Opini
Dihormati di Tanah Muslim, Macron Lupa Dosa Prancis terhadap Umat Islam
Oleh: Sarah Fauziah Hartono
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Kunjungan resmi Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia pada 27 hingga 29 Mei 2025 menjadi lawatan kenegaraan pertamanya sejak Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia (nasional.kompas.com, 27-05-2025).
Sambutan meriah berupa karpet biru besar, bendera-bendera biru-putih-merah menghiasi sepanjang sisi jalur protocol. Tidak tertinggal sambutan penghormatan dengan 21 tembakan meriam di sana. Gala dinner juga tampak dipersiapkan begitu apik oleh Indonesia dalam menyambut hangat Macron dan istrinya untuk menyantap berbagai jamuan mewah (tempo.co, 30-05-2025).
Sambutan hangat ini dinilai Prabowo sebagai hal yang penting mengingat hubungan diplomatis Indonesia-Prancis yang sudah menginjak 75 tahun lamanya (beritasatu.com, 30-05-2025).
Dalam kunjungan kenegaraan ini, juga merupakan momen penting bagi kerjasama bilateral kedua negara ini. Disebutkan bahwa ada 27 dokumen kerjasama senilai US$ 11 Miliar yang telah ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan dalam tiga hari kunjungan tersebut (tempo.co, 30-05-2025).
Hangat suasana yang terpancar pada tiga hari lawatan seakan melupakan sisi gelap negara penganut islamofobia tersebut. Prabowo seakan lupa bahwa Macron jelas-jelas menyebarkan kesengsaraan bagi warga Muslim di Prancis. Prancis telah mengesahkan RUU Anti-Separatisme dengan dalih penguatan sekularisme Prancis untuk menyatukan rakyatnya.
Diskriminasi demi diskriminasi menghantui Muslim Prancis. Pelarangan mengenakan atribut keagamaan (hijab), dukungan terhadap karikatur Nabi Muhammad saw. yang dihormati seluruh kaum Muslim, hingga kekerasan yang dilancarkan terhadap warga beragama Islam di sana
Apakah pantas mereka disambut dengan begitu hangatnya, begitu meriahnya, di atas tanah yang mayoritas agamanya adalah Islam?
Seharusnya mereka tidak pantas mendapatkan itu, mengingat penghinaan yang mereka berikan pada Muslim. Pemimpin Muslim seharusnya menunjukkan sikap tegas dan pembelaan atas kemuliaan Islam. Prabowo yang notabene memimpin negara yang mayorias agama Islam, seharusnya menunjukkan sikap tersebut.
Namun mau bagaimana lagi? Indonesia menerapkan sistem Sekular-Kapitalisme, di mana yang dilihat dari hubungan bilateral bukanlah kemuliaan agama melainkan manfaat dan keuntungan apa yang dapat diambil dari hubungan tersebut. Sehingga negara abai dengan sikap suatu negara terhadap Islam.
Padahal, Islam memberikan tuntunan bagaimana bersikap pada pihak yang memusuhi agama Allah. Apalagi bentuknya adalah negara yang banyak mengesahkan kebijakan yang banyak menyengsarakan Muslim di negaranya.
Dalam pandangan Islam, hanya ada dua pembagian negara di dunia, yaitu Darul Islam dan Darul Kufur. Islam memiliki aturan yang mencakup seluruh permasalahan di dunia, khususnya tuntunan bagaimana bersikap pada negara kafir sesuai dengan posisi negara tersebut terhadap Daulah Islam.
Tuntunan tersebut seharusnya dijadikan pedoman seluruh Muslim, khususnya oleh penguasa, dari dulu sampai sekarang. Apalagi di tengah penjajahan yang dihadapi Palestina yang mendapat dukungan dari penguasa Barat. Pemimpin Islam harus tegas pada penjajahan dan pihak yang menghina Islam. Sudah banyak contoh sikap tegas para khilafah untuk diikuti dalam bersikap terhadap penjajah dan kebijakannya yang menghina Islam.
Umat Islam semestinya memiliki sebuah negara yang kokoh dan berpengaruh dalam percaturan politik global, sebagaimana pernah diwujudkan oleh Daulah Islam dan kekhilafahan di masa lalu. Di wilayah Prancis saja, Islam telah meninggalkan jejak kekuasaannya seluas ⅔ wilayah di sana (Youtube Muslimah Media Hub, 24-05-2025). Maka dari itu, umat Islam harus berjuang kembali untuk mewujudlkan khilafah yang menjadi negara adidaya dan disegani negara-negara ini.
Via
Opini
Posting Komentar