai permasalahan kenakalan remaja menandakan belum adanya keseriusan untuk menghilangkannya di negeri ini. Meskipun langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk mencegah kekerasan layak mendapat pujian. Namun, pemerintah seharusnya tidak hanya mencegah kenakalan remaja pada momen-momen tertentu atau hanya bertindak saat sudah ada korban jiwa.
Kenakalan remaja seperti tindakan kriminal bukan hanya sekali tapi sudah berulang kali terjadi hingga saat ini. Sistem kehidupan sekuler yang melahirkan pola hidup hedonistik, permisif dan liberal merupakan pemicunya. Di mana standar hidup tidak lagi berlandaskan pada agama (Islam) atau tidak menjadi pedoman dalam menjalankan norma-norma kehidupan, melainkan berdasarkan pada pencapaian yang bersifat material. Akibatnya, para remaja kita sebagai generasi penerus bangsa semakin jauh dari nilai kepatuhan kepada pencipta mereka, yaitu Allah swt.
Selain itu, sistem yang berdasarkan sekularisme ikut andil dalam penyusunan kurikulum. Dimana dalam regulasi UU Sisdiknas menjelaskan tujuan pendidikan nasional itu untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia dan berilmu.
Sekarang timbul pertanyaan, apakah dengan model kurikulum (sekuler) yang sekarang ini, mempunyai tujuan akhir bahwa generasi yang lahir nantinya memiliki martabat, takwa dan, akhlak yang mulia? Dengan porsi pendidikan Islam dalam sruktur kurikulum sekarang sedikit. Walaupun negara memberikan kebebasan untuk mendirikan lembaga pendidikan Islam sebagai solusi alternatif. Itu tidak menjamin bahwa generasi yang dihasilkan oleh lembaga tersebut tidak berperilaku negatif. Sebab yang dihadapi oleh pendidik termasuk orang tua adalah gelombang sekularisasi di segala aspek kehidupan.
Apalagi di era sekarang informasi sangat terbuka yang membuat generasi sekarang makin tidak terkendali. Mereka mampu mengakses semua yang ada di dunia digital, seperti tontonan berbau maksiat atau game yang berbau kekerasan. Ditambah budaya serta pemikiran asing dengan tontonan-tontonan yang tidak mendidik itu. Apatah lagi itu kiblat kehidupan remaja. Ini membuat generasi menjadi generasi ikut-ikutan yang gampang latah tanpa adanya filter benar atau salah sesuai pandangan islam. Maka perlu diubah dan dievaluasi sistem yang diterapkan saat ini, yakni sistem sekuler kapitalisme.
Hanya Islam Kaffah Solusinya
Jika kita mengamati dunia saat ini, kita tidak dapat membantah bahwa sistem sekuler kapitalisme telah berhasil melahirkan generasi pintar dalam tsaqofah umum, termasuk sains dan teknologi. Tapi ternyata sistem ini gagal dalam mencetak generasi yang berkepribadian mulia. Contohnya negara-negara seperti Amerika Serikat, jepang maupun korea selatan dan sebagian negeri Islam.
Mereka sukses menjadi negara yang maju dalam ilmu dan teknologi, tetapi mereka gagal membentuk peradaban manusia yang mulia. Apalagi negeri Islam yang membebek dengan mereka nilai-nilai islamnya makin memudar dalam kehidupan masyarakatnya, malah makin liberal. Itu dikarenakan paham sekulerisme yang mengikisnya.
Sistem Islam terbukti efektif menciptakan manusia unggul dari cara berpikir dan cara bersikap. Tak hanya menghasilkan ilmuwan yang cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang baik. Kecerdasan pengetahuan yang mereka miliki diarahkan untuk kepentingan umat. Mereka memanfaatkan pengetahuan mereka untuk menghasilkan berbagai hal yang berguna bagi masyarakat dan negara.
Negara juga memberikan penghargaan yang sangat besar atas usaha mereka dalam ilmu dan penemuan teknologi pada masa itu. Kecerdasan yang dilapisi keimanan menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat untuk kehidupan. Pengaruh besar peradaban Islam pada waktu itu terletak pada penerapan Islam sebagai panduan dalam mengelola pemerintahan.
Sehubungan dengan hal ini, Islam menawarkan beragam mekanisme komprehensif untuk menciptakan generasi yang memiliki kepribadian luhur. Yaitu: menerapkan sistem pendidikan yang berlandaskan akidah Islam, menyediakan akses pendidikan gratis untuk seluruh masyarakat, menciptakan lingkungan dan komunitas yang kondusif serta memberlakukan sanksi tegas bagi pelaku kejahatan.
Menciptakan generasi berkualitas memerlukan sistem yang mendukung. Tanpa adanya sistem ini, semua upaya yang dilakukan akan menghalangi terciptanya generasi yang berkualitas. Oleh sebab itu, penyelamatan dan perlindungan generasi dari kerusakan hanya dapat dilakukan melalui penerapan sistem Islam secara menyeluruh. Insyaallah.
Via
Opini
Posting Komentar