Opini
Induk Gajah Vs. Ironi Seorang Ibu Hari Ini
Oleh: Hesti Nur Laili
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Netizen Indonesia dan Malaysia dibuat haru oleh berita viral mengenai kesedihan seekor induk gajah yang ditinggal mati oleh sang anak akibat tertabrak truk di Jalan Raya Timur-Barat Perak, Malaysia, pada 11 Mei sekitar pukul 02.00 waktu setempat. Menurut laporan, kecelakaan tersebut sempat membuat induk gajah gelisah dan marah hingga merusak bagian depan truk.
Dalam beberapa video yang viral tersebut juga terlihat induk gajah tak beranjak pergi dan terus bergeming, enggan meninggalkan anaknya yang terkapar di bawah kolong truk jumbo. Bahkan ketika bangkai anak gajah berjenis kelamin jantan berusia 5 tahun itu dievakuasi, mengharuskan Tim perlindungan satwa setempat melakukan penyuntikan dengan obat penenang agar si induk gajah mau dipindahkan.
Terlihat pula dalam video itu, bagaimana sang induk gajah dengan langkah gontai dipaksa ditarik oleh tali meninggalkan area kecelakaan. Insiden ini sangat menarik simpati netizen, bahkan tidak sedikit yang menangis seolah turut merasakan kesedihan yang dialami oleh ibu gajah (Detik.com, 12-5-2025).
Berita mengenai ibu gajah dan bagaimana penjagaannya terhadap sang anak sebelumya juga ada. Seperti viralnya seekor induk gajah yang rela hampir mati karena kehabisan oksigen akibat berusaha menolong si anak yang terperosok ke dalam lubang. Si anak gajah yang terperosok itu ternyata masih menyusu. Dengan instingnya, induk gajah rela membungkuk ke pintu lubang agar anaknya bisa menyusu. Juga kisah lain seputar bagaimana induk gajah menjaga anaknya dan merawatnya dengan kasih sayang.
Gajah, merupakan mahluk yang tidak dianugerahi akal oleh Allah. Namun fitrahnya sebagai induk yang mengandung, melahirkan, dan sabar menyusui serta begitu menyayangi dan menjaga anak-anaknya dengan penjagaan terbaik sungguh sangat menampar kita sebagai manusia. Tak hanya gajah, bahkan singa yang dikenal sebagai pemburu buas pun sangat sayang dengan anak-anaknya dan menjaga mereka dengan sangat baik. Sebagai bagian dari insting para binatang ini dari Allah Swt. dalam menjaga makhluk-Nya.
Fakta ini berbanding terbalik dengan fenomena rusaknya fitrah seorang ibu akhir-akhir ini. Seperti kasus banyaknya ibu membunuh anak kandungnya sendiri dengan berbagai alasan. Lalu viralnya seorang ibu yang tega mencabuli anak kandungnya hingga dibuatkan video mesumnya demi iming-iming uang tak seberapa. Atau yang baru-baru ini terjadi, seorang ibu tega meninggalkan kelima anaknya di rumah dan mengunci mereka dari luar selama berjam-jam dengan dalih mencari makan, padahal sedang asyik berpacaran hingga terjadi kebakaran dan menewaskan 3 balita di dalamnya (Lampung.tribunnews.com, 10-5-2025).
Padahal manusia diberi akal sempurna oleh Allah, namun kasus-kasus yang menggambarkan betapa rusaknya perilaku ibu sangatlah bertolak belakang. Seolah tak memiliki akal dan hati, hingga membuat mereka tega berbuat demikian.
Dengan modal akal yang sempurna, serta intuisi, insting dan fitrah seorang ibu, lantas mengapa kasus-kasus seperti itu ada dan marak di tengah masyarakat? Semua tak lain adalah akibat rusaknya sistem yang diterapkan oleh negara pada hari ini.
Sistem sekuler-kapitalisme merusak manusia dan seorang ibu, bahkan di dalam rumahnya sendiri. Sistem dan ideologi sekularisme yang sudah menjajah pemikiran rakyat, membuat mereka hanya menganggap agama hanyalah urusan sholat dan ibadah-ibadah spiritual saja. Sementara menjalani kehidupan sehari-hari sangatlah jauh dari aturan agama. Sehingga tak ada tuntunan yang sistematis bagaimana cara mengatasi berbagai persoalan dan bagaimana respon terbaik saat ditimpa musibah.
Seorang ibu, atau seorang wanita umumnya berpikir mengedepankan perasaan mereka. Maka perasaan inilah yang menjadi celah bagi sistem sekuler-kapitalisme dalam merusak generasi dari dalam rumahnya. Sistem ini melahirkan banyak hal yang merusak ketenangan seorang ibu. Ketakutan soal ekonomi sering kali menjadi pemicu para ibu melakukan tindakan sadis kepada anak mereka. Selain ekonomi, pergaulan bebas juga menjadi momok menakutkan bagi para ibu.
Tidak sedikit para ibu dilanda kelelahan luar biasa. Tak hanya bertugas menjaga dan merawat anak-anaknya, tetapi juga ikut menyingsingkan lengan membantu mencari nafkah akibat segalanya mahal, sementara ada anak yang butuh diberi makan-makanan yang bergizi, diberi pendidikan yang terbaik, tempat tinggal, dan segala fasilitasnya yang nyaman. Semua itu tak mudah didapatkan hari ini. Butuh pengorbanan besar untuk meraihnya, termasuk salah satunya dengan berkorbannya seorang ibu untuk keluar turut mencari nafkah.
Sementara itu, ketika para ibu dilanda kelelahan dan ketakutan, ia tidak disambut dengan pendampingan yang baik dari pihak keluarga, suami, maupun lingkungan yang juga berotak sekuler. Yang menganggap bahwa ketakutan itu hanyalah bagian dari kurang iman namun tanpa penjelasan dengan baik tentang apa itu iman. Sementara kelelahan yang dialami seolah dianggap bagian dari risiko dan bukanlah masalah besar.
Iman sendiri bagi masyarakat umum hanyalah sebatas menjalankan ritual sholat, zikir, dan ibadah-ibadah spiritual lainnya. Sementara bagaimana mengenal Allah, berserah diri kepada Allah, mengimani Allah dengan keimanan 100% hingga menggantungkan seluruh hidupnya hanya kepada Allah, sangat jarang sekali dipahami.
Karena kurangnya mengenal Allah tadi, diiringi dengan sikap lingkungan yang mudah sekali membandingkan dirinya dengan orang lain, mudah sekali mencibir orang lain dan segala hal yang sifatnya menzalimi orang lain yang seringkali dilakukan tanpa merasa berdosa (akibat tidak adanya rasa takut kepada Allah). Maka, melakukan pembunuhan kepada anak, menganiaya, membuang anak, atau bahkan melakukan pelecehan seksual demi uang, akan sangat lebar peluangnya pada hari ini.
Lantas, bagaimana solusi agar para ibu kembali fitrahnya sebagai seorang ibu dalam menjaga anak-anaknya? Jawabannya adalah penerapan syariat Islam di berbagai lini.
Kebahagiaan seorang ibu adalah ketika ia bisa merasa tenang, tentram, aman dan damai di dalam rumahnya, sekalipun anak-anaknya banyak dan sangat berisik.
Penjagaan fitrah seorang ibu oleh negara yang menerapkan syari'at Islam dilakukan dari berbagai lapisan, yakni:
1. Dari sisi individu. Masyarakat di dalam khilafah akan dibina oleh negara secara akidahnya, hingga membuat mereka memiliki keimanan 100% pada Allah, tertanam rasa takut kepada Allah hingga tampak dalam sikap kehati-hatiannya di setiap tindak tanduknya.
2. Dari sisi masyarakat. Di dalam negara khilafah, masyarakat yang telah dibina akidahnya akan berlomba-lomba dalam dakwah amar makruf nahi mungkar. Sehingga apabila di tengah masyarakat kehidupan masyarakat ada yang menyimpang, akan ada aktivitas saling menasehati.
3. Dari sisi negara, Khalifah selaku kepala negara akan memperkuat perekonomian dalam negeri dengan mengelola semua sumber daya alamnya sendiri tanpa bantuan investor. Pengelolaan inilah yang membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi rakyat dan dengan upah yang sangat layak untuk mereka. Adapun sisanya, segala keuntungan dimasukkan ke Baitul Mal untuk kepentingan rakyat, seperti sektor pendidikan, kesehatan, bahan pangan murah, dan perumahan rakyat yang terjangkau.
Oleh karenanya, dengan penerapan solusi syariat Islam ini, seorang ibu lebih bahagia tanpa harus turut serta mencari nafkah. Sehingga fitrah keibuannya pun muncul dan terjaga dengan baik. Maka, kasus-kasus seperti pembunuhan anak oleh ibu kandung, penyiksaan anak oleh ibu kandung dan segala persoalan lain yang menyeret ibu kandung tak akan pernah ada. Kekuatan syariat Islam dari Allah inilah yang menjaga keutuhan manusia, menjadikan manusia menjadi generasi cemerlang di masa mendatang.
Via
Opini
Posting Komentar